Piala Api; 4

2K 315 15
                                    

Seakan dipahat dari kayu yang sudah diterpa cuaca oleh orang yang nyaris tak tahu bagaimana seharusnya wajah manusia, dan tak begitu andal menggunakan pahatnya, setiap senti kulitnya tampaknya bekas terluka, mulutnya seperti torehan serong, dan sepotong besar hidungnya hilang, tetapi matanyalah yang membuatnya mengerikan. Satu matanya kecil, hitam, seperti manik-manik, satunya lagi besar, bundar seperti koin dan berwarna biru elektrik terang, mata biru itu bergerak tak hentinya, tanpa berkedip, berputar ke atas, ke bawah, ke kanan, ke kiri, bergerak bebas tidak sewajarnya mata normal--dan kemudian bola mata itu berbalik sepenuhnya, menghadap ke bagian belakang kepalanya, sehingga yang bisa terlihat hanyalah warna putihnya.

Si orang asing tiba di tempat Profesor Dumbledore, dia mengulurkan tangan yang juga penuh bekas luka, seperti wajahnya, dan Profesor Dumbledore menjabatnya, menggumamkan kata-kata yang tak bisa didengar olehku, tampaknya dia bertanya-tanya kepada si orang asing, yang menggeleng tanpa senyum dan menjawab dengan suara pelan. Profesor Dumbledore mengangguk dan menunjuk ke kursi kosong di sebelah kanannya, orang asing itu duduk, menggoyang rambutnya supaya tidak menutupi wajahnya, menarik sepiring sosis ke dekatnya, mengangkatnya ke sisa hidungnya, dan mengendusnya. Dia kemudian mengeluarkan pisau kecil dari sakunya, menusuk sosis dengan ujungnya, dan mulai makan. Matanya yang normal memandang sosis, tetapi mata birunya masih bergerak tak kenal lelah di dalam rongganya, memandang seluruh aula dan semua murid.

"Aku memperkenalkan guru baru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam," Kata Profesor Dumbledore riang, memecah keheningan, "Profesor Moody."

Biasanya guru baru disambut dengan tepukan, tetapi tak seorang pun dari guru-guru ataupun para murid yang bertepuk, kecuali Profesor Dumbledore dan Hagrid, tetapi tepukan mereka bergaung suram dalam keheningan, dan mereka pun segera berhenti.

Profesor Moody tampaknya tak peduli dengan sambutan yang sama sekali tak hangat ini, mengabaikan teko jus labu  kuning di depannya, dia merogoh mantel bepergiannya lagi, mengeluarkan botol minuman, dan minum banyak-banyak. Saat dia mengangkat tangan untuk minum, mantelnya terangkat beberapa senti dari lantai, dan aku bisa melihat di bawah meja, beberapa senti kaki kayu dengan ujung seperti cakar.

Profesor Dumbledore berdehem, "Seperti tadi mau kusampaikan," Katanya, tersenyum pada kami semua yang sebagian masih terpana memandang Profesor Moody, "Kita mendapat kehormatan menjadi tuan rumah pertandingan luar biasa di bulan-bulan mendatang, pertandingan yang sudah tidak diselenggarakan lebih dari seratus tahun, dengan sangat gembira aku mengumumkan bahwa Turnamen Triwizard--akan dilangsungkan di Hogwarts tahun ini."

"Anda bergurau!" Fred berteriak dengan keras, ketegangan yang memenuhi aula sejak Profesor Moody tiba mendadak mencair, hampir semua anak tertawa termasuk aku, dan Profesor Dumbledore terkekeh senang.

"Aku tidak bergurau, Mr Weasley," Katanya, "Walaupun setelah kau menyebut kata itu, aku memang mendengar lelucon seru waktu liburan musim panas tentang Troll, hantu nenek jahat, dan Leprechaun yang bersama-sama ke bar--" Profesor McGonagall berdehem keras.

"Err--tapi mungkin sekarang bukan saat yang tepat--bukan--" Kata Profesor Dumbledore, "Sampai mana aku tadi? Ah, ya, Turnamen Triwizard--nah, sebagian dari kalian mungkin belum tahu turnamen apa ini, maka kuharap mereka yang sudah tahu memaafkanku yang akan memberi penjelasan singkat, dan kuizinkan mereka melayangkan pikiran ke mana-mana."

"Turnamen Triwizard pertama kali diselenggarakan kira-kira tujuh ratus tahun lalu sebagai kompetisi persahabatan di antara ketiga sekolah sihir terbesar di Eropa: Hogwarts, Beauxbatons, dan Durmstrang, seorang juara dipilih untuk mewakili masing-masing sekolah, dan ketiga juara ini bersaing dalam menyelesaikan tiga tugas sihir, ketiga sekolah ini bergiliran menjadi tuan rumah turnamen ini lima tahun sekali, dan kegiatan ini disepakati sebagai cara paling luar biasa untuk membina tali persahabatan di antara para penyihir muda yang berbeda bangsa--sampai, angka kematiannya menjadi tinggi sekali, sehingga turnamen ini tidak diteruskan." Murid-murid berbisik dengan semangat.

Cassandra Aldrich [✓]Where stories live. Discover now