Bagian 37: Pantang Menyerah

730 42 11
                                    

Kalila duduk bersebelahan dengan Elsa yang tengah belajar padahal jam kosong baru saja di umumkan. Elsa dengan kulit sedikit sawo matang tapi memiliki paras yang begitu manis itu memang tidak pernah bosan untuk di pandang.

Dava yang duduk sedikit jauh dari Elsa sesekali menatap gadis dengan rambut sepunggung sedikit ikal tersebut, tentu Darwin melihat itu.

"Sa menurut lo kalau gue deketin Dava lagi gimana?" Tanya Kalila tiba-tiba. Elsa tertegun mendengar pertanyaan yang Kalila ajukan. Elsa tau, Kalila memang bukanlah tipikal orang yang mudah menyerah hanya karena penolakan. Hati Kalila itu kokoh, tidak seburuk yang orang lain kira.

"Gimana apanya? Bukannya Dava bilang udah punya pacar" ucap Elsa santai tanpa mengalihkan pandangannya dari buku Matematika di depannya

"Kan cuma pacar. Lagian ya, kalau gue ada usahanya. Bisa aja hati Dava terbuka buat gue, terus pas mereka ada masalah, Dava lari ke gue. Ya meskipun orang lain melabeli gue sebagai perebut. Tapi usaha kan nggak akan mengkhianati hasil" cerca Kalila dengan wajah sumringah. Elsa tidak tau darimana Kalila mendapatkan ide seperti itu. Tapi Elsa yakin, seorang Dava tidak mudah tergoyah hatinya. Elsa tau tipikal Dava yang setia pada satu perempuan meskipun jutaan perempuan cantik menghampiri.

Elsa tersenyum "gue mau belajar dulu" ucapnya dan di jawab anggukan oleh Kalila

"Sa, pinjem hp nya dong. Hp gue bateri nya habis mau gue cas dulu" ucap Kalila sembari menunjukkan layar ponselnya. Baterai Kalila memang tinggal 7 persen.

Elsa memberikan ponselnya pada Kalila tanpa berfikir apa-apa. Karena dalam ponsel tersebut, tidak ada sama sekali foto Dava atau dirinya. Foto bersama mereka sudah Elsa pindah ke flashdisk yang ada di rumah. Sedangkan aplikasi chat, Elsa memberikan sandi, tidak akan mungkin Kalila akan membukanya secara diam-diam.

*****

Elsa duduk melamun di kantin, ucapan Kalila seperti terngiang dalam ingatannya. Elsa ingin jujur, tapi ia tidak bisa melihat Kalila hancur. Kalila adalah sahabat baiknya, orang yang selalu mendengar keluh kesah Elsa di setiap waktu. Katakan jika Elsa jahat, tapi ia tidak bisa jauh dari Kalila. Persahabatan dan cinta yang tidak bisa di pilihnya. Semua itu melengkapi setiap puzzle dalam hidup Elsa. Elsa juga sudah berjanji tidak akan meninggalkan Dava apapun yang terjadi. Elsa terlalu serakah jika ingin mendapatkan keduanya. Tapi setiap harapan-harapan dalam hati Kalila juga menyakiti Elsa dalam diam.

Ponsel di genggaman gadis itu bergetar, Elsa langsung membukanya ada chat dari Dava disana

❤️: sayang kenapa ngelamun? Pasti bayangin masa depan kita ya?

❤️: I love you foreverrrrrrrrrrr

Elsa: Kalila bilang mau deketin kamu lagi

❤️: Deketin aku? Yaamponn mau usaha kayak gimana pun hati aku itu buat kamu Elsa Frozen. Mau dikasih Miss universe sekalipun di depan aku, aku nggak akan berpaling, dikasih Dayana? Sama sekali nggak berubah. Kan aku bilang i love you forever wkwkwkwk

❤️: bilangin sama Kalila, usahanya akan sia sia

Elsa: mls. Bilang aja sendiri sono

❤️: Yang perlu kamu ingat, kamu akan jadi perempuan satu-satunya yang paling aku cintai, setelah mama dan Diva. Kamu itu tujuan, cita-cita, bahkan visi misi dalam hidup aku Elsa.

Elsa: aku boleh minta sesuatu sama kamu?

❤️: Apapun aku turuti asal nggak minta tiket liburan luar negeri😭

Elsa: di buatkan candi boleh dong?

❤️: Kecuali itu juga kakaknya Anna

Elsa: wkwk iya canda candi

Elsa: kalau Kalila ngajakin kamu, kamu iyain ya Dav. Aku nggak bisa lihat Kalila nangis terus-terusan

Elsa: kamu sayang kan sama aku? Lakuin ya Dav

❤️: Harus?

Elsa: iyaaaaaa

❤️: Iya. Tapi kalau keseringan juga nggak mau

Elsa: makasih cowokku yang jelek

❤️: Satu-satunya perempuan yang bilang aku jelek itu cuma kamu saaa

Elsa: kan emang aku beda. Special mana bisa di samakan.

"Sa ini ada siomay. Kayaknya enak banget" ucap Kalila sembari meletakkan 2 piring siomay di atas meja dan 2 gelas minuman rasa cokelat seperti biasanya.

"Makasih Kalila" ucap Elsa dengan mata berbinar menatap siomay yang terlihat seperti kristal di matanya. Cacing-cacing dalam perut Elsa langsung demo meminta makan.

"Lo tunggu bentar gue ke tempat Dava" pamit Kalila yang langsung nyelonong pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Elsa.

Kalila berjalan dengan wajah yang cerah, tidak murung seperti biasanya. Nino mengode Dava jika Kalila datang menghampiri. Tapi Dava acuh melanjutkan makannya, tidak mau mengikuti arah pandang Nino.

"Dava" seru Kalila dengan cengar-cengir tanpa dosa

"Ada apa?" Tanya Dava yang nampak tidak tertarik dengan Kalila

"Gue ngajakin lo nonton, lo mau nggak?" Tanya Kalila

"Nonton apaan?" Tanya Dava balik

"Ada film Avengers sih yang lagi tayang beberapa hari ini. Sebenernya gue itu suka sama yang genre romance, tapi mungkin lo lebih suka sama film Avengers" jawab Kalila

Salah. Genre yang di sukai oleh Dava lebih mirip dengan genre yang di sukai oleh Elsa yaitu romance comedy. Kesamaan itu muncul sebelum mereka saling mengenal. Tapi sayangnya Elsa lebih suka berdiam diri di rumah dan menunggu film rilis di tv daripada menonton di bioskop. Dengan dalih mereka akan ketahuan nantinya.

"Gue pikir-pikir dulu" jawab Dava

"Gue mau jawabannya sekarang"

"Kapan?"

Kalila membelalakkan matanya senang, sepertinya Dava memang tertarik dengan ajakannya. Tidak sia-sia Kalila memantau film yang sedang tayang di bioskop tadi pagi.

"Besok gimana?" Tanya Kalila

"Boleh. Langsung ketemu disana aja" ucap Dava

"Oke. Kalau gitu gue kabari jam berapa nya" ucap Kalila lalu melenggang pergi

"Kok lo iyain sih Dav. Gimana Elsa?" Tanya Nino dengan suara super pelan

"Dia yang minta" jawab Dava

"Emang hati terbuat dari batu ya gitu. Demi nyenengin temennya, dia mengorbankan dirinya" ucap Darwin lalu berdecak kagum. Mungkin jika Darwin ada di posisi Elsa, ia tidak akan mau melakukan hal itu meskipun dengan alasan menyenangkan sahabatnya.

"Mana bisa gue nolak permintaan dia, apalagi dia memohon sama gue" ucap Dava lalu menatap Elsa yang sedang berbincang dengan Kalila.

"Kalila menang banyak kali ini" ucap Kemal

"Yang pacarnya siapa, yang jalan siapa. Kadang dunia nggak adil" tambah Martin.

Dava diam tidak mau ikut dalam perbincangan teman-teman nya yang sibuk membahas Elsa. Bagi Dava, jika Elsa bahagia maka itu menjadi kebahagiaan juga untuk Dava. Tidak akan pernah Dava ingin membuat Elsa murung apalagi bersedih. Yang Dava inginkan, hanyalah kebahagiaan Elsa.

BackstreetKde žijí příběhy. Začni objevovat