Bagian 54: Pamit

994 44 12
                                    

Kalila: bukan hal mudah gue bisa maafin lo

Elsa membelalakkan mata saat ada chat dari Kalila yang masuk. Dengan artian, Kalila sudah membuka blokir pada aplikasi chat itu

Elsa: lo dimana? Kita bisa ketemu? Ada hal yang perlu kita obrolin Lil, gue perlu memberi penjelasan.

Kalila: gue nggak bisa ketemu sama lo dalam jangka waktu dekat. Mungkin bukan penjelasan, tapi pembelaan.

Kalila: gue sayang sama Dava, sama seperti lo. Bukan hal mudah bisa ngelupain dia dengan cepat. Gue benci dengan kenyataan dan kebohongan yang lo buat, tapi bukan berarti gue benci sama lo. Kalau lo tanya apa gue masih nganggep lo sebagai sahabat, maka jawabannya adalah gue nggak tau. Karena sepengetahuan gue, bukan begitu cara kerja seorang sahabat, dan konsep sebagai sahabat seharusnya tidak menjadi penusuk dari belakang.

Kalila: lo akan bahagia dengan Dava kalau lo nggak terbebani dengan perasaan gue pada Dava.

Kalila: soal gue ngajakin Dava akhir-akhir ini, gue minta maaf. Gue curiga, makanya gue ajakin dia kalan terus. Dan nggak ada jawaban yang gue dapat saat 2× jalan sama Dava. Mungkin hanya clue yang datang tanpa disengaja adalah ikat rambut. Mungkin bukan sengaja, tapi emang gue yang berusaha menepis pikiran itu dari otak gue. Salah gue juga terlalu percaya dengan kata "SAHABAT"

Air mata yang tadinya sudah tidak ada kini kembali turun saat membaca chat yang dikirimkan oleh Kalila. Rasanya Elsa sudah menjadi sahabat paling buruk di dunia. Yang tidak mengerti perasaan sahabatnya, dan malah menyakiti sahabatnya. Elsa mengetikkan balasan dengan air mata yang turun begitu derasnya.

Elsa: Lil, gue minta maaf soal kebohongan yang gue buat. Soal fakta yang gue tutupi. Lo itu sahabat gue, mau seperti apapun keadaannya. Nggak papa kalau lo emang nggak mau ketemu sama gue atau lo Benci dengan gue. Gue tau gue salah atas semua hal yang menimpa lo. Seperti yang lo bilang, bahkan gue diem aja dan nggak inisiatif ngaku padahal Dava mempermalukan lo waktu itu. Gue bener-bener menyesal. Tapi maaf, gue nggak pernah menyesal untuk jadian dengan Dava. Yang gue sesali adalah kenapa gue harus menutupi itu dari lo.

Elsa: asal lo tau, 2 tahun yang lalu saat lo ngomong lo suka sama Dava. Dava udah berstatus sebagai pacar gue. Dan saat itu gue mau ngaku, tapi lo udah lebih dulu ngomong kalau lo suka sama Dava. Gue nggak tega buat ngakuin ke lo waktu itu. Gue nggak bisa melihat lo terluka. Apalagi karena gue penyebabnya. Tapi akibatnya sekarang justru lebih dalam lagi. Harusnya gue sadar kalau serapat apapun menyimpan daging, lama-lama akan jadi bangkai yang bisa tercium. Gue menyesali saat gue nggak ngomong sama lo lebih awal, bukan menyesali hubungan gue dengan Dava atau persahabatan kita. Mungkin lo bener, konsep sebagai sahabat itu bukan menusuk dari belakang seperti gue. Bukan menutupi fakta seperti yang gue lakukan. Gue emang bukan sahabat yang baik buat lo, tapi lo selalu jadi sahabat gue yang paling baik dari segi apapun.

Kalila: gue nggak menyalahkan perasaan lo. Lagi pula siapa yang nggak jatuh cinta dengan seorang Dava. Benar kata Viona, perasaan memang tidak bisa di kendalikan.

Kalila: sorry lancang, gue udah lihat Dava di rumah lo waktu pakai mobil putih. Dan Viona menemui gue setelah gue memergoki lo. Lo harusnya beruntung punya adik seperti Viona.

Kalila: sampai ketemu lagi di takdir terbaik menurut hidup. Kita akan ketemu kalau takdir membawa kita ke arah pertemanan lagi. Untuk saat ini, bersahabat dengan lo bukanlah pilihan yang tepat, kita justru akan menyakiti satu sama lainnya.

Kalila: seburuk apapun yang lo lakukan, gue akan berusaha memaafkan. Kita nggak akan pernah ketemu dalam waktu yang lama

Elsa: lo mau kemana Lil?

BackstreetWhere stories live. Discover now