41. Ujung Tanduk

20.8K 2.3K 4.1K
                                    

Nothin' lasts forever
And we both know hearts can change
And it's hard to hold a candle
In the cold November rain

November Rain - Guns N' Roses

Semburat senja hari itu menggelayut manis di antara gedung-gedung pencakar langit. Mia tergoda untuk mengabadikan pemandangan itu melalui ponselnya.

Setitik keberanian mulai muncul dalam dirinya untuk kembali aktif di media sosial. Ia memasang foto langit Jakarta dengan semburat oranye sore itu, di instastory-nya.

Beberapa menit setelahnya, dm-nya kembali banjir. Well, sebelumnya memang sudah penuh. Namun, semenjak skandalnya dan Arsen memuncak, ia meng-uninstall instagramnya. Saat beberapa hari lalu ia kembali mengunduh aplikasi itu di ponselnya, pemberitahuan yang masuk masih dalam porsi yang Mia bisa mengabaikannya.

Berbeda dengan sore ini, saat dm-nya kembali dibanjiri pesan. Dalam tempo pesan masuk yang begitu cepat, Mia dapat membaca beberapa pesan yang menusuk uluh hatinya.

Anj*ng. Nih pelakor udah mau ngegoyang lagi?

Nerima jasa numpang buang p*ju ga?

Mia.. r u ok? Be yourself dear, don't listen to ppl who dont know you

Ka Mia kapan update lagi? Kangen nih

Beberapa kesempatan, Mia dapat menangkap adanya pesan positif. Namun, pesan itu tergeser ke bawah, didesak oleh luapan pesan berisi makian dan hujatan.

L*nte

Yang nemenin akan kalah dengan yang nenenin

Mia hendak menjauhkan ponselnya, ketika satu pesan WhattsApp dari Tonny, menghiasi layar ponselnya.

****

Tonny resign.

KEPARAT! Dasar Parasit! Mia memaki dalam hati. Bisa-bisanya bangsat kemayu satu itu meninggalkannya setelah apa yang sempat diambilnya dari pencapaian Mia dulu.

Kontrak dengan brand-brand ternama, tawaran endorsement yang deras mengalir tiap hari, perjalanan vlog dan pemotretan ke berbagai tempat di Indonesia maupun negeri tetangga, semuanya dinikmati Tonny tanpa kepayahan. Tubuh gempalnya seolah berlayar tanpa lelah melakukan ekspansi di dunia hiburan. Setiap tetes keringat menjadi senyuman.

Naif. Bukan senyuman lah poinnya. Semua akan baik-baik saja jika pundi-pundi uang terus mengalir. Sampai akhirnya mereka sampai pada kondisi di mana Mia terperosok seperti sekarang. Akar-akar masalah hanya menjerat Mia. Mereka yang bisa angkat kaki dengan mudah, jelas saja memilih terus berjalan sambil melambaikan tangan. Meninggalkan Mia tanpa sesal.

Shit! Setelah ini apa lagi? Mia bahkan sudah tidak punya sesuatu yang tersisa untuk kehilangan lagi.

Jam menunjuk pukul sepuluh malam. Dari dalam kamar, Mia bisa mengintip Arsen yang tengah serius mempelajari beberapa berkas dan sesekali menelpon seseorang entah siapa.

Kira-kira pukul delapan tadi, Arsen tiba di apartemen dengan wajah kusut.

"Kamu udah makan? Aku bawain dimsum kesukaan kamu," kata Arsen tadi sembari melepas kemejanya lalu berjalan menuju kamar mandi.

Begitu selesai mandi, Arsen langsung hinggap di meja tempatnya biasa menyelesaikan pekerjaan.

"Sen," panggil Mia, bersamaan dengan bunyi panggilan masuk dari ponsel Arsen.

HEROINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang