(54) Break

304 42 0
                                    

Berulang kali Sergio melihat jam di dindingnya. Ia menunggu mama nya pulang dari sekolahnya dalam pembagian rapot. Mondar-mandir di depan Pamela yang sedang makan siang.

Gadis itu pusing sendiri melihat kakaknya yang tidak tenang sejak mama nya berangkat. Setahun dua kali Sergio selalu melakukan rutinitas itu, mondar-mandir kadang menggerutu sendiri menunggu rapot semesterannya datang.

"Mondar-mandir kayak setrika aja" sindir Pamela

"Gue pusing Sri gimana kalau gue nggak dapat peringkat 1" ucap Sergio

"Ya udah sih. Sekali aja nggak dapat peringkat 1. Pamela selalu dapat peringkat 5 biasa aja tuh" ucap Pamela enteng seolah mendapatkan peringkat 5 adalah kebanggaan

"Itu kan lo bukan gue Sri" ketus Sergio

"Gue peringkat tengah-tengah slow aja. Sergio sekali nggak dapat peringkat 1 aja heboh" sahut Saga yang tengah mengambil air mineral di dapur. Cowok itu mendengar perdebatan antara kedua adiknya.

Sergio memutar bola matanya. Dalam keluarga ini, yang memiliki otak waras hanyalah mama, papa dan dirinya. Pamela dan Saga hanya memiliki setengah otak waras.

Suara pintu terbuka terdengar sampai ke telinga cowok itu. Sergio menghampiri mama nya yang baru masuk dengan wajah lelahnya tapi tetap tersenyum.

Sergio langsung mengambil alih rapot nya, mengecek nilai yang ia peroleh dalam satu semester ini. Peringkatnya turun 1 tangga dari sebelumnya

"Mama nya Latisha cantik ya" ucap Dewi sembari menaruh tas nya di sofa

Saga dan Pamela menyusul ke ruang tamu. Mengambil alih rapot milik Sergio karena pemiliknya nampak syok dengan perolehannya

"Alhamdulillah dapat peringkat 2" ucap Saga penuh rasa syukur

"Petaka" ucap Sergio. Wajahnya kusut seketika, otaknya tiba-tiba macet dan seperti berhenti beroperasi. Satu fikirannya, semua pasti karena ia terlalu membagi fokusnya pada Latisha.

"Sergio, mama nya Latisha cantik. Pemilik yayasan, kok kamu nggak pernah bilang sih sama mama. Mama kan jadi insecure sama calon besan" ucap Dewi sembari menyibak anak-anak rambut di sebelah telinga nya

"Yang dapat peringkat 1 siapa ma?" Tanya Sergio tanpa mau membahas Latisha saat ini

"Siapa ya namanya, A. . . Alatas" ucap Dewi setelah berhasil mengingat nama peringkat pertama di kelas Sergio dan berhasil menyalip cowok itu

Sergio mengusap wajahnya kasar, Alatas memang berambisi untuk mengalahkan Sergio sejak kelas 1. Dan kini cowok itu sudah berhasil menyalip rangking perolehan Sergio.

"Nggak papa sayang. Peringkat 2 juga bagus kok. Semester depan di tingkatkan lagi belajarnya. Hari ini belum beruntung aja" ucap Dewi. Wajahnya tersenyum. Dewi tidak pernah menuntut anaknya untuk selalu ada di urutan pertama atau menjadi yang paling pintar. Semua terserah anak-anaknya, tanpa Dewi ikut campur. Hanya sebatas memberi saran dan mengarahkan, selebihnya Dewi mengikuti keputusan ketiga anaknya.

"Kayaknya Sergio perlu istirahat sama Latisha" ucap Sergio lalu menggigit telunjuknya. Beranjak pergi dengan berlari kecil.

"Istirahat?" Batin Pamela lalu menyusul kakaknya.

"Bukannya kemarin udah refreshing ya Ga? Waktu di Bali" ucap Dewi pada Saga yang masih berdiri melihat rapot milik adiknya. Semua nilai di atas angka 9. Tidak sama seperti rapot Saga yang di dominasi angka 8 dan paling mentok hanya 86, peringkat tengah tapi Saga tidak heboh seperti Sergio.

"Iya Ma" jawab Saga

Pamela yang berjalan menyusul kakaknya kini ikut masuk dengan Saga ke dalam kamar cowok itu. Duduk di sebelah Sergio yang sedang mengutak-atik ponselnya.

My Flat BoyfriendWhere stories live. Discover now