27. Bersama

20.8K 1.9K 254
                                    

Mia baru tersadar saat Arsen menanyakan hal itu. Perhatiannya kini kembali fokus ke layar ponselnya, yang masih menyiarkan langsung kegiatannya malam ini.

Ya ampun cowok tadi siapa?

Woy, gue gak salah liat kan? Tadi ada cowok masuk kamar ka mia?

Cowok mia lagi numpang mandi ya?

Malem2 gini kok ada tamu cowok di rumah mbaknya

Itu sodaranya kali

Apa gue doang yg tadi denger tuh cowok manggil sayang?

Aw, Mia, happy for u

Kak Mia cowoknya ga mau dikenalin sekalian?

Mia merasakan kepalanya berdenyut-denyut saat membaca serentet komentar yang masuk di siaran langsungnya. Dalam sekejap, fokus live itu sudah tidak lagi membahas skin care, melainkan perihal Arsen yang tidak sengaja tertangkap kameranya. Mia tidak mampu berpikir jernih. Segera diakhirinya siaran langsung itu tanpa mengucapkan kalimat penutup.

Hening. Jantung Mia berdegup cepat, sementara tubuhnya membeku. Matanya menatap nanar layar ponselnya yang kini menampilkan beranda instagram.

Di sudut kamarnya, Arsen masih berdiri terdiam. Dilihatnya Mia yang tertunduk tak bersuara. Layar ponselnya sudah menghitam karena tak berani disentuhnya lagi. Arsen segera menghampiri Mia. Ia berlutut di samping tempat tidur, tangannya meraih jemari Mia yang mengepal kaku dan dingin.

Mata Mia memanas. "Sayang, aku ceroboh banget. Gimana ini? Gimana kalo...." Mia tidak sanggup menyuarakan kekhawatiran yang menumpuk, mendesak tenggorokannya.

"Sssttt... kamu tenang dulu." Arsen meraih Mia ke dalam pelukan. Dirasakannya kedua tangan Mia membalas pelukannya lebih erat.

"Mereka udah liat. Mereka pasti bahas ini, Sen. Aku harus gimana?"

Arsen terus mengusap punggung Mia. Ia menelan ludah kasar. Dari cermin di sampingnya, Arsen bisa menangkap pantulan wajahnya yang memucat. Bukan hanya Mia, ketakutan juga menjeratnya hingga sesak sekarang.

Mia menggigit bibirnya. Dalam kepalanya bersahut-sahutan komentar-komentar yang akan dilontarkan warganet terhadapnya. Bagaimana luapan makian dan hujatan membawa namanya ke gerbang kehancuran. Mia memejamkan matanya, tidak sanggup.

Arsen mengurai pelukan ketika dirasakannya Mia terisak dan makin tertekan. Ditatapnya Mia yang gemetar ketakutan. Tangannya meraih pipi kekasihnya lembut.

"Kamu pernah ngalamin yang lebih berat dari ini. Dan kali ini kamu sama aku. Kita lewati bareng. Ada aku, Sayang."

Mia menatap Arsen. Bola mata hitam lekaki itu membingkainya dalam sorot tajam menguatkan.

Tangan Arsen bergerak menghapus air matanya. "Kamu nggak sendiri."

Keduanya kembali saling mendekap. Saling membesarkan tekad. Menjadikan dunia sebutir debu di bawah kaki mereka.

****

Tonny menggedor pintu apartemen Mia. Tangannya tidak puas dengan hanya memencet bel di hadapannya berulang-ulang.

HEROINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang