Piala Api; 13

1.6K 282 15
                                    

"Ini amat berat," Kata Lee, mengangkat telur emas yang diletakkan Harry di atas meja, dan menimbangnya. "Buka dong, Harry, ayo! Coba kita lihat apa isinya!"

"Dia harus memecahkan petunjuk itu sendiri," Kata Hermione tegas. "Ada dalam peraturan turnamen."

"Aku juga diharuskan berupaya sendiri bagaimana bisa melewati naga itu." Gumam Harry, sehingga hanya aku yang bisa mendengarnya, dan aku nyengir agak merasa bersalah.

"Yeah, ayo, Harry, buka!" Beberapa anak ikut membujuk. Lee menyerahkan telur emas kepada Harry, dan Harry mencongkel lekukan yang melingkari telur dengan kukunya dan membukanya.

Telur itu berongga dan sama sekali kosong, tetapi begitu Harry membukanya, suara yang sangat mengerikan, lolongan keras melengking, memenuhi ruangan. Bunyi yang paling mirip dengan lolongan ini adalah orkes hantu yang memainkan alat musik gergaji dalam pesta ulang tahun kematian Nick-si-Kepala-Nyaris-Putus.

"Tutup." Raung Fred, menutupi telinganya.

"Apa itu?" Kata Seamus, menatap telur ketika Harry menutupinya lagi. "Kedengarannya seperti Banshee. Mungkin berikutnya kau harus melewati Banshee, Harry."

"Itu mirip suara orang yang disiksa!" Kata Neville, yang sudah pucat pasi dan menumpahkan sosis di lantai. "Kau harus melawan Kutukan Cruciatus!"

"Jangan ngaco, Neville, itu illegal," Kata George. "Mereka tidak akan menggunakan Kutukan Cruciatus pada para juara. Menurutku suaranya mirip Percy menyanyi, mungkin kau harus menyerangnya waktu dia mandi, Harry."

"Mau kue selai, Cassandra?" Fred menawarkan. Aku memandang ragu-ragu piring yang disodorkan Fred. Fred nyengir.

"Tidak apa-apa," Katanya. "Tidak kuapa-apakan. Aku hanya menambahkan racun--" Neville, yang baru saja menggigit kue itu, tersedak dan memuntahkannya. Fred terbahak. "Cuma bergurau, Neville."

Awal bulan Desember membawa angin dan hujan bersalju ke Hogwarts. Meskipun kastil selalu berangin di musim dingin, aku bersyukur kastil punya perapian dan bertembok tebal, setiap kali aku melewati kapal Durmstrang di danau. Kapal itu terempas-empas diterpa angin, layarnya yang hitam menggelembung dilatarbelakangi langit yang gelap. Aku menduga caravan Beauxbatons pastilah amat dingin juga. Hagrid, aku perhatikan, rajin memberi minum kuda-kuda Madam Maxime dengan minuman kegemaran mereka, wiski gandum. Uap yang menguar dari palungannya di sudut lapangan cukup untuk membuat seluruh murid kelas Pemeliharaan Satwa Gaib pusing. Ini membuat keadaan tambah runyam, karena kamo masih merawat Skrewt yang mengerikan dan perlu pikiran cerdik untuk melakukannya.

"Aku tak yakin apakah mereka tidur di musim dingin atau tidak," Hagrid memberitahu pada kami yang gemetar kedinginan di kebun labu kuning yang berangin dalam pelajaran berikutnya. "Kupikir kita coba saja lihat apakah mereka mau tidur, kita taruh saja mereka dalam kotak-kotak ini."

Sekarang tinggal sepuluh Skrewt. Rupanya keinginan mereka untuk saling bunuh belum terpuaskan. Masing-masing panjangnya kini mencapai dua meter. Kulit mereka yang tebal abu-abu, kaki mereka yang merayap kuat, ujung-ujung tubuh mereka yang bisa meledak, sengat dan sungut pengisap mereka, menyatu membuat mereka menjadi makhluk paling menjijikkan yang pernah dilihat olehku. Seluruh kelas memandang dengan putus asa.

Aku benar-benar menikmati dua jam pelajaran Ramalan sore itu. Kami masih membuat peta bintang dan Ramalan, tetapi setelah Harry dan Ron kembali bersahabat, keseluruhan pelajaran jadi sangat lucu lagi. Professor Trelawney, yang sangat puas dengan keduanya ketika mereka meramalkan kematian mereka yang mengerikan, segera menjadi jengkel ketika mereka berdua berkali-kali terkikik mendengar penjelasannya tentang berbagai cara Pluto mengacaukan kehidupan sehari-hari.

"Kurasa," Kata Profesor Trelawney dalam bisikan mistis yang tidak menyembunyikan kejengkelannya, "Beberapa diantara
kita mungkin tak akan sesembrono ini kalau mereka melihat apa yang kulihat saat memandang ke dalam bola kristalku semalam. Saat aku duduk di sini, asyik menyulam, dorongan untuk melihat bola kristal menguasaiku. Aku bangkit, duduk di depannya, dan memandang kedalaman kristalnya, dan apa menurut kalian yang balas memandangku?"

Cassandra Aldrich [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang