(75) Saling Menyalahkan

304 45 1
                                    

"tadi di sekolah kenapa ribut-ribut sama siswa baru?" Tanya Bara pada Latika saat gadis itu sedang melihat tv di lantai bawah.

Latika menoleh ke arah kakaknya yang sedang berdiri dengan membawa helm di tangannya, terlihat akan keluar. Apalagi jika bukan balapan malam-malam seperti ini.

"Latika nggak suka aja kalau siswa baru itu menempel sama Sergio. Latisha ngebatin terus, gue sakit lihat Latisha begitu kak" jawab Latika. Meskipun hubungannya dengan Latisha dulu tidak begitu baik dan dulunya Latika senang melihat Latisha menderita. Kini berbeda, Latika merasakan sama-sama sakitnya saat Latisha menangis dan terpuruk pada setiap apa yang di rasakan nya. Hanya saja dulu, Latika tidak begitu peduli. Mau Latisha hidup atau tidak bukanlah urusannya. Hubungannya yang membaik kini juga turut membuat ikatan batinnya menjadi lebih kuat.

"Kalau kakak rasa itu bukan hak kamu untuk bisa berlaku kasar disana. Kalau sampai papa denger ini, bukan cuma kamu yang di marahi. Tapi Latisha juga bisa di larang sama Sergio. Bikin keributan di sekolah" ucap Bara.

"Latika nggak bisa melihat Latisha sedih" jawab Latika

Bara menghembuskan nafasnya kasar. Ia tidak akan pernah tau perasaan batin seperti Latika dan Latisha karena mereka tidak sedarah dan tidak ada hubungan saudara seutuhnya. Jadi Bara juga tidak bisa menghakimi Latika lalu memvonis jika gadis itu bersalah meskipun berdalih untuk melindungi kembarannya. Bara tidak akan pernah merasakan hal itu.

"Kakak lupa bilang, grandpa meninggal tadi pagi. Mama sama Papa nggak jadi pulang hari ini. Mereka cuma berpesan supaya kakak jagain kalian berdua sama nambah jumlah bodyguard di rumah. Terus kalian nggak usah kesana" ucap Bara

Latika memejamkan matanya lalu air menetes dari sana. Rasanya baru beberapa hari lalu Latika pulang dari New York. Ia tidak tau jika itu adalah pertemuan terakhirnya dengan sang kakek. Bara otomatis meletakkan helmnya, memeluk Latika yang sedang sibuk menyembunyikan air matanya.

"Kok cuma aku sama Latisha? Kakak nggak di minta kesana juga?" Tanya Latika

Bara tersenyum paksa. Kakek dan neneknya tidak pernah mengharapkan Bara hadir dalam rumah tangga anak dan menantunya. Tidak pernah menganggap Bara sebagai cucunya juga dan tidak ingin melihat tumbuh kembang Bara. Berbeda dengan Caca dan Samudra yang menyetarakan sayangnya antara anak kembarnya dan anak yang di adopsinya. Karena mereka menganggap jika adopsi juga bagian dari tanggungjawab.

"Enggak. Kan kakak jagain kalian berdua" jawab Bara

Latika mendongak merasa aneh, gadis itu tidak pernah melihat Bara pergi ke New York sendiri atau bersama dengan mama papa nya. Yang sering datang kesana hanya Latika dan Latisha. Bara selalu menetap di Indonesia

"Kak Bara nggak pernah kesana?" Tanya Latika

"Pernah dulu waktu kecil. Kamu aja yang nggak tau karena masih kecil dibanding kakak. Terus kakak nggak suka aja kalau kesana sendiri" alibi Bara lalu bangkit dari duduknya, mengambil helm yang ia letakkan di atas meja "kakak mau keluar dulu. Kalau ada apa-apa kabarin aja" sambung Bara kemudian melenggang pergi daripada Latika semakin bertanya yang macam-macam dan membuat Bara kesulitan untuk menjawab.

Seusai Bara tidak lagi di area rumah, Latika langsung mematikan siaran tv. Gadis itu mendatangi kamar Latisha yang ada di lantai 5.

Latisha sedang membenamkan matanya di lutut yang menekuk saat Latika membuka kamar kembarannya. Bahu Latisha bergetar yang menandakan jika gadis itu sedang menangis.

Tanpa berkata apa-apa Latika langsung menghampiri Latisha, merengkuh Latisha dalam pelukannya.

"Sergio lagi?" Tanya Latika pelan

My Flat BoyfriendDonde viven las historias. Descúbrelo ahora