13. Merajut Kenang dan Harap

32.2K 2.8K 120
                                    

Derit pintu kamar mandi yang terbuka mengusik Mia, Arsen baru saja menggunakan kamar mandinya setelah hampir satu jam menggenggam tangan Mia hingga perempuan itu tenang dan tertidur.

"Kamu nggak pulang?" Mia bertanya lirih. Ia tidak sepenuhnya tertidur.

Tangan Arsen kembali mengisi sela-sela jemari Mia.

"Aku nggak tau bisa ketemu kamu lagi atau enggak. Bisa ngelindungi kamu lagi setelah ini, atau enggak. Karena itu selama aku masih punya kesempatan, aku mau di sini. Mastiin kamu baik-baik aja. Meskipun dengan ngelakuin hal remeh seperti ngambilin kamu minum atau cuma ngelihat kamu tidur." Arsen bicara dengan suara selembut beledu.

Detik ini, adalah satu-satunya yang mereka miliki. Arsen tidak bisa menjanjikan apapun. Ia tidak punya kuasa atas kata nanti, kelak, atau masa depan. Karenanya selama ia bisa, ia akan bersama Mia.

Mia mengubah posisi tidurnya, kemudian menatap lelaki yang kini berlutut di sisi tempat tidurnya itu. Sama seperti Arsen, tatapan Mia mencari sesuatu. Dan saat menemukannya, Mia tahu ia sudah bunuh diri. "Kalo gitu..., bisa nggak, waktu berhenti di detik ini?"

Arsen mengusap kepala Mia, tersenyum lembut mendengar gadis itu mulai merancau karena pengaruh obat penenang. Tonny bilang, beberapa minggu terakhir Mia kembali dihinggapi mimpi buruk. Sejak itu pula salah satu kenalan mengenalkan Mia pada obat itu.

Awalnya Tonny melarang, tapi ia tidak tega dengan kondisi Mia. Apalagi obat itu sepertinya membantu. Ia pun memperbolehkanya, bahkan tanpa memberitahu Helen. Karena teman Mia satu itu pasti langsung memarahinya.

"Bawa Mia ke ahlinya Ton, bukan malah ngebiarin dia ngonsumsi obat tanpa pengawasan gini. Gue ada kenalan profesional. Nanti lo atur sesi terapi Mia sama dia," kata Arsen tadi.

Kini, Arsen merasakan jemari Mia menggenggamnya semakin erat.

"Kalau ini mimpi... jangan bangunin aku ya, Sen? Aku nggak mau buka mata dan tiba-tiba kamu nggak ada," pinta gadis itu.

Mendengar ucapan itu, dada Arsen seperti disayat. Dikecupnya puncak kepala Mia, kemudian mendekap gadis itu erat-erat. Dan Mia membalasnya.

Ia sudah tidak kuat lagi menampung perihnya sendirian. Ia butuh membaginya pada satu sosok yang ikut menanamkan perih itu kepadanya. Dipeluknya Arsen untuk menutupi rongga dalam jiwanya selama ini. Detik itu, separuh dunianya yang sempat hilang kembali.

Saat hampir seluruh negeri memusuhinya, ia punya Arsen yang menginginkannya tanpa peduli apapun.

****

Chan-Chan dari T-roots & Carrera mengalun saat Arsen memasuki lounge dalam hotel berbintang bersama rekan satu timnya. Tempat semacam ini biasanya digunakan untuk bersantai menunggu sebelum atau sesudah pertemuan bisnis. Akhir tahun membuat tidak banyak meja yang tersisa.

Arsen dan rombongannya menuju meja samping jendela yang mempertontonkan pemandangan gedung pencakar langit New York di malam hari. Sebenarnya, Arsen dan timnya jarang menggelar perayaan khusus tiap selesainya target. Hanya saja, berhubung ini hari terakhir Arsen bergabung dalam tim kerja ini, mereka sengaja mengadakan acara minum kecil-kecilan.

Setelah sebulan mengajukan resign dan menyelesaikan proses serah terima jabatan, Arsen secara resmi mundur dari kantornya. "So, when will your wedding be held?" Ruben, salah satu rekannya membuka suara.

HEROINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang