Bagian 33: Ujian Dadakan

748 43 7
                                    

"hari ini ibu mengadakan ujian dadakan. Siapkan selembar kertas. Soalnya 10, setiap siswa akan beda. Seperti biasa, 3 nilai tertinggi akan dapat reward dari saya" ucap Bu Hera yang baru datang dan menaruh setumpuk buku di atas meja guru

"Bu kami belum belajar"

"Bu kasih waktu 10 menit buat belajar"

"Open book ya bu"

"Bu kasih waktu 5 menit buat bikin contekan"

Celotehan terakhir tersebut langsung menjadi perhatian seluruh kelas. Sosok Silvia dengan wajah cengar-cengir tidak berdosa itu memang tidak ada takut-takut nya dengan Bu Hera yang terkenal killer dan menghalalkan segala hukuman untuk muridnya.

"Tidak ada alasan. Yang keberatan silahkan keluar. Nilai kalian akan ibu kasih dibawah kkm. dan untuk yang mencontek, yang mengajari temannya, atau yang membuka buku dan hp, akan ibu coret nilai kalian. Sekarang siapkan selembar kertas dan yang tidak ingin ikut ujian silahkan keluar. Waktunya 1 jam di mulai dari ibu membagikan soal" ucap Bu Hera dengan nada tegasnya membuat semua muridnya langsung mengeluarkan selembar kertas dan alat tulisnya.

Bu Hera memang sosok yang tidak ada ampun nya. Mau kalian menangis darah sekalipun, tidak akan dikasihani.

"Sa, mampus gue belum belajar" keluh Kalila yang semalam sama sekali tidak belajar. Yang dilakukan Kalila hanya melamun, memikirkan Dava dan menyesali harapan-harapannya. Tidak ada kegiatan yang lebih bermanfaat lainnya.

"Gue sih udah" ucap Elsa dengan cengengesan

"Enak ya kalau nggak ada pikiran" ucap Kalila kemudian menerima selembar kertas soal yang dibagikan oleh Bu Hera secara acak. Entah Bu Hera ini terlalu santai atau memang kurang kerjaan karena harus membuat soal sebanyak siswanya. Yang pasti, hanya Bu Hera lah guru yang pernah mereka semua temui di sekolah ini. Tertib dan disiplinnya tidak usah diragukan lagi.

Dava menatap selembar kertas hvs di tangannya, ada 10 soal fisika yang terpampang disana. Kebetulan semalam Dava belajar melalui video call bersama dengan Elsa. Sedikit lupa banyak ingatnya, Dava pun mulai mengerjakannya. Meninggalkan Darwin yang masih bingung harus menggunakan rumus yang mana atau mengerjakannya dengan cara yang bagaimana.

Hanya berjarak sekitar setengah jam, Elsa sudah menyelesaikan ujiannya dan di susul Dava selang beberapa waktu. Elsa meninggalkan Kalila yang masih mengerjakan 4 soal dengan otak yang terus berputar, sementara Dava meninggalkan Darwin yang baru mengerjakan 2 soal terakhir.

"Yang sudah selesai boleh istirahat lebih dulu" ucap Bu Hera yang ditujukan kepada Elsa dan Dava yang sudah usai.

Elsa dan Dava pun berjalan beriringan keluar dari kelas tanpa berbicara sepatah kata pun. Elsa menyandarkan punggungnya di tembok kelas sampai Dava mendatanginya

"Sa gue mau ke kantin. Lo nggak pengen sekalian?" Tanya Dava. Namun suara itu mampu masuk ke kelasnya dan membuat fokus Kalila langsung buyar

"Boleh" jawab Elsa kemudian berjalan mendahului Dava yang masih berdiri menghadap ke dinding. Dava pun mengekor dari belakang, dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Menatap rambut Elsa yang bergerak ke kanan dan ke kiri. Dava tersenyum tipis, begitu tipis nyaris tidak terlihat. Pemandangan indah ada di depannya saat ini.

Setelah keduanya berada di kantin, mereka pun berpisah karena masuk ke stand yang berbeda. Dava menuju ke stand soto, sedangkan Elsa ke stand siomay yang legendaris tidak ada duanya. Selepas itu, mereka ada di bangku yang sama saling berhadapan. Kebetulan kondisi kantin yang sepi karena ini belum memasuki jam istirahat. Hanya ada beberapa adik kelas yang memang sengaja membolos dari jam pelajaran.

Tidak ada pembicaraan apapun, Elsa dan Dava terfokus dengan makanan di depan mereka masing-masing.

Sampai Darwin datang setelah makanan di depan Elsa sudah hampir habis. Duduk di sebelah Elsa sembari menunggu teman-teman nya yang lain keluar dari kelas

"Enak ya diem dieman" ucap Darwin dengan nada yang nyaris seperti berbisik

"Berisik" ketus Dava dengan tatapan tajamnya

"Elsa, gimana rasanya pacaran sama most wanted?" Goda Darwin yang justru mendapat pelototan tajam dari Elsa dan Dava

"Ampun ampun" ucap Darwin sembari mengangkat kedua tangannya. Darwin pun kemudian beranjak pergi untuk memesan makanan di salah satu stand nasi campur favoritnya.

