31. LABELING

19.4K 2K 451
                                    

Ingar bingar musik beriringan dengan lampu-lampu yang saling berkedip. Terdengar sorakan dari muda-mudi yang berkumpul, begitu DJ perempuan dengan pakaian cukup minim memulai aksinya. Suasana kelab malam berlantai tiga di bilangan Jakarta Selatan itu semakin hidup dengan hentakan musik dan pengunjung yang semakin ramai menuju tengah malam.

Di lantai dua, tepatnya salah satu meja yang tadinya berisikan orang-orang yang dikenalnya, Mia duduk memandang kosong ke arah dance floor yang kini dipenuhi pengunjung. Terlihat Tonny dan beberapa temannya yang lain mengentakkan kaki dan menari mengikuti alunan musik.

Mia tersenyum pahit. Diteguknya lagi alkohol di gelasnya. Rasa pahit bercampur asam yang sedikit menusuk tenggorokannya, menjadi pengalih rasa sakitnya yang lain. Gelenyar memabukkan dari minuman itu rasanya menjadi pengusir penat paling instan di tengah harinya yang buruk.

Oh benarkah ini hanya harinya yang buruk? Atau nasibnya memang buruk? Otak Mia sudah tidak bisa lagi berpikir. Saat itulah sebuah lengan terbuka merangkulnya.

Samar-samar, Mia dapat melihat pria yang kini merapatkan tubuh ke arahnya. Emir. Mia mengenali wajah itu.

Bagaimana tidak? Dia adalah pria brengsek yang mendekati Mia secara paksa dan membuat Mia terseret dalam sebuah skandal memuakkan. Skandal yang berujung balas dendam si cewek pada Mia dengan menyebarkan video Mia di ruang ganti studio foto.

"Sini dong, babe. Kita have fun," rayu Emir ketika Mia menolak dan berusaha menyingkirkan tangan kotor laki-laki itu dari tubuhnya.

"Lepasin," decak Mia. "Jangan kurang ajar!" Mia menyentak dan mendorong tubuh Emir cukup kasar.

Rahang Emir mengeras. Tangannya mencengkeram lengan Mia semakin kasar. "Jual mahal banget sih, anjing! Emang berapa yang cowok itu kasih buat tidur sama lo?"

Mia mendelik. Tangannya terus meronta, berusaha lepas dari cekalan jemari yang makin menekan kulitnya.

"Setelah viral sama tuh cowok entah siapa, lo masih sok suci gini?" Emir menarik tubuh Mia untuk merapat ke arahnya. "Sebutin aja lo mau apa, gue bakal kasih lebih dari dari cowok itu. Asal malam ini lo sama gue."

"Lo gila! Lepasin!" Mia berontak. Sayangnya hentakan musik yang jauh lebih keras, meredam suaranya.

"Perek ya tetep perek. Sekalipun lo usaha mati-matian buat jadi artis papan atas kayak sekarang. Udah deh... sama gue ya, bakal gue bikin enak." Emir mulai mengendus bahu Mia.

Mendengar kata terlarang itu terucap, Mia tidak lagi bisa diam. Satu tangannya yang bebas meraih satu gelas di meja, lalu memukulkannya ke pelipis Emir. Tidak terlalu keras sampai membuat berdarah, tapi cukup untuk membuat cowok itu tersentak dan melepaskan tangannya yang satunya.

"Pergi nggak lo?! Atau gue teriak supaya lo diseret keluar sama security!" bentak Mia dengan mata melebar. Dadanya naik turun karena napasnya yang memburu. Jemarinya meremat gelas keras-keras.

Emir hendak membalas Mia dengan perlakuan kasar, tapi kedatangan seorang wanita yang memiliki otoritas tertinggi di tempat ini, menghentikan aksinya.

"Ngapain lo ganggu temen gue? Tempat gue nggak melayani prostitusi ya, kalo lo mau nyari perek nggak usah ke sini!" bentak Tania, pemilik Sky Life yang beberapa kali pernah terlibat kerjasama dengan Mia.

HEROINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang