44. Pemeran Utama

21K 2.2K 5K
                                    

Moza menyesap minuman yang dipesannya. Campuran citrus dan soda. Di hadapannya, Mia menatap gelasnya dengan tatapan kosong.

"Mau ngomong apa? Gue nggak punya waktu banyak sebenarnya." Moza memulai percakapan.

"Gue udahan sama Arsen." Di latar belakangi lagu Senorita milik Camila Cabello dan Shawn Mendes, suara Mia semakin terdengar lemah.

"Lagi marahan maksudnya?" tanya Moza, matanya melirik sekilas penyanyi pria dan wanita berusaha keras membawakan lagu mendekati versi aslinya. Alih-alih mendapatkan kesan seksi bak Camila Cabello, Moza justru menangkap kesan bitchy yang dibuat-buat.

"We broke up. For real." Mia memperjelas.

Kening Moza berkerut. "Semudah itu?"

"Nggak pernah mudah, Moz. Baik sekarang, maupun yang dulu."

"Kenapa putus?"

"Maybe it's the best for us?" Mia menatap gamang. Tersirat bahwa ia sendiri tengah kebingungan dan tidak yakin dengan langkah yang diambilnya.

"Well, I know you two are having a hard time." Moza menelisik. "Tapi maksud gue, kenapa baru sekarang?"

Mia tidak menjawab.

Moza menghela napas. "Karena lo baru sadar, kalo cinta kalian nggak cukup buat ngelewatin ini semua?"

"It's got bigger everytime. Perasaan itu makin besar. Tapi dengan kondisi kayak gini, bikin gue makin takut."

"Takut kalo sewaktu-waktu Arsen ninggalin lo? Jadi demi mencegah lo sakit di kemudian hari, lo milih nyakitin orang itu duluan?" Moza berdecak. "Gue lupa. Sejak kapan manusia nggak egois perkara ini?" Gumamnya, nadanya kini mulai serius. "Arsen gimana? Dia pasti udah kayak orang gila. Lo tega?"

"Justru gue nggak tega ngikat dia lama-lama. Tekanan dia dari mana-mana. Sementara gue nggak bisa berbuat apa-apa," terang Mia. Napasnya mulai tidak teratur.

"Terus lo mau pergi gitu aja? Jadi huru-hara yang kalian buat kemarin, cuma untuk ini?"

"Gue beneran nggak tau harus gimana, Moz..." suara Mia makin serak. Dadanya seperti ditindih beban berat.

Moza mengetukkan jari-jarinya ke meja. "It's okay. You have the right to choose. Buat milih mau akhir kisah kayak gimana dan diingat seperti apa." Gadis itu menjeda kalimatnya. Lalu menatap Mia tepat di matanya. "Sejarah ditulis oleh pemenang, Mia. Mungkin di mata orang, gue yang berhasil ambil simpati mereka. Well, meski gue nggak pernah anggap ini kompetisi. Hubungan gue sama Arsen. Mereka menganggap foto-foto kami yang kelihatan mesra dan serasi ibarat dongeng putri sama pangeran. Beda cerita kalo lo yang menang, cerita akan berubah total. Lo bakal jadi pemeran utama yang disebut Cinderella."

Mia meremat kedua tangannya yang berkeringat. Sudut matanya menghangat karena air mata mulai menerobos keluar. "Do you love him?"

"Does it really matter?" Moza menaikkan satu sudut bibirnya ke atas. "Bahkan yang ngakunya cinta aja bisa ninggalin dia gitu aja, kan?"

****

You're in my vein, in my blood, in my bones, in my heart, in my head

HEROINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang