Pangeran Berdarah Campuran; 1

Mulai dari awal
                                    

"Molly, tidak masuk akal kalau kita semua ke Madam Malkin's." Ujar Mr. Weasley. "Bagaimana kalau mereka berempat pergi dengan Hagrid, dan kita bisa ke Flourish and Blotts dan membelikan buku sekolah untuk semuanya?"

"Entahlah," Kata Mrs. Weasley cemas, tampak bingung memilih antara menyelesaikan berbelanja secepat mungkin dan keinginan untuk tetap bersama-sama dalam satu rombongan. "Hagrid, menurutmu apakah--"

"Jangan kuatir, mereka akan aman bersamaku, Molly," Kata Hagrid menenangkan, melambaikan tangan sebesar tutup tempat sampah. Mrs. Weasley tidak tampak yakin sepenuhnya, namun meyetujui perpisahan ini. Dia bergegas menuju Flourish and Blotts bersama suaminya dann Ginny, sementara aku, Harry, Ron, Hermione, dan Hagrid berjalan ke Madam Malkin's.

Aku memperhatikan banyak orang yang berpapasan dengan kami bertampang resah dan cemas seperti Mrs. Weasley, dan tak ada lagi orang yang berhenti untuk mengobrol. Orang-orang yang berbelanja bergerombol dengan kelompoknya masing-masing, berbelanja dengan serius. Tak ada yang berbelanja sendirian.

"Mungkin sesak kalau kita semua masuk," Kata Hagrid, berhenti di depan Madam Malkin's dan membungkuk untuk mengintip ke dalam lewat jendela. "Aku jaga di depan, oke?"

Maka aku, Harry, Ron, dan Hermione memasuki toko kecil itu bersama-sama. Sekilas toko itu tampak kosong, namun begitu pintu terayun, menutup di belakang kami terdengar suara yang sudah tak asing dari balik rak jubah resmi hijau dan biru berkelip-kelip.

"... bukan anak-anak lagi, kalau Mum belum memperhatikan. Aku bisa belanja sendiri."

Terdengar decakan dan suara yang dikenaliku sebagai suara Madam Malkin berkata, "Nak, ibumu benar, tak seorang pun dari kita boleh bepergian sendiri lagi, ini tak ada hubungannya dengan soal masih anak-anak--"

"Hati-hati menusukkan jarumnya!" Seorang remaja pria berwajah runcing, pucat, dan berambut pirang muncul dari balik rak memakai jubah keren hijau tua dengan jarum pentul berkilat-kilat di sekitar lipatan bawah dan ujung-ujung lengannya. Dia berjalan ke cermin dan memandangi bayangan dirinya. Baru beberapa saat kemudian dia melihat aku, Harry, Ron, dan Hermione yang terpantul di atas bahunya. Matanya yang kelabu pucat menyipit. "Kalau Mum bertanya-tanya bau apa ini, baru saja ada Mudblood masuk," Kata Draco Malfoy.

"Kurasa tak perlu bicara begitu!" Kata Madam Malkin, bergegas dari balik rak pakaian, memegang meteran dan tongkat sihir. "Dan aku juga tak mau ada tongkat sihir dicabut dalam tokoku!" Dia menambahkan buru-buru, karena ketika mengerling ke pintu dilihatnya Harry dan Ron berdiri dengan tongkat sihir teracung ke arah Malfoy.

Hermione, yang berdiri disampingku, berbisik, "Jangan, sungguh, tak berharga ...."

"Sudah cukup!" Kata Madam Malkin tajam, menoleh meminta dukungan. "Madam tolong--"

Narcissa Malfoy melangkah dari balik rak pakaian. "Singkirkan tongkat sihir kalian," Katanya dingin kepada Harry dan Ron. "Jika kalian menyerang anakku lagi, akan kupastikan itu hal terakhir yang kalian lakukan."

"Sungguh?" Kata Harry, maju selangkah dan memandang wajah mulus angkuh yang juga pucat. Harry sama tingginya dengan Mrs. Malfoy sekarang. "Mau minta rekan-rekan Pelahap Maut untuk menangkap kami, ya?"

Madam Malkin menjerit dan mencengkeram jantungnya. "Astaga, kau tak boleh menuduh hal berbahaya untuk diucapkan singkirkan tongkat sihir kalian, tolong!"

Namun Harry tidak menurunkan tongkat sihirnya. Mrs. Malfoy tersenyum sangar. "Rupanya menjadi favorit Dumbledore membuatmu merasa aman, Harry Potter. Tapi Dumbledore tak akan selalu ada untuk melindungimu."

Harry memandang ke sekeliling toko dengan gaya mengejek. "Wow ... lihat ... dia tak ada di sini sekarang! Jadi, kenapa kau tidak mencoba? Mereka mungkin bisa menempatkanmu dalam sel dobel bersama suamimu yang pecundang!"

Cassandra Aldrich [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang