Piala Api; 6

1.8K 299 1
                                    

Dua hari berikutnya berlalu tanpa insiden berarti, kecuali kalau Neville yang melelehkan kualinya yang keenam dalam pelajaran Ramuan dianggap insiden, Profesor Snape, yang nafsu balas dendamnya tampaknya meningkat selama musim panas, memberi Neville detensi, dan Neville kembali dalam keadaan nyaris pingsan, karena baru saja disuruh mengeluarkan isi perut satu tong penuh kodok bertanduk.

"Kau tahu kenapa Snape marah-marah begitu, 'kan?" Kata Ron kepada aku dan Harry sementara kami menonton Hermione mengajari Neville Jampi Penggosok untuk membersihkan sisa usus kodok dari bawah kukunya.

"Yeah," Kata Harry, "Moody."

Sudah rahasia umum bahwa Profesor Snape ingin menjadi guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam, dan sekarang dia sudah gagal mendapatkannya selama empat tahun berturut-turut. Profesor Snape tidak menyukai semua guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam yang sebelumnya dan tidak menutupinya, tetapi anehnya dia ekstra hati-hati agar tidak memperlihatkan kebenciannya terhadap Profesor Moody. Bahkan, setiap kali aku melihat mereka berdua bersama-sama--pada saat makan atau ketika berpapasan di koridor, aku punya kesan kuat bahwa Profesor Snape menghindari mata Profesor Moody baik yang gaib maupun yang normal.

"Kurasa Snape agak takut padanya." Kata Harry merenung.

"Bayangkan kalau Moody mengubah Snape menjadi kodok bertanduk," Kata Ron, matanya menerawang, "Dan melambung-lambungkannya di ruang bawah tanahnya."

Kami, anak-anak kelas empat Gryffindor sudah sangat menunggu-nunggu pelajaran pertama Moody, sehingga kami tiba lebih awal untuk makan siang pada hari Kamis dan sudah berkerumun di depan kelasnya bahkan sebelum bel berbunyi. Satu-satunya yang belum muncul hanyalah Hermione, yang tiba tepat sebelum pelajaran dimulai.

"Baru dari--"

"Perpustakaan." Kataku menyelesaikan kalimatnya.

"Ayo cepat, nanti kita tidak kebagian tempat enak." Kami bergegas menuju tempat duduk yang persis di depan meja guru, mengeluarkan buku Ilmu Hitam: Penuntun Pertahanan Diri, dan menunggu, diam tak seperti biasanya, segera terdengar tak-tok langkah Profesor Moody yang mendekat dari lorong, dan dia masuk kelas, tampangnya sama ganjil dan mengerikan seperti sebelumnya, kami nisa melihat cakar-kaki-kayunya tampak dari bawah jubahnya.

"Singkirkan saja," Dia menggeram, berjalan timpang ke mejanya dan duduk, "Buku kalian, kalian tidak akan memerlukannya."

Kami memasukkan kembali buku kami ke dalam tas, Ron tampak bergairah sekali, Profesor Moody mengeluarkan daftar hadir, menggoyang rambutnya yang panjang dan beruban agar tidak menutupi wajahnya, dan mulai mengabsen. Mata normalnya bergerak mantap mengikuti nama-nama di daftar, sementara mata gaibnya berputar, menatap tajam setiap anak yang menjawab.

"Baiklah," Katanya, ketika anak terakhir sudah menyatakan diri hadir, "Aku sudah menerima surat dari Profesor Lupin tentang kelas ini, tampaknya kalian sudah punya dasar menyeluruh menghadapi makhluk-makhluk Hitam--kalian sudah mempelajari Boggart, Red Cap, Hinkypunk, Grindylow, Kappa, dan manusia serigala, betul?"

Anak-anak bergumam mengiyakan.

"Tetapi kalian ketinggalan--sangat ketinggalan--dalam penanganan kutukan," Kata Profesor Moody, "Jadi aku ada di sini untuk membuka wawasan kalian tentang apa yang bisa dilakukan penyihir yang satu terhadap penyihir lain, aku punya waktu satu tahun untuk mengajar kalian bagaimana menghadapi Ilmu Hi--"

"Apa? Anda tidak tinggal terus?" Kata Ron tiba-tiba.

Mata gaib Profesor Moody berputar memandang Ron, Ron terlihat amat ketakutan, tetapi sejenak kemudian Profesor Moody tersenyum--pertama kali aku melihatnya tersenyum, efeknya, wajahnya yang penuh bekas luka tampak lebih parah lagi, tetapi paling tidak, melegakan mengetahui dia melakukan sesuatu yang ramah seperti tersenyum.

Cassandra Aldrich [✓]Where stories live. Discover now