Bagian 24: Penjelasan

751 41 0
                                    

Martin berseru heboh saat mengetahui jika Elsa sedang bersama dengan Pak Raka sore ini. Makan bersama dan terlihat dekat.

Sementara Nino dan Darwin yang sedang bermain PS merasa terganggu dengan teriakan Martin yang lebih mirip dengan toa masjid. Seruan Martin sudah seperti baru mendapatkan door prize 5 milyar karena menang lomba balap karung.

Jika kalian bertanya kenapa Martin saat ini sudah berada di rumah Kemal, tentu karena acara penghormatan setelah kematian papa nya sudah selesai, dan Martin juga menghibur dirinya sendiri agar tidak terlarut dalam kesedihan

"Bacot Tin" umpat Darwin yang kalah karena teriakan Martin begitu memekikkan telinga

"Ada apa lagi ikan Patin" ketus Nino yang sudah menang jauh dari Darwin. Harusnya Nino berterimakasih karena teriakan itu membuat fokus Darwin dari layar tv menghilang

"Si Elsa ternyata deket sama pak Raka" ucap Martin dengan suara hebohnya langsung memancing Dava untuk mendekat ke arah manusia yang berada dibawah karpet bersebelahan dengan Darwin. Martin sendiri pada Minggu kemarin baru diajar pak Raka di mata pelajaran penjaskes

"Lo serius?" Tanya Darwin yang tidak percaya langsung mem-pause PS yang sedang berjalan, beralih menatap layar ponsel Martin lalu menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya

"Saingan berat Tin" timpal Kemal setelah membaca chat dari Elsa dan saat Elsa mengirimkan foto Pak Raka kepada Martin

"Mundur teratur aja sebelum di dorong sama Pak Raka" tambah Nino yang ikut angkat bicara. Sedikit prihatin dengan Martin yang seperti itu. Bukan karena wajah Martin yang kalah dari Pak Raka. Martin justru memiliki ketampanan satu tingkat diatas Pak Raka

"Mundur tin mundur" tambah Dava yang akhirnya ikut berbicara. Kemudian Dava langsung kembali ke ranjang, mengambil ponselnya dari lantai dan mengirimkan beberapa chat kepada Elsa.

Kali ini Elsa tidak berpamitan mau kemana, dan tiba-tiba Martin menunjukkan chat Elsa yang sedang bepergian dengan Pak Raka

Dava: Elsa. Kamu dimana?

Dava: kok nggak bilang jalan sama pak Raka? Sejak kapan kenal dekat pak Raka?

Dava: kamu jelasin semuanya.

Setelah itu Dava menatap ke arah layar tv yang berada lurus tepat di depannya.

"Yang setia emang cuma Raisa" ucap Kemal tiba-tiba dengan menatap langit-langit kamarnya. Membayangkan Raisa terbang di atasnya

"Apa hubungannya bego" ucap Martin lalu memukul pipi Kemal sedikit keras. Memberikan kesadaran kepada Kemal jika Raisa bukanlah milik umum lagi

"Pepet terus Tin" ucap Nino

"Lo kira Elsa itu tembok apa dipepet" ucap Martin kemudian menaruh ponselnya di atas nakas, belum ada niat membalas chat dari Elsa saat ini. Otak Martin masih memikirkan balasan apa yang tepat. Memberi selamat? Memberi ucapan? Atau menembak Elsa langsung agar status jomblo hilang dari dirinya? Martin masih berfikir panjang saat ini

"Halah kelamaan keburu di Pepet Pak Raka tuh. Saingan berat. Udah ganteng, guru lagi. Paket lengkap pake koya gurih tuh" ucap Darwin yang ikut menyemangati Martin agar bisa mendekati Elsa secepatnya dan sesingkat-singkatnya.

"Bener tuh temen lo ngomong Tin" tambah Kemal yang hanya setuju-setuju saja dari tadi

"Belum mikir" jawab Martin

"Ya gitu kalo biasa minum teh sekalian ulatnya" ucap Darwin yang disetujui oleh Nino

*****

Elsa tidak pernah membayangkan jika tatapan Dava bisa menghunus seperti ini. Bahkan Dava enggan untuk berbicara dengan Elsa. Yang dilakukan Dava hanya menatap Elsa, menunggu agar Elsa berbicara lebih dulu, menjelaskan dan baik-baik terhadap Dava agar mereka kembali berbaikan.