Sementara Dava masih diam tak bergeming di depan Elsa. Seolah mereka memang tidak ada apa-apa, Dava tetap dengan wajah datar dan hanya berdeham sesekali karena makanan mengganjal di kerongkongan nya. Elsa diam seperti tidak peduli dengan hal itu. Mereka hanya sebatas teman sekelas saat berada di lingkup sekolah.

Setelah selesai makan dan Kalila belum juga keluar, Elsa pun memainkan ponselnya. Hanya ada notif dari Dava

❤️: Yang ngomong dong

❤️: Diem dieman gini masa

Elsa: ya masa mau teriak teriak kayak tarzan?

Tiba-tiba Dava tertawa membuat Elsa menatap Dava dengan aneh. Hanya karena pesan yang tidak ada lucu-lucu nya, Dava bisa terkekeh karena hal seperti itu.

"Gila ya?" Tanya Elsa kemudian menatap ponsel di tangannya lagi. Mungkin Dava tertawa karena pertanyaan Elsa yang diajukan oleh Elsa

"Gemes" ucap Dava hanya dengan gerakan mulut tanpa mengeluarkan suara. Yang nyaris membuat Elsa tersenyum namun ditahan daripada menjadi perhatian umum lalu menjadi gosip yang akan menyebar luaskan kemana-mana.

Selang beberapa waktu, Darwin datang dengan es teh dan siomay di tangannya. Duduk di sebelah Elsa seperti tadi. Tentu untuk melindungi agar tidak terjadi fitnah antara Elsa dan Dava yang duduk berseberangan sementara Darwin di sebelah Dava. Akan lebih baik seperti itu.

Darwin makan dalam diam tanpa mengajak bicara salah satunya. Hanya berjarak 10 menit sebelum bel istirahat berbunyi. Kemal, Nino dan Martin yang Baru datang dan terlihat kaget karena ada Elsa juga disana

Hendak akan mengangkat bicara, Kemal mengurungkan niatnya dan memilih menyuruh Nino untuk memesankan makanan untuknya dan juga Martin.

"Lo tadi ngerjain berapa Dar udah sampe sini aja?" Tanya Dava setelah menyelesaikan acara makannya. Dava heran, Darwin sudah menyelesaikan ujiannya tempo 10 menit sejak Dava sampai di kantin. Padahal Darwin sangat lemah dalam hal perhitungannya, Dava sendiri heran bagaimana Darwin bisa masuk ke IPA 1 dengan mudahnya padahal nilai Darwin di Fisika nyaris sampai di kkm

"Tebak dong tebak" ucap Darwin kepada seluruh penghuni meja tempatnya duduk tanpa terkecuali. Seolah Darwin bangga dengan pencapaiannya

"2" tebak Dava. Karena Dava jelas melihat Darwin baru menyelesaikan 2 soal terakhir saat Dava hendak mengumpulkan ujiannya

"4 pasti" tebak Kemal

"3" kali ini Elsa ikut menebaknya. Bukan hanya sekali atau dua kali Elsa satu kelas dengan Darwin, namun 3 tahun berturut. Elsa tau hanya sampai itu-itu saja Darwin bisa mengerjakan

"Biar gue tebak" ucap Martin yang menggantung lalu bergumam pelan, memutar otaknya "semuanya pasti lo kerjain. Tapi lo ngawur" sambungnya lalu tertawa

"Emang yang paling bener itu temen gue yang ini" ucap Darwin sembari menunjuk ke arah Martin lalu menepuk-nepuk tangannya berbangga diri karena berhasil mengerjakan semua ujian, namun dengan cara mengawur.

Elsa justru tertawa dengan tingkah kocak Darwin yang seperti itu. Baru pertama kali ini Elsa melihat orang yang akan mendapat nilai jelek tapi malah berbangga diri seolah dirinya akan mendapatkan nilai seratus dan akan mendapatkan reward dari Bu Hera. Sebetulnya Darwin adalah manusia langka yang perlu di budidayakan dan diawetkan kalau perlu. Agar seluruh alam semesta bisa mengetahui jika Darwin begitu pandai membuat lelucon.

"Apanya yang lucu Sa?" Tanya Martin yang langsung membuat Elsa menyadari jika hanya dirinya lah yang menertawakan Darwin saat ini

"Kepo" jawab Elsa setelah tawanya selesai.

Dava tersenyum tipis lalu menatap Elsa yang juga menatapnya. Sampai Dava lebih dulu memutuskan kontak mata tersebut dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tawa dari Elsa memang selalu menjadi candu, dan Dava mengidolakan tawa itu.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang