(28) Sekolah Percintaan

345 52 13
                                    

Sergio duduk di sebelah Pamela yang sedang menunggu kedatangan Saga. Mama nya sedang menyiapkan kopi di dapur untuk papa nya. Sergio mengambil selembar roti, di beri nya selai kacang seperti biasa, memakannya pelan sampai suara Pamela yang cempreng mengusiknya

"Kak Gio, gimana kemarin? Diterima nggak? Udah bilang kalau kak Gio suka?" Tanya Pamela dengan suara yang antusias seolah memberikan pengumuman ke seisi rumah jika Sergio sedang jatuh cinta

"Udah bilang. Suaranya tolong di pelanin. Jangan kayak toa bocor" jawab Sergio membuat mata Pamela berbinar

"Terus jawabnya gimana?" Tanya Pamela

"Nggak jawab"

Pamela mengernyitkan dahinya kemudian memutar tubuhnya nya ke samping, menghadap langsung ke arah kakak laki-lakinya yang super cuek dan dingin tersebut. Ia sengaja menghentikan makannya demi untuk mendapatkan sebuah jawaban yang pasti.

"Kok bisa?" Pamela mulai aneh dengan jawaban Sergio kali ini.

Sergio mengangkat bahunya tanpa memperhatikan Pamela yang meminta jawaban. Sergio terus mengunyah setiap gigitan roti

"Nggak mau jawab kali"

"Sebentar, dia nggak bilang nolak atau nerima?" Tanya Pamela sembari menyilangkan tangannya di depan dada

"Enggak. Kan semalam gue kasih bunga nya, terus gue bilang suka. Pas setelah gue bilang suka, gue langsung masuk mobil dan pergi. Jadi dia nggak sempat jawab apa-apa" jawab Sergio setelah menelan roti dalam mulutnya

"WHAT??" Mulut Pamela terbuka lebar dengan apa yang baru di dengarnya pagi ini. Pamela bingung, kakaknya ini bermaksud untuk menembak gadis atau menggantungkan perasaan seseorang tanpa kepastian?

"Ada yang salah?" Tanya Sergio bingung saat ia melihat reaksi yang diberikan oleh Pamela

"Kesalahan besar. Kakak nggak tanggung jawab sama ucapan" jawab Pamela dengan gemas. Selama Pamela hidup dan memiliki selebihnya 3 mantan, Pamela sama sekali tidak pernah bertemu dengan orang seperti Sergio.

"Apa sih" ketus Sergio

"Dia pasti ngerasa di gantung kak. Terus dia kecewa. Setelah fase dia kecewa, dia bakal cari orang yang ngerti kekecewaan dia, lalu dia bakal nyaman sama orang itu dan lupain lo. Se freak freak nya mantan-mantan gue, nggak ada yang kayak kakak begini. NGGAK TANGGUNG JAWAB" kata Pamela dengan menekankan ucapan terakhirnya.

Sergio meletakkan setengah bagian roti yang belum selesai ia makan, lalu meminum susunya sampai tandas. Kemudian Sergio menatap ke arah Pamela

"Terus gue harus gimana?" Tanya Sergio

"Bilang aja kalau kak Gio pengen dia jadi pacarnya kakak"

"Nanti gue jadi bodoh kalau pacaran?" Tanya Sergio

Pamela justru mengacak rambutnya yang terurai rapi. Mungkin kakaknya ini muncul dari jaman batu atau dari jaman penjajahan. Sampai pemikirannya se-primitif itu dan terlalu berbelit kemana-mana.

"Nggak pernah ada sejarahnya orang jadi mendadak pinter karena punya nominasi jomblo terlama" jawab Pamela kesal

"Kalau ranking gue turun karena pacaran gimana?" Tanya Sergio dengan suara super pelan. Hanya Pamela yang bisa mendengarnya

"Gimana ya caranya gue ngomong sama orang yang lahir dari jaman batu ini" ucap Pamela ketus lalu menghela nafasnya sepanjang mungkin

"Selama lo masih belajar rajin, bisa bagi waktu antara dia dan belajar. Nggak akan ranking kakak itu turun" sambung Pamela dengan wajah tersenyum. Diantara seluruh keluarga, memang hanya Sergio lah yang selalu pintar di setiap tingkat sekolah, selalu menjadi juara pertama dan pernah memenangkan olimpiade Nasional. Saga dan Pamela hanyalah serpihan kaca jika dibandingkan dengan Sergio yang memiliki segudang prestasi. Menurun dari mama nya yang berbakat sejak muda.

My Flat BoyfriendWhere stories live. Discover now