Tapi yang di dapatkan Dava justru Elsa yang berdiam tidak mau berbicara, Elsa yang sesekali memainkan kuku-kuku putih di tangannya dan berdeham mengode agar Dava mendahului berbicara.

"Aduh, panas ya di ruang tamu" ucap Viona yang lewat begitu saja di ruang tamu sembari mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah lalu keluar dari rumah. Hendak ke supermarket yang tak jauh dari pintu masuk perumahan.

"Dav ngomong dong Dav" ucap Elsa pada akhirnya. Mulutnya terasa gatal untuk tidak mengobrol dengan Dava, apalagi tatapan Dava yang menghunus tidak berakhir meskipun Elsa menunduk memainkan kukunya

"Ngomong apa Sa? Kan kamu yang mau ngejelasin" tanya Dava kemudian memutar bola matanya, ia ingin mendapatkan penjelasan. bukan ungkapan jika Elsa meminta Dava berbicara. Disini yang seharusnya berbicara adalah Elsa bukan Dava.

"Aku ketemu Pak Raka juga nggak sengaja. Dan soal kenapa aku nggak ngomong kalau mau keluar, ya karena Viona ngajaknya mendadak Dav. Aku belum sempat. Aku semeja sama Pak Raka juga karena bangkunya penuh waktu Pak Raka dateng. Ya masa aku nggak ngebolehin. Dia guru aku" jawab Elsa dengan menjelaskan yang sebenarnya tanpa ada yang Elsa tutupi. Membiarkan Dava menilai sendiri mana yang benar dan yang tidak. Disini yang terpenting Elsa sudah jujur dengan mengatakan semua yang ia alami tadi

"Oh nggak sempet ngabarin aku. Tapi kalau ngabarin Martin sempat?" Tanya Dava yang langsung membuat Elsa menggigit bibir bawahnya. Yang dikatakan Dava benar, jika tidak ada waktu untuk sekedar memberi tahu Dava jika Elsa sedang makan di luar. Malah Elsa memberi tahu pada Martin jika saat itu Elsa sedang makan bersama Pak Raka. Memang wajar jika Dava mencurigai Elsa yang seperti itu.

Skak Mat!

Elsa mengolah kata-kata dalam pikirannya, agar bukan ucapan yang salah yang akan dia lontarkan dan ucapannya juga tidak menjadi boomerang untuk dirinya sendiri nanti

"Bukan gitu Dav. Tapi memang karena saat itu Martin lagi ngechat. Niatnya juga biar Martin menjauh dari aku. Itu aja" jawab Elsa setelah pikirannya buntu untuk bertambah memikirkan yang lain

Dava menghela nafasnya kemudian mengakhiri tatapan tajamnya, berganti ke tatapan datar seolah tidak memikirkan apa-apa "ya udah iya. Aku maafin Sa" jawabnya yang sudah tidak mau memperpanjang masalah ini, melebarkannya kemana-mana dan malah akan berlarut-larut. Dava mana bisa lama marah dengan Elsa yang seperti ini. Yang menggemaskan ketika diam. Dava luluh begitu saja tanpa syarat apa-apa.

"Beneran Dav?" Tanya Elsa dengan mata berbinar

"Beneran Sa" jawab Dava lagi

"Iyalah. Mana betah Dava marah lama lama sama Elsa" ucap Elsa kemudian cengengesan menunjukkan gigi-giginya yang putih

Dava terkekeh mendengar penuturan tersebut. Yang dikatakan Elsa benar, setiap kali ada pertengkaran diantara mereka. Pasti Dava lah yang meminta maaf lebih dulu, dan langsung berbaikan ketika Elsa mau berbicara. Hanya sebatas itu. Katakan Dava bucin, karena bagi Dava ini bukan bucin melainkan sebuah keikhlasan yang munculnya dari hati.

Mau dikatakan alay? Terserah. Yang Dava tau, Dava mencintai Elsa dan sebaliknya. Saling berbalas

BackstreetWhere stories live. Discover now