Piala Api; 20

1.5K 263 53
                                    

•••••

Aku, dan Alegra berjalan ke lapangan Quidditch, yang sekarang sama sekali tak bisa dikenali. Pagar tanaman setinggi enam meter mengelilinginya. Ada lubang di depan kami, pintu masuk ke maze. Lorong-lorong di dalamnya tampak gelap dan membuat bulu roma berdiri. Lima menit kemudian, tempat duduk penonton mulai terisi. Udara dipenuhi suara-suara bergairah dan gemuruh langkah kaki ketika ratusan pelajar menuju ke tempat duduk mereka. Langit berwarna biru tua cerah sekarang, dan bintang-bintang mulai bermunculan. Dad, satu teman Auror Dad, Hagrid, Profesor Moody, Profesor McGonagall, dan Profesor Flitwick memasuki stadion dan mendekati Mr. Bagman. Mereka memakai bintang besar merah yang menyala pada topi mereka, semuanya, kecuali Hagrid, yang memakai bintangnya di bagian belakang rompi bulu tikus mondoknya.

Diggory menolehkan kepalanya padaku setelah dia memeluk ayahnya dan juga ibunya, dia membuat wajah seolah bertanya apa-kau-bisa-kemari-sebentar? Aku mengangguk dengan samar, berdiri dan melewati Alegra yang duduk disebelahku kemudian menghampiri Diggory, ayah dan ibunya juga memperhatikan kami. Diggory mendekat padaku, wajahnya berseri dan senyuman tipis menghiasi wajah yang tadinya tampak cemas itu, dia melingkarkan tangannya di pinggangku, memelukku, membuatku terdiam sejenak dan pada akhirnya aku membalas pelukan Diggory.

"Semoga berhasil, Diggory." Aku membisik ditengah pelukan itu, merasakan Diggory mengangguk dengan perlahan, aku mengeratkan pelukanku, menghirup dalam-dalam aroma parfum Diggory, dan setelah itu kami saling melepaskan.

"Sampai jumpa, Cassandra." Ujarnya sambil tersenyum lembut padaku.

Aku tentu saja balas tersenyum padanya, dia berjalan mendekati para juara yang lainnya, yang juga sudah melakukan pelukan-pelukan singkat dengan keluarganya, tak terkecuali Harry, walinya yang ternyata datang adalah Mrs. Weasley dan Bill, Harry menoleh padaku dan aku tersenyum singkat padanya.

Saat aku kembali menuju kursi penonton, suara Mr. Bagman yang diperbesar secara sihir terdengar, "Para ibu bapak, dan hadirin sekalian, tugas ketiga dan terakhir Turnamen Triwizard akan segera dimulai! Saya akan mengingatkan bagaimana posisi nilai saat ini! Seri di tempat pertama, masing-masing dengan jumlah angka delapan puluh lima, Mr. Cedric Diggory dan Mr. Harry Potter, keduanya dari sekolah sihir Hogwarts!" Sorak dan tepuk tangan yang membahana membuat burung-burung dari Hutan Terlarang beterbangan ke langit yang mulai gelap. "Di tempat kedua, dengan angka delapan puluh, Mr. Viktor Krum, dari Institut Durmstrang!" Tepuk tangan lagi. "Dan di tempat ketiga, Miss Fleur Delacour, dari Akademi Beauxbatons!"

Aku sudah kembali duduk disamping Alegra lagi, bangkuku dan Alegra paling depan kedua, membuat kami bisa melihat dengan jelas para juara, disampingku, Alegra menyeringai, "Sudah resmi, eh?"

"Tutup mulutmu, Al." Kataku datar.

"Jadi, setelah tiupan peluitku, Harry dan Cedric!" Kata Mr. Bagman. "Tiga, dua, satu!" Dia meniup pendek peluitnya sekali, dan Harry serta Diggory bergegas memasuki Maze.

Aku mendengar peluit kedua ditiup setelah beberapa menit Harry dan Diggory masuk, itu bagian Krum, dia langsung melesat memasuki Maze, dan yang tersisa diluar Maze sekarang hanya Delacour, dan peluit yang ketiga ditiup lagi oleh Mr. Bagman, Delacour langsung memasuki Maze setelah peluit itu ditiup. Sekarang, semua para juara sudah memasuki Maze.

"Kira-kira, rintangan apa saja yang ada didalam Maze itu?" Kataku pelan, berharap Alegra dapat mendengarnya diantara penonton yang sangat bising.

"Entahlah," Kata Alegra, dia mendengarnya ternyata, "Tapi aku rasa disana ada Boggart."

"Oh. Aku yakin Boggart tak akan jadi masalah besar bagi Harry dan Diggory." Kataku, mengingat bagaimana Harry dan Diggory telah berhasil melawan Naga pada tugas pertama.

Cassandra Aldrich [✓]Where stories live. Discover now