Bagian 52: Penenang

844 42 10
                                    

"Kak Elsa ada paket" ucap Viona dari luar pintu sembari mengetuknya beberapa kali tapi tidak ada sahutan. Dengan sekali hembusan nafas, Viona pun masuk dan Elsa tidur dengan menghadap ke dinding, membelakanginya. Pantas saja jika Elsa tidak mendengar panggilan dari Viona.

Viona pun duduk di sisi ranjang, mengguncang tubuh kakaknya pelan sampai Elsa terbangun dengan wajah kesal. Tentu karena tidur nyamannya telah terusik.

"Ada apa lagi Vio? Kakak baru bisa tidur" tanya Elsa dengan ketus. Setelah selesai menangis tadi, dan mama nya berpamitan untuk keluar sebentar ke supermarket barulah Elsa yang sudah sembab di seluruh wajah memutuskan untuk tidur. Baru dapat 15 menit, Viona sudah mengganggu tidur indahnya.

"Santai aja dong mbak. Nih Ada paket dari pangeran kocak. Bilang apa sama Vio?" ucap Viona sembari memberikan kotak kado warna emas yang berhias pita.

"Makasih ya adik yang nggak pernah durhaka" ucap Elsa seolah tidak ikhlas dengan ucapan terima kasihnya. Seusai itu Viona langsung keluar dari kamar kakaknya, memainkan game online favoritnya kembali. Tidak ada alasan untuk tiduran sementara teman-temannya yang lain mengajak ranked.

Elsa membuka kotak tersebut. Membuka pita terlebih dulu lalu melihat isinya. Beberapa cokelat dan snack. Yang biasa Elsa beli ketika di supermarket, ternyata Dava mengingat kesukaan Elsa tanpa gadis itu tau. Terdapat amplop warna Lilac juga di dalamnya, Elsa membaca penuturan Dava dalam kata-kata

-Dava Arga Pratama-

Elsa, kamu berbeda dari yang lainnya. Kamu sederhana, apa adanya, misterius dan begitu sulit untuk ditebak.
Wajahmu bukan pahatan seniman kelas dunia ataupun buatan pabrik, yang jelas-jelas sempurna. Aku tak memikirkan bagaimana penampilanmu dan bagaimana caramu menata rambutmu.
Aku mencintaimu karena begitulah kamu. Kamu yang sulit ku tebak tapi begitu manis dalam beberapa peristiwa. Kamu menggemaskan dalam beberapa hal yang begitu sulit ku jelaskan. Aku mencintaimu. Kemarin, saat ini dan seterusnya. Percayalah.

(Davita Elsa Fabiolla)

Elsa tersenyum membaca sepucuk surat dari Dava. Elsa tau, Dava berusaha menghiburnya saat ini. Meskipun pengucapan Dava dalam surat begitu sulit, tapi semuanya nampak natural dan mudah untuk dipahami maksudnya. Elsa tersenyum lagi-lagi.

Elsa meraih ponsel yang tidak disentuhnya sejak tadi. Membuka chat dari Dava yang sudah tidak terhitung jumlahnya.

Dava: elsa

Dava: kamu knp?

Dava: aku ada salah?

Dava: sa

Dava: kamu yang diem tp aku yang pusing

Dava: elsa. Kakaknya Anna, i love you

Dava: elsayang

Dava: aku kesana jangan?

Dava: jangan deh

Dava: tuan putri

Elsa: kenapa Dav? Aku nggak papa. Baru bangun tidur dan baru menerima paket kamu. Makasih ya

Dava: mau jalan?

Elsa mengernyitkan dahinya. Jam sudah sore dan ini waktu untuk Elsa mandi.

Elsa: kemana Dav?

Dava: ada nanti. Mau?

Elsa: iya

***

Tepat pukul 7 malam Dava dan Elsa duduk berhadapan di sebuah taman yang berada di pinggir kota. Lampu kuning menghiasi setiap sisi dan sudut taman, begitu terang benderang. Hanya ada beberapa orang yang sesekali lewat. Kebetulan tidak ramai seperti taman yang lainnya. Sehingga Dava akan lebih mudah berbicara dengan Elsa.

