(18) Alergi

398 51 2
                                    

"makanya jangan sok suci. Lo bisa menggunakan nama Pradipta biar ada fungsinya. Daripada lo repot-repot menerima hukuman" sindir Latika kepada Latisha yang baru keluar dari kelasnya.

Siang menjelang sore, Latika memang sengaja menunggu Latisha hanya untuk mencemooh kembarannya itu. Dimana sifat yang sama sekali tidak sama sering membuat mama nya pusing.

Latisha tersenyum lalu mendekat ke arah Latika "sayangnya, gue bukan lo yang memanfaatkan keadaan Latika" ucap Latisha menusuk sampai ke hati Latika. Kemudian Latisha beranjak pergi daripada membuat keributan dengan Latika yang notabene nya gemar memancing emosi Latisha selama ini.

Latisha berjalan menuju ke perpustakaan utama di lantai paling atas sekolah. Dan membereskan buku-buku disana, hingga pulang cepat dengan selamat.

Sementara itu Sergio yang baru saja mendengar sedikit keributan dari luar dan suara khas Latika masuk ke indra pendengarannya. Membuat Sergio dengan cepat memasukkan bukunya ke dalam ransel

"Ps an yuk. Udah lama nggak ayo" ucap Revan sembari menggendong ranselnya

"Boleh tuh" timpal Brian

"Ayo aja" ucap Aldi

"Duluan aja. Nanti gue nyusul, masih mau jemput Pamela sekolah" ucap Sergio

"Ntar lo nyusulin kita beneran ya. Di Fantasi Stik" ucap Brian

"Iya" jawan Sergio sembari menggendong ransel berwarna hitam miliknya

"Kita duluan" ucap Revan kemudian mendorong kedua temannya keluar dari kelas.

Setelah ketiga temannya tidak lagi terlihat di pandangan, Sergio beranjak pergi dari kelas yang menyisakan beberapa anak perempuan yang tengah sibuk menggosip.

Aroma buku-buku tua langsung menyambut Latisha saat gadis itu mendorong pintu perpustakaan utama yang tidak terkunci. Latisha berfikir, harusnya anggaran sekolah difokuskan ke perpustakaan utama yang lebih banyak diisi oleh buku-buku keluaran lama ini dan diganti dengan buku-buku keluaran baru daripada untuk menambah ruang kelas.

Latisha menghela nafasnya panjang, ia tidak mau berfikir negatif tentang perpustakaan yang cukup lebar dan sepi ini. Hanya Latisha yang berada disana. Penjaga perpustakaan sendiri sudah pulang sejak bel berbunyi.

Gadis itu menguncir rambutnya asal kemudian menaruh ransel di salah satu bangku yang ada di bagian tengah perpustakaan. Dimulai dari rak buku IPS, Latisha merapikan setiap buku tebal yang ada, dari berbagai penerbit. Warna buku yang dulunya putih kini sudah mencokelat seiring dengan berkembangnya waktu dan sering di pinjam.

Mungkin akan membutuhkan waktu satu jam baru selesai, pikir Latisha saat ini.

Latisha terus merapikan buku lalu sesekali menyapu setiap debu nya dengan kemoceng. Tanpa mengingat apa yang diceritakan Tabita mengenai gosip tentang perpustakaan ini. Latisha tidak mau berfikir banyak, ini sudah menjadi keputusannya dan ini hukumannya. Latisha akan menjalankannya.

Bukk

Latisha menangkap suara buku yang terjatuh. Gadis itu merinding di tempat, pasalnya tidak ada siapapun yang ada di dalam perpustakaan ini selain Latisha sendiri. gadis itu memberanikan diri untuk berjalan pelan ke arah sumber suara, berjalan mengendap barangkali bisa menangkap hantu lalu bisa pingsan disini. Katakan jika imajinasi Latisha terlalu liar. Tapi Latisha terus berjalan lurus sampai ia terperanjat kaget dan nyaris terhuyung ke belakang saat tau siapa yang menjatuhkan buku di rak paling sudut perpustakaan ini

Sergio menyadari kedatangan Latisha yang begitu kaget dengan dirinya.

"Lo ngapain disini?" Tanya Latisha setelah jantungnya kembali normal kembali setelah hampir jatuh dari tempatnya

My Flat BoyfriendWhere stories live. Discover now