Piala Api; 10

1.5K 279 3
                                    

Madam Maxime bersama Delacour melewati aku dan Alegra begitu saja, lalu Profesor Karkaroff dan juga Krum, melihat dengan bingung pada Alegra, Profesor Karkaroff berkata,  "Alegra? Apa yang kau lakukan? Ayo kita kembali ke kapal!"

"Baik, Sir." Jawab Alegra, dia menepuk kepalaku pelan sebelum akhirnya mengikuti Profesor Karkaroff dan juga Krum.

Sekarang Harry dan Diggory, mereka berdua melihatku, ekspresi wajah mereka terlihat aneh, Harry, dia tampak masih bingung dan juga lemas, sedangkan Diggory, dia tersenyum samar, tapi juga rasa kesal ada pada wajahnya.

"Harry!" Aku memanggil, "Apa keputusan mereka?"

"Mereka memutuskan untuk meneruskan Turnamen Triwizard," Harry berkata pelan dan aku menahan nafas, "Dengan empat juara."

"Apa karena Piala Api itu mengontrak penyihir?" Tanyaku khawatir, Harry mengangguk, sudah kuduga.

"Aku akan pergi, selamat malam kalian." Kata-kata Diggory barusan menyadarkanku kalau dia tadi berada disebelah Harry, aku terkesiap, Diggory telah berbalik, "Diggory!"

"Ya?" Diggory berbalik padaku dengan cepat, aku mendekat kepadanya, aku merasa bingung harus mengatakan apa, "Err--pada akhirnya perkataanku benar, selamat telah menjadi j-juara."

"Salah satu juara." Kata Diggory pelan, dia menatap kebelakang pada Harry, dan entah kenapa aku merasa bersalah untuknya, "Uh--maaf, kurasa?"

"Tidak apa," Katanya, sangat pelan, hampir seperti berbisik, "Aku akan kembali, selamat malam."

"Ya, selamat malam." Aku sementara itu, berbalik dan berjalan bersama dengan Harry menuju asrama Gryffindor.

"Wah, wah, wah," Kata si Nyonya Gemuk, ketika aku dan juga Harry sampai dihadapannya,  "Violet baru saja menceritakan segalanya. Siapa rupanya yang baru terpilih sebagai juara sekolah?"

"Balderdash." Kata Harry lesu.

"Jelas bukan!" Kata si nenek sihir keriput sebal. "Bukan, bukan, Vi, itu kata kuncinya." Kata si Nyonya Gemuk menenangkannya, dan dia mengayun ke muka pada engselnya, supaya aku dan Harry bisa masuk ke ruang rekreasi.

Ledakan kebisingan yang menyambut telingaku ketika lukisan membuka nyaris membuat aku dan Harry terjengkang. Tahu-tahu Harry sudah ditarik ke dalam ruangan oleh sekitar selusin pasang tangan, dan menghadapi seluruh penghuni Asrama Gryffindor, yang semuanya berteriak-teriak, bertepuk, dan bersuit-suit.

"Mestinya kau beritahu kami kau ikutan!" Raung Fred, yang tampak setengah kesal dan setengah kagum sekali.

"Bagaimana kau bisa berhasil tanpa berjenggot? Brilian!" Teriak George.

"Bukan aku yang mendaftar," Kata Harry lemas "Aku tak tahu bagaimana--"

Tetapi Angelina sudah keburu menyerbunya. "Oh, kalau bukan aku, paling tidak kan anak Gryffindor."

"Kau akan bisa membalas Diggory untuk kekalahan dalam pertandingan Quidditch yang terakhir itu, Harry!" Jerit Alicia.

"Banyak makanan, Harry, ayo makan."

"Aku tidak lapar. Aku sudah kenyang makan di pesta tadi." Harry masih menjawab dengan lemas.

Tapi tak seorang pun mau menerima bahwa Harry tidak lapar. Tak seorang pun mau mendengar bahwa Harry tidak memasukkan nama ke dalam piala. Tak seorang pun yang menyadari bahwa Harry sama sekali tidak ingin merayakan peristiwa itu. Lee telah mengambil panji-panji Gryffindor entah dari mana, dan dia memaksa menyelubungkannya pada Harry seperti jubah. Harry tak bisa menghindar. Setiap kali dia berusaha menyelinap ke tangga yang menuju kamar, anak-anak yang mengerumuninya merapat, memaksanya minum segelas Butterbeer lagi, menjejalkan keripik atau kacang kedalam tangannya. Semua ingin tahu bagaimana dia bisa berhasil melakukannya, bagaimana dia bisa mengecoh Lingkaran Batas Usia Profesor Dumbledore dan berhasil memasukkan namanya ke dalam piala.

Cassandra Aldrich [✓]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz