Bagian 50: Sakit

943 47 5
                                    

Setelah mengganti seragam almamater ke seragam olahraga, Elsa berjalan beriringan dengan Silvia menuju ke lapangan belakang sekolah. Semenjak berita Elsa dan Dava yang tersebar, Silvia lah yang paling dekat dengan Elsa. Yang lain? Ada yang menjauh, ada yang berlaku biasa dan ada yang sinis dengan Elsa. Tapi Silvia mengerti kenapa Elsa melakukan hal tersebut dan menutupi semua fakta, tentu karena Elsa tidak mau menyakiti semua orang terutama Kalila yang notabene nya adalah sahabat Elsa sendiri.

Pak Raka sudah berdiri di tengah lapangan sembari melakukan pemanasan sembari menunggu anak didiknya datang. Elsa memilih di barisan tengah, yang tentunya jauh dadi Kalila. Semua siswa IPA 1 mengikut gerak pemanasan Pak Raka, dengan menghitung 1 sampai 8 per gerakan.

Tiba-tiba Elsa merasakan pening di kepalanya,bumi terasa berputar cepat dari porosnya. Semua pohon terasa ber-jungkir balik bahkan bangunan gedung pun juga sudah tidak lagi berdiri sejajar dengannya.

"Elsa ayo ikuti yang lain" suruh Pak Raka saat Elsa berdiri tegak sementara yang lain melakukan gerak memegang jemari kaki dengan lutut yang dibiarkan lurus.

"Pak saya izin ke toilet sebentar boleh pak?" Tanya Elsa

"Jangan alasan buat nggak ikut pemanasan. Sebentar lagi ada UTS dan ada ujian praktek. Cepat ikuti yang lain pemanasan" ucap Pak Raka dengan nada tegasnya

Elsa menghembuskan nafasnya panjang kemudian mengikuti gerak sebagaimana temannya yang lain, Pak Raka tidak mau toleransi dengan keadaan Elsa yang sudah pucat pasi.

"Sa mending lo beneran ke UKS deh. Wajah lo pucat banget" ucap Silvia sembari melakukan pemanasan mengikuti yang lainnya

"Udah nggak papa Sil" jawab Elsa lalu tersenyum tipis, memaksakan dirinya yang mulai melemah. Sejak pagi memang Elsa sudah merasakan pusing, saat berganti pakaian olahraga pun pusing itu masih ada. Hanya saja ia tahan agar nilai olahraga nya bisa lebih dari semester sebelumnya.

Brukkk

Tubuh Elsa tiba-tiba ambruk ke rerumputan, Elsa sudah tidak sadarkan diri membuat Dava langsung mendekat, menepis tangan Pak Raka yang hendak menyentuh kening Elsa. Dava langsung menggendongnya dan berlari kecil ke UKS tanpa berpamitan apa-apa ke Pak  Raka.

UKS kosong. Tidak ada yang menjaga, Dava pun meletakkan tubuh Elsa di atas ranjang uks lalu mengecek jadwal perawat dan siswa yang berjaga di uks. siswa yang berjaga di uks pasti sedang pelajaran sekarang, tinggal perawatnya yang entah pergi kemana.

Dava duduk di sebelah Elsa yang masih dalam keadaan pingsan, menyentuh kening Elsa yang begitu panas, lalu Dava berjalan ke arah etalase obat mencari plaster penurun suhu badan. Beberapa di amati dan tidak ada, hanya ada handuk kecil berwarna putih yang terlihat baru karena masih ada label harga yang bergantung. Dava memutar pandangannya ke seluruh penjuru ruang, sampai ia menangkap dispenser yang berada di pojok ruangan. Dava pun mengambil mangkuk dan handuk yang dilihatnya, mengisi dengan air hangat dari dispenser lalu mengompres dahi Elsa agar lebih membaik, lalu memberikan minyak kayu putih di kedua pelipis Elsa.

"Cantik ya kalau merem" ucap Dava sembari duduk lalu terkekeh.

Selang beberapa waktu, mata Elsa terbuka perlahan, menatap tembok putih yang di depannya kemudian ke arah sampingnya dimana Dava sedang menatap ke arah luar

"Dav" panggil Elsa membuat Dava menoleh

"Elsa. Gimana? Masih pusing?" Tanya Dava bertubi lalu bangkit dari duduknya

"Sedikit kurang" jawab Elsa "kamu nggak balik ke lapangan?" Tanya Elsa setelah itu.

"Enggak. Kan nungguin kamu. Kenapa nggak bilang dari awal kalau sakit? Kan bisa istirahat di uks. Nggak usah maksa ikutan olahraga Sa" ucap Dava sembari duduk kembali lalu menyingkirkan anak rambut dari pelipis Elsa.

Elsa tersenyum menatap Dava

"Kenapa? Aku makin ganteng?" Tanya Dava yang justru membuat Elsa terkekeh. Meskipun kondisi seperti ini Dava masih bisa membuat lelucon nya.

"Gue itu sedari tadi berdiri di depan pintu nunggu adegan" ucap Darwin yang tiba-tiba datang lalu mengerucutkan bibirnya. Yang di mengerti oleh Dava dan juga Elsa "tapi malah nggak ada" sambungnya

"Nih hp nya Dava sama Elsa. Ini ada bubur ayam juga" ucap Darwin sembari menaruh ponsel yang dibawanya dari kelas dan juga bubur ayam di sebelah Elsa tergeletak. Kebetulan jam pelajaran olahraga berlangsung cukup cepat, dan Darwin memesankan bubur ayam melalui aplikasi dan mencari ponsel Elsa juga Dava di tas masing-masing dengan cara menggeledah nya meskipun Dava tidak meminta itu dari Darwin

"Kok 1, gue enggak?" Tanya Dava saat bubur ayam yang dibawa Darwin hanyalah 1

"Yang sakit kan Elsa doang. Kalo lo mau ikutan sakit, silahkan aja nanti gue beliin sekalian sama penjualnya" jawab Darwin sembari menunjuk ranjang yang berada di belakang Dava. Kosong dan tidak berpenghuni karena dalam ruang uks ini hanya ada Elsa dan Dava.

"Temen lo pada bolos tuh di grup" ucap Dava yang ditujukan kepada Darwin. Lantas Darwin pun membuka aplikasi chat yang ada dalam ponselnya. Sementara Dava menyuapkan bubur ayam ke Elsa sembari Elsa merebahkan dirinya di ranjang

Bengek Official (5)

Martin: bolos aja hayuk

Nino: hayuk ajaa gue laper

Kemal: bolos kemana? Caranya gimana?

Nino: bodo. Gue mau makan aja di kantin

Martin: lo aja yang pamit dulu ke bu Indri nanti gantian

Nino: cemen lo berdua

Kemal: habis ini lo tin.

Nino: gue udah di kantin

Kemal: Martin baru otw

Kemal: gue otw

Dava: gini ya kalau otaknya makan terus

Kemal: Gaada pelajaran lo?

Darwin: ADA. PELAJARAN NYUAPIN PACAR YA DAV?

Darwin memasukkan kembali ponselnya kemudian duduk di sisi ranjang sembari menatap Dava yang menyuapi Elsa. Seolah Darwin disini adalah penonton, Elsa dan Dava adalah pemeran utama dalam drama. Ingin meninggalkan Dava tapi merasa kasihan jika sampai Dava membutuhkan sesuatu dan Darwin tidak ada, maka Dava tidak akan tega meninggalkan Elsa sendirian di uks.

"Lo nggak ke kantin sama anak-anak?" Tanya Dava setelah menyelesaikan suapan terakhirnya

"Anak siapa? Anak kita?" Tanya Darwin polos membuat Dava menoyor pelipis Darwin dengan keras. Justru Elsa terkekeh mendengar pertanyaan Darwin yang begitu aneh, jelas yang di maksud Dava adalah ketiga temannya yang lain, yang katanya membolos. Bukan anak-anak sungguhan seperti yang di maksud oleh Darwin.

"Kemal dan yang lainnya maksud gue Darwin. Lo pasti ketularan lemotnya si Martin. Kebanyakan bergaul sama si Martin sih" ucap Dava

"Ya gue kira"

"Lo pengen ya punya anak sama gue?"

"Idih najis"

Elsa terkekeh melihat perdebatan Dava dan juga Darwin. Yang begitu langka terjadi, karena sepengetahuan Elsa, Darwin dan Dava benar-benar akur.

BackstreetWhere stories live. Discover now