39. Not a Cinderella

23.2K 2.1K 366
                                    

Mia mencelupkan kakinya ke dalam bath yang dipenuhi kelopak bunga mawar, mengambang di permukaan airnya. Dari jendela kamar mandi spa itu, Mia bisa melihat bundaran HI dikelilingi gemerlap lampu kendaraan dan gedung-gedung sekitarnya. Perlahan, Mia membenamkan tubuhnya ke dalam bath usai menyelesaikan sesi aromatic massage dari paket spa spesial yang dipesan Arsen untuk dirinya.

Saat mengajaknya berangkat ke sini menjelang senja tadi, Arsen melarangnya untuk berdandan dan membawa gaun atau semacamnya.

"Kamu bakal dress up di sana, Sayang. Aku udah siapin ibu peri buat kamu. You'll be my Cinderella tonight," kata Arsen. Tangannya menangkup wajah Mia gemas.

Saat itu, Mia masih menatapnya ragu. Yang benar saja, ia jalan ke hotel bintang lima dengan celana jeans, tank top, dan cardigan H&M kasual?

Arsen menatapnya lekat, embusan napasnya terasa hangat di hidung Mia. "Aku tau kamu selalu cantik, tanpa MUA sekalipun. Tapi, bukannya perempuan suka kalo mereka tampil sempurna dan diperlakukan kayak puteri? So I'll do my part and you'll do yours by enjoying every single step, okay?"

Arsen tersenyum sebelum membenamkan bibirnya ke kening Mia. Maka, berakhirlah Mia di sini. Menghirup aroma mawar dan membasuh dirinya dari olesan-olesan lulur dan minyak spa yang membuat tubuhnya lengket.

Begitu selesai membersihkan diri, MUA terlatih menyambutnya dengan sapuan-sapuan make up natural. Nasib yang sama juga terjadi pada rambut dan kukunya. Selama proses itu berlangsung, jantungnya bertalu-talu tak sabar ingin melihat hasil akhir dari sihir pasukan peri dalam dongeng semalamnya ini. Setitik kecemasan terbersit pula di benaknya. Bagaimana reaksi Arsen? Apakah kekasihnya itu bakal menyukainya? Ah, Mia tidak sabar!

Sebuah gaun malam berwarna blush pink dengan taburan kerlip serupa permata di bagian dada dan punggung yang diselimuti kain transparan tipis, menyambutnya. Mia menangkupkan kedua tangan ke mulutnya, saking terpananya. Begitu dikenakan, gaun itu melekat sempurna mengikuti setiap lekuk tubuh Mia, seolah diciptakan khusus untuknya. Kesan anggun dan seksi yang keluar bahkan membuat asisten MUA hampir menangis saking takjubnya.

"Ini tuh persis yang ada di impian semua cewek. Kapan aku punya pacar yang bisa giniin aku?" desah si asisten itu iri.

Mia tersenyum tipis. Lalu, sepasang sepatu Jimmy Choo edisi Cinderella melengkapi keajaiban pasukan peri malam itu.

Seperti Cinderella yang diantar kereta labu ke istana pangeran, Mia didampingi oleh pelayan hotel menuju tempat pangerannya menunggu.

Arsen benar-benar mengatur semuanya dengan sempurna. Wanita mana pun akan terkesan dengan skenario macam ini.

Di depan pondok yang sudah dihiasi dengan pita dan lampu-lampu, bertempat di atap hotel bintang lima kota metropolitan itu, Arsen berdiri di sana.

Diiringi Make You Feel My Love dari Adele yang dibawakan dengan irama jazz, Arsen berjalan mendekatinya. Lelaki itu mengenakan tuksedo gelap menawan. Mia belum bisa menangkap senyum Arsen, karena jarak mereka belum terlalu dekat. Hingga beberapa jarak terlewati, langkah Arsen semakin cepat.

Senyum sudah terpatri di bibir Mia ketika Arsen menghampirinya. Saat itulah Mia menyadari sesuatu. Berbeda dengan yang dibayangkan Mia beberapa menit lalu, bukan senyuman yang tersemat di wajah Arsen sekarang. Melainkan raut tegang dan gurat kecemasan.

HEROINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang