Bagian 41: Rencana

619 35 4
                                    

Hujan begitu deras pagi ini, Elsa terus menatap rintik itu dari jendela kamar. Tidak mungkin jika Elsa datang ke halte yang letaknya 300 meter dari rumah. Yang ada Elsa akan basah kuyup sampai tempat menunggu bus itu.

Sedangkan payung, jangan ditanya. Viona menghilangkan semua payung yang ada di rumah ini. Di bawa les lalu lupa, di bawa ke sekolah lalu ketinggalan, dan semuanya hilang. Motif yang lucu memang menjadi daya tarik tersendiri.

Mobil mama nya, dibawa ke Bogor oleh Rosa kemarin sore. Tidak ada hal yang bisa dilakukan Elsa saat ini.

"Kak, ada kak Dava tuh di depan" ucap Viona setengah berteriak dari luar. Elsa menyambar tas nya lalu melangkah pergi mendatangi Dava yang datang tanpa memberitahu Elsa terlebih dulu.

"Dav, ngapain kamu kesini? Pagi-pagi" tanya Elsa

"Jemput kamu lah. Kirain ngapain? Mau senam?" Tanya Dava asal

Elsa berdecak "semua orang bisa tau Dava" ketusnya. Dava memang orang yang tidak bisa di prediksi. Apa-apa selalu terburu, tanpa berfikir dan langsung dilakukan sesuai keinginan.

"Nggak akan Elsa. Udah ikut aja. Diluar itu hujan, aku nggak mau ya kalau sampai kamu sakit karena hujan-hujanan. Itu juga menyakiti aku" cerca Dava

Viona muncul di ruang tamu dengan wajah riangnya. Lalu duduk mendengarkan perdebatan Elsa dan Dava.

"Aku naik bus aja Dav. Atau taksi. Kamu berangkat aja dulu, nanti kita ketemu di sekolah" ucap Elsa.

"Ya udah kak kita berangkat berdua aja" ucap Viona lalu berdiri dan mendahului keluar rumah. Dava sudah menjanjikan untuk mengantar Viona ke sekolah dan berangkat bersama dengan Elsa pagi ini.

"Kok Vio?" Tanya Elsa

"Mau ikut nggak? Kalau enggak aku tinggal nih. Nanti kamu telat, masuk BK, panggilan orang tua" ucap Dava dengan wajah yang menahan senyumnya

"Ya udah aku ikut. Tapi awas ya kalau sampai ketahuan" ketus Elsa

***

Jalanan cukup lenggang, motor tidak banyak yang berlalu lalang pagi ini. Selain hujan, ada juga angin yang berhembus cukup kencang. Mobil Dava berhenti tepat di depan sekolah Viona yang sudah ramai pagi ini.

"Heh Anna, ada payung di belakang pakai aja" ucap Dava saat Viona hendak turun tanpa memberi perlindungan apa-apa di kepalanya

"Jangan ditinggal, jangan di ilangin, jangan sampai lupa" tambah Elsa

Viona mendengus kesal, mengambil payung berwarna merah yang ada di belakang jok.

"Iya kak. Makasih ya Kak Dava tumpangannya. Hati-hati dijalan kak Dava dan kak Elsa" ucap Viona

Mobil Dava tidak kunjung bergerak, bahkan saat Viona tidak lagi terlihat di pandangan. Yang ada malah Dava memainkan ponselnya dengan anteng seolah tak takut jika terlambat

"Kok nggak berangkat?" Tanya Elsa

"Katanya nggak mau sampai anak-anak tau kalau kita ada hubungan" jawab Dava sembari mengelus pipi Elsa. Wajah Dava begitu tampan meski dilihat dari sisi manapun. Elsa dan Dava bagaikan handsome and the beast. Wajah Elsa yang biasa, hanya ada manis disana tidak cocok jika disandingkan dengan Dava yang merupakan most wanted sekolah.

"Ya masa mau bolos Dav?" Tanya Elsa kesal. Ia mengira jika Dava berfikiran untuk membolos.

"Ya enggak sayang. Tunggu bentar, Martin bentar lagi juga sampai" ucap Dava

BackstreetHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin