Bagian 39: Permintaan

627 37 5
                                    

"Gimana sekolah kalian berdua pas mama tinggal? Maaf ya anak-anak mama, mama lama di Bogor" ucap Rosa sembari mengambilkan nasi goreng untuk kedua anaknya. Rosa baru datang tadi subuh di antar oleh suaminya dan langsung kembali dinas tanpa menemui anaknya. Dengan alasan tidak mau mengganggu tidur kedua putrinya.

"Baik Ma" jawab Elsa dan Viona kompak

Rosa tersenyum menatap kedua putrinya secara bergantian "nanti mama antarkan Elsa sama Viona ke sekolah" ucapnya

"Iya Ma" jawab Viona dan Elsa

"Oh iya Elsa, gimana hubungan kamu dengan Kalila? Masih baik-baik saja atau memang Kalila belum tau kamu pacaran sama Dava?" Tanya Rosa. Rosa memang tipikal ibu yang selalu mengkhawatirkan anaknya. Terlebih pada Elsa yang harus di perhatikan secara khusus lantaran Elsa tergolong orang yang mudah rapuh.

"Baik ma. Begitu-begitu aja" jawab Elsa

"Gimana nggak baik-baik aja. Pacarnya aja masih di pinjemin ma sama kak Elsa. Dibilangin juga tetap bebal aja" sahut Viona yang tidak di ajak bicara. Seolah ucapan itu kini menyindir Elsa

Rosa menghela nafasnya panjang, ia tidak menyalahkan Elsa yang mengutamakan persahabatan dibanding yang perasaannya sendiri. Berat memang melepaskan sahabat yang sudah mengenal baik dan buruknya kita.

"Kalian lanjutkan makannya. Mama siap-siap dulu" pamit Rosa.

"Ngapain pake cerita sama mama Vio" ketus Elsa saat mama nya sudah berada di dalam kamarnya

"Memang kenyataannya kak. Lagian mama juga nggak marahin kak Elsa. Slow aja kak" ucap Viona cengar-cengir. Elsa melanjutkan kembali makannya.

***

Mata berbinar Kalila langsung menyambut Elsa yang datang. Ingin sekali Kalila mengutarakan perasaan bahagianya pada Elsa tentang hari kemarin. Sampai-sampai Kalila membantu Elsa melepas ranselnya di bangku.

"Ada apa nih semangat banget pagi-pagi" ucap Elsa sembari melirik ke arah Dava yang sudah duduk di bangkunya bersama dengan Darwin.

"Gue kemarin nonton sama Dava. Beli popcorn, minuman, terus setelah itu kita makan Sa. Gue seneng banget" ucap Kalila antusias. Rasanya ingin sekali Elsa menampar Kalila dengan kenyataan jika Elsa juga pernah nonton, membeli popcorn, dan makan. Bedanya Elsa makan di dalam mobil dan di suapi oleh Dava karena Dava terus memaksa Elsa agar mau di suapi layaknya bayi berumur 8 bulan.

Tapi berbeda, ucapan Kalila seperti cubitan dalam hati Elsa. Rasa sakit itu muncul saat menerima kenyataan jika yang Viona katakan memang benar, bahwa Elsa meminjamkan Dava untuk Kalila.

"Terus gimana kelanjutannya?" Elsa bertanya dengan mata yang berbinar. Mata bahagia yang di pasangnya benar-benar palsu. Elsa memang bukan teman yang baik untuk Kalila. Bahkan Elsa bisa menjadi penyebab sakit hati Kalila sewaktu-waktu.

Kalila merubah wajahnya menjadi datar lalu mendengus kesal "gue hari ini ngajakin Dava ke toko aksesoris. Tapi dia belum kasih jawaban. Katanya sih mau mikir-mikir dulu" ucap Kalila dengan wajah kecewanya.

"Coba lo tanyain lagi nanti. Mungkin emang belum kepikiran aja buat jawab. Atau emang si Dava lupa" usul Elsa sembari mengeluarkan ponsel dari ranselnya.

"Gue hapus papan tulis dulu. Jadwal piket. Gue sengaja nungguin lo buat cerita Sa" ucap Kalila sembari berdiri dari duduknya. Saat Elsa menganggukkan kepala, Kalila langsung melakukan tugas piket nya yang sempat tertunda.

Elsa membuka aplikasi chat yang sudah ia pasang sandi sebelumnya untuk berjaga-jaga. Mengirim chat pada Dava yang sedang asik bermain ponsel disana.

"Gue rencananya sih ngenalin Martin ke sepupu gue. Tapi nggak tau juga si Martin cocok apa enggak" ucap Darwin

"Tumben lo baik sama si Martin. Biasanya juga ribut mulu kayak singa ketemu badak" cibir Dava sembari menatap ke sekitarnya. Ada Kalila yang sibuk menghapus tulisan di papan tulis dan ada Elsa yang sibuk mengetik di ponselnya.

"Kasian aja jomblo. Tiap malem chat gue mulu kayak orang kesepian" jawab Darwin

Ponsel di tangan Dava bergetar. Elsa mengirimkan chat di aplikasi miliknya

Sutradara Frozen: Dav, iyain ya ajakan Kalila

Sutradara Frozen: please

Dava: selalu gitu. Capek aku sama Kalila yang manja

Seusai membalas chat dari Elsa, Dava menunjukkan chat itu pada Darwin.

"Hati batu ya gitu" komentar Darwin lalu mendekat ke arah Dava "turutin aja. Cewek kalau ngambek lama" sambungnya dengan suara yang begitu pelan

"Harus banget ya?" Tanya Dava

Darwin mengangkat kedua bahunya. Tidak tau harus berpihak pada Dava atau Elsa kali ini.

***

Saat bel istirahat berbunyi dan guru Bahasa Indonesia sudah keluar, Kalila langsung menghampiri bangku Dava sebelum Darwin mengajaknya untuk ke kantin dan berkumpul dengan gengnya.

"Dav gimana?" Tanya Kalila

"Apanya?" Tanya Dava cuek sembari memasukkan dompet ke dalam saku celana. Meskipun sebenarnya Dava tau maksud tujuan Kalila saat ini. Tapi Dava tidak mau membuat Kalila besar kepala atau malah berfikiran jika Dava menginginkan mereka keluar bersama.

"Ke toko aksesoris" ucap Kalila

"Iya" jawab Dava lalu beranjak pergi. Kalila mengepalkan tangannya senang, merasa menang karena bisa mengajak Dava keluar lagi. Meskipun mencari aksesoris hanyalah alasan agar mereka bisa membuat momen berdua, menyingkirkan siapapun penghalang Kalila untuk mendapatkan Dava.

Kalila langsung menyusul Elsa yang sudah lebih dulu ke kantin.

"Kali ini gue yang traktir" ucap Kalila saat ia duduk tepat di depan Elsa yang berdiam diri dengan sebotol air mineral di depannya.

"Dalam rangka apa nih ibu peri mau nraktir" goda Elsa dengan wajah yang tersenyum

"Dalam rangka Dava mau gue ajakin ke toko aksesoris" jawab Kalila. Wajahnya jelas tercetak bahagia membuat Elsa lega, setidaknya membahagiakan Kalila cukup mudah. Tidak perlu uang, hanya membiarkan Dava bersama dengan Kalila. Meskipun lagi-lagi hati Elsa harus di korbankan, tercubit oleh semua kenyataan yang ia dengar. Tapi ini keinginannya, tidak bisa Elsa serakah atas semua yang ia miliki sekarang.

Kalila sekarang memang lebih membutuhkan Dava. Hal itu yang di tanamkan Elsa pada hatinya.

"Yang banyak. Jangan sedikit. Kalau mau nraktir jangan tanggung-tanggung" ucap Elsa. Wajahnya terlihat bahagia di hadapan Kalila. Tapi tidak dengan hatinya.

"Ya udah. Lo mau apa?" Tanya Kalila

"Gimana kalau Bakso sama es jeruk?" Tanya balik Elsa

"Semuanya boleh. Tunggu disini, biar gue yang pesenin. Khusus dalam acara kebahagiaan gue" ucap Kalila lalu beranjak pergi.

Elsa termenung sendiri, mencoba memahami apa yang terjadi pada dirinya, mencoba agar tidak ada ingkar pada setiap kata yang di ucapkan batin nya. Dan mencoba menyinkronkan antara hati dan mulutnya meskipun begitu sulit untuk dilakukan oleh Elsa. Sakit itu seperti menutup hatinya, menutup agar tidak sinkron dengan mulut. Semua ini sulit, tapi harus tetap Elsa hadapi. Kebahagiaan Kalila, juga kebahagiaannya. Kebahagiaan Dava, juga kebahagiaannya.

BackstreetWhere stories live. Discover now