"Elsa kakaknya Anna" panggil Dava

Elsa mendongak "apa Dav?" Tanya nya

"Senyum dong. Cemberut mulu kayak orang banyak hutang" ucap Dava

Elsa memaksakan seulas senyum tipis lalu kembali memasang wajah datarnya. Memikirkan hubungannya dengan Kalila yang hancur berkeping membuat hati Elsa terasa sakit. Sepedas apapun Kalila mengatai Elsa, Kalila tetaplah sahabat bagi Elsa. Jika waktu bisa di putarnya, Elsa akan memilih menceritakan semuanya dari awal, agar hubungan mereka tidak berlarut-larut seperti ini. Ini terlalu menyakiti hati Elsa. Elsa bukanlah orang baik yang bisa terus menerus menjaga hati setiap orang dengan benar.

"Semua masalah itu ada jalan keluarnya, setiap pohon selalu ada akarnya. Kalila hanya butuh waktu sendiri Sa. Untuk menerima semua ini" ucap Dava

Elsa menyeka air matanya yang tiba-tiba turun "tapi Kalila nggak baik-baik aja Dav"

"Kalila emang nggak baik-baik aja. Bukan kita yang salah, tapi ekspektasi dia terhadap aku yang terlalu tinggi, melampaui batas" ucap Dava lalu berganti duduk di sebelah Elsa. Merangkul pundak itu. Elsa lantas menyandarkan kepalanya di bahu Dava. Air matanya berhenti, tapi hatinya tetap sakit.

"Jadi, jangan lupa kita setelah ini mau ujian nasional. Masalah kita akan lebih banyak. Hal-hal yang nggak perlu seperti ini, jangan terlalu di masukkan ke dalam pikiran" sambung Dava lalu mengecup puncak kepala Elsa.

"Iya Dav" ucap Elsa. Wajahnya tersenyum kembali meskipun sedikit memaksakan.

"Mau makan Sa?" Tanya Dava

"Makan apa?"

"Makan orang. Ya makan apapun. Kamu maunya apa?" Tanya Dava balik.

"Apapun" jawab Elsa

Dava terkekeh "kamu mau cokelat?" Tanya Dava

"Mau" jawab Elsa dengan suara yang dibuat menggemaskan

Dava merogoh saku jaketnya lalu memberikan satu batang cokelat berbungkus ungu yang dibeli Dava dari penjual di lampu merah saat jalan ke rumah Elsa.

"Makasih Dav" ucap Elsa sembari membuka bungkus cokelat lalu memakannya tanpa banyak berkata.

"Aku bakal cari cara gimana Kalila bisa maafin kita. Dia bisa balik lagi ke kamu kayak dulu. Tapi nunggu waktu dulu ya Sa" ucap Dava. Elsa mengangguk meskipun ia tidak yakin jika Kalila akan mudah memaafkan Elsa yang sudah berbohong begitu besar. Mengkhianati persahabatan mereka.

"Mau pulang sekarang?" Tanya Elsa

"Udah selesai makan cokelatnya?" Tanya Dava balik

"Udah" jawab Elsa. Jika perkara makan cokelat jangan ditanya, Elsa bisa 3× lebih cepat dari pada perempuan pada umumnya. Sebatang cokelat bisa dihabiskan Elsa dalam jangka waktu 2 menit tanpa kesulitan.

"Ya udah ayo balik" ajak Dava sembari berdiri dari tempatnya dan menggenggam jemari Elsa

"Nggak jadi makan?" Tanya Elsa saat mereka mulai berjalan ke arah parkiran

"Makan apa?"

"Tadi yang kamu maksud mau makan apa. Kan tadi kamu nawarin"

"Tadi aku nawarin cokelat"

"Yang sebelumnya"

Dava terkekeh "kalau makan, lupa ya sama sedihnya" ucapnya sembari mengacak rambut Elsa.

BackstreetWhere stories live. Discover now