Tawanan Azkaban; 15

2.2K 362 22
                                    

Alicia mencetak gol, lima puluh-sepuluh, Fred dan George terbang mengelilingi Alicia, berjaga kalau-kalau ada anak Slytherin yang mau membalas dendam. Bole dan Derrick menggunakan kesempatan absennya Fred dan George ini untuk mengarahkan kedua Bludger kepada Oliver, kedua bola itu susul-menyusul menghantam perut Oliver, dan Oliver berguling di udara, mencengkeram sapunya, amat kesakitan.

Madam Hooch marah sekali, "Kalian boleh menyerang Keeper kalau Quaffle berada di area gawang," Dia berteriak pada Derrick dan Bole, "Penalti untuk Gryffindor!"

Dan aku berhasil memasukkan bola, enam puluh-sepuluh, beberapa saat kemudian Fred menghantamkan Bludger ke arah Warrington, membuat Quaffle terlepas dari tangannya dan Angelina berhasil menyambar dan memasukkannya ke gawang Slytherin, tujuh puluh-sepuluh untuk Gryffindor. Anak-anak Gryffindor berteriak dibawah sampai serak, Gryffindor sekarang sudah unggul enam puluh angka, dan jika Harry berhasil menangkap Snitch, maka Piala Quidditch akan menjadi milik kami.

"Penalti! Penalti untuk Gryffindor!" Kata Madam Hooch berteriak, aku melihatnya meluncur pada Harry dan Malfoy, "Belum pernah aku melihat taktik seperti itu!"

"Penipu licik!" Lee meraung di Megafon, sepertinya Malfoy telah melakukan sesuatu pada Harry, yang pastinya perbuatan licik, "Brengsek!"

Profesor McGonagall tidak menghentikan umpatan-umpatan dari Lee, sebaliknya, dia mengacung-acungkan tinjunya pada Malfoy, topinya merosot dan dia berteriak-teriak marah. Angelina melakukan penalti tapi saking jengkelnya, Quaffle itu meleset semeter lebih, kami kehilangan konsentrasi, sementara anak-anak Slytherin semakin bersemangat setelah melihat kelicikan Malfoy pada Harry.

"Cassandra Aldrich menangkap Quaffle untuk Gryffindor--"

Aku melaju kedepan dengan memegang erat Quaffle, tak memperdulikan darah-darah yang makin banyak keluar dari hidung, mataku bisa melihat semua anggota tim Slytherin, kecuali Malfoy dan bahkan Keeper juga maju kedepan akan memblokir jalanku, tiba-tiba Harry meluncur dengan Fireboltnya hampir menabrak rombongan Slytherin yang akan memblokir jalanku.

Mereka langsung berhamburan melesat ketika Firebolt meluncur kearah mereka seperti peluru, aku yang bisa melihat jalanku sudah mulus langsung saja melajukan sapuku dan berhasil mencetak gol, "Gol! Gol! Gryffindor unggul dengan angka delapan puluh lawan dua puluh!"

Aku meninju udara, dan mendekat pada yang lain, Alicia menanyakan keadaanku setelah aku hampir di tabrak oleh enam orang tim Slytherin yang badannya lebih besar dari aku maupun dia. Aku lihat Harry terbang diatas kerumunan, tangannya teracung ke atas dan stadion meledak, bola emas kecil mungil tergenggam di tangannya, mengepak-ngepakkan sayapnya yang tak berdaya di jari-jari Harry.

Langsung saja aku melesat pada Harry dengan air yang hampir sudah menggenangi kedua mataku, aku berteriak seraya memeluknya, "Harry!"

Harry balas memelukku, bisa aku rasakan jika Oliver juga terisak sambil memeluk aku dan Harry, kurasakan benturan yang keras dari dua arah, itu Fred dan juga George menabrak kami, dan terdengar suara Angelina dan Alicia berteriak, "Kita memenangkan Piala! Kita memenangkan Piala!" Berpelukan serabutan, aku dan yang lain akhirnya mendarat di tanah sambil berteriak-teriak serak.

Gelombang demi gelombang suporter merah memanjat pagar pembatas memasuki lapangan, aku bisa merasakan tangan-tangan menghujani punggung-punggung kami. Aku cuma bisa merasakan suara-suara dan tubuh-tubuh mendesakku, kemudian aku dan timku yang lain diangkat ke bahu para suporter.

"Kalian kalahkan mereka, kalian kalahkan mereka! Tunggu sampai aku cerita pada Buckbeak!" Kata Hagrid dengan bajunya yang dipenuhi oleh warna-warna merah.

Tampak Percy melompat-lompat seperti orang gila, semua martabat dilupakan, Profesor McGonagall terisak lebih keras dari Oliver, menyeka matanya dengan bendera besar Gryffindor, dan menyeruak di antara kerumunan menuju aku dan Harry. Tampak Ron dan Hermione, mereka tak sanggup bicara saking terharunya, mereka cuma bisa tersenyum berseri-seri, ketika aku dan Harry dibawa ke deretan tempat duduk, ketempat Profesor Dumbledore berdiri menanti dengan Piala Quidditch yang amat besar.

Cassandra Aldrich [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang