54. LOVE YOURSELF (END)

71.4K 3.2K 1K
                                    

Arsen tidak pernah berubah. Bahkan di saat seperti ini pun, tindakannya selalu manis.

Hanya saja, Moza sudah mulai menyaring hal-hal manis dari sahabatnya itu. Layaknya makanan, ada sesuatu yang murni manis, ada pula rasa manis karena pemanis buatan. Yang kebanyakan berubah menjadi rasa pahit.

Kalimat Arsen barusan memang terkesan manis. Namun, semuanya semu dan hanya berujung kepahitan.

Sudut mata Moza menangkap bayangan Romeo yang berjalan memasuki mobil. Keduanya tengah berada di parkiran gedung perkantoran yang menyatu dengan mall. Tadinya Moza membawa kendaraan sendiri, tapi sialnya ban mobilnya malah kempes dan ia tidak punya banyak waktu untuk menunggu sampai bannya selesai diganti dengan ban cadangan.

Moza kembali menatap layar ponselnya, lebih seperti melamun alih-alih mengetikkan balasan.

"Moz, are you ok?" tanya Romeo, yang kini sudah masuk ke dalam mobil dan mendapati Moza terpaku dalam raut sendu.

Alih-alih menjawab pertanyaan Romeo, Moza justru terngiang kalimat sahabatnya.

Beat a bunch of bastard?

Oh, really? Moza tersenyum pahit.

Matanya lantas mengarah ke Romeo, yang masih menatap ke arahnya.

Then come here. I'm with bastard right now.

Come here. Beat him and grab my hands away from him.

Moza berbisik dalam hati. Terus berbisik. Hingga tiba-tiba matanya memanas.

"Moz? Something happen?" tanya Romeo lagi, ketika mata Moza mulai berlinang. Romeo hendak membuka mulutnya lagi, ketika akhirnya Moza lebih dulu bersuara.

"Kiss me."

"What?"

"Just shut up and kiss me..." pinta Moza dengan napas tersengal. Dan ketika Moza membuka mulut untuk meminta ke sekian kalinya, Romeo lebih dulu membungkam suara perempuan itu dengan bibirnya.

Mata Moza terpejam. Dalam hatinya, terus berbisik kalimat...

Kiss me until he comes. Kiss me until he shout my name and drag me away from you. Kiss me until he comes...

Namun, tidak seperti sebelumnya-sebelumnya... Arsen tidak pernah datang. Tentu saja. Semua orang waras juga tahu Arsen sedang terbaring di rumah sakit. Dirinya saja yang berharap, mungkin karena ia sudah tidak waras.

Tangan Moza meraih tengkuk Romeo, memperdalam ciuman. Dalam decap bibir yang saling beradu, Moza mengganti untaian kalimat dalam batinnya.

Bila ciuman ini tidak sanggup mendatangkannya, setidaknya cium aku sampai rasa sakit ini hangus terbakar gairah.

****

Setelah mengetahui cara pandang papanya dan memilih untuk melakukan dengan caranya sendiri, lantas apa yang Arsen lakukan?

Memilih dan memutuskan dengan siapa ia akan menjalani kehidupan romansa?

Tentu saja tidak. Memangnya siapa Arsen, sampai seenaknya memilih wanita?

Arsen hanya belajar. Membiarkan kesendirian menyadarkannya akan perasaannya terhadap perempuan...

Arsen mencintai Mia dalam kadar romantisme yang begitu tinggi. Berhasrat ingin mengayomi dan membahagiakan. Yang saking besarnya, hingga membuatnya sanggup mengalah untuk berjalan sendirian tanpa adanya sosok Mia di sisinya. Merangkum cinta itu hingga mengkristal dalam dadanya, asal Mia tidak tersiksa lagi.

HEROINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang