Bagian 19: Pendekatan

964 51 9
                                    

Upacara hari Senin menjadi sangat membosankan bagi Elsa saat Dava tidak ada di deretan nya. Bukan karena Dava menjadi bagian penting upacara atau karena Dava tidak masuk sekolah. Tapi justru karena Dava berpura-pura sakit dengan batuk yang dibuat-buat.

Kali ini tidak ada yang sekedar memandang Elsa dari jauh. Biasanya Dava yang dengan sengaja menatapnya yang ada didepan. Membuat Elsa lebih termotivasi untuk upacara

Sampai pada menit ke 47 upacara pun selesai, Elsa bisa bernafas selega-leganya lalu akan bertemu kegiatan seperti ini untuk minggu depan. Elsa pun berjalan beriringan ke arah kelasnya bersama dengan Kalila yang susah mendumel karena kepala sekolah hari ini menyampaikan berita try out yang diadakan 2 bulan lagi. Padahal baru kemarin rasanya Kalila naik kelas, sekarang sudah mau ke bangku universitas.

"Elsa" panggilan itu membuat langkah kaki Elsa berhenti lalu mencari sumber suara laki-laki diantara banyaknya siswa yang menuju ke kelasnya masing-masing.

"Siapa Sa?" Tanya Kalila yang juga ikut mencari sumber suara tapi tidak ada siapapun

"Manggil Elsa lainnya kali Lil. Yuk" ucap Elsa kemudian menarik lengan Kalila

"Elsa Kalila" panggilan itu kembali menghentikan langkah kaki Kalila dan Elsa. Keduanya kompak mengedarkan pandangannya, dan menangkap sosok Martin yang sedang berlari kecil ke arah Elsa dan Kalila yang sudah berada tepat di depan laboratorium biologi

Elsa dan Kalila pun saling memandang, menatap satu sama lainnya. Heran, baru kali ini lah Martin memanggil Elsa dan Kalila.

"Boleh minta nomor lo Sa?" Tanya Martin sembari menyodorkan ponselnya yang merupakan keluaran terbaru bulan ini. Dengan logo apel di belakangnya dan masih tercium aroma pabrik jika berdekatan

"Buat apa ya Tin?" Tanya Elsa bingung. Memang Elsa tidak cukup mengenal Martin. Hanya tau sebatas Martin teman dari Dava. Tidak lebih dari itu

"Ada pentingnya" jawab Martin lalu tersenyum. Jika perempuan lain yang diberi senyuman itu mungkin akan klepek-klepek atau bahkan mupeng di tempatnya. Berbeda dengan Elsa yang tidak lagi tertarik dengan siapa-siapa setelah mengenal sosok Dava. Bahkan sebelum mengenal Dava pun, Elsa tidak tertarik dengan Dava ataupun Martin yang telah disebut-sebut sebagai kandidat cogan setingkat dewa Yunani.

Sekedar info, sebelum Dava berteman baik dengan sosok Martin. Seringkali mereka disebut-sebut saingan atas wajah yang mereka miliki. Padahal keduanya tidak pernah merasa memamerkan wajah yang dimiliki atau mempersaingkannya. Hanya saja banyak yang menyebutnya seperti itu.

"Iyain aja" bisik Kalila tepat di sebelah telinga kiri Elsa.

Dengan sekali hembusan nafas, Elsa pun mengambil ponsel yang diberikan Martin. Mengetikkan beberapa angka yang dihafalnya luar kepala lalu mengembalikannya kepada Martin lagi

"Makasih Elsa" ucap Martin kemudian berlari kecil. Meninggalkan Elsa dan Kalila yang masih saling pandang

"Ceritanya ada yang mau pdkt nih" ucap Kalila sembari menyenggol bahu Elsa dan langsung berhadiah cubitan sampai Kalila mengaduh kesakitan

"Rasain tuh pdkt" ucap Elsa kemudian berlalu pergi dan di ekori oleh Kalila.

Keduanya kembali berjalan beriringan sampai di kelas. Duduk di tempatnya yang bersebelahan. Sibuk dengan ponselnya masing-masing. Sampai Elsa teringat dengan biji-bijian yang di bawanya dari rumah sampai di sekolah seperti ini.

Elsa pun mengeluarkan biji-bijian itu dari tas nya, lalu berjalan ke arah Denisa yang tengah berbicara dengan Darwin yang berada di bangku belakangnya. Tentu ada Dava juga disana

"Denisa, ini udah. Lo bisa cek ya, kalau ada yang salah bilang aja sama Dava" ucap Elsa sembari memberikan tas plastik kepada Denisa dan diterima langsung oleh gadis berambut bergelombang tersebut

BackstreetWhere stories live. Discover now