Piala Api; 3

2K 314 4
                                    

•••••

Hogwarts Express, kereta uap merah berkilauan, sudah ada di sana, mengepul-ngepulkan asap, para murid Hogwarts dan orangtua mereka bermunculan keperon dari dalam asap itu seperti hantu-hantu hitam, kali ini hanya Mum yang mengantarku karna Dad sibuk mengurus sesuatu di kementerian, aku paham, pekerjaan sebagai Auror lalu munculnya Tanda Kegelapan saat Final Piala Dunia Quidditch pasti membuatnya sangat sibuk. Aku juga sudah bertemu dengan Harry, Ron, Hermione, Fred, George dan Ginny, mereka diantar oleh Mrs. Weasley, dan dua kakak Ron, Bill dan Charlie, aku juga menceritakan cerita saat kekacauan itu terjadi sesudah kami berempat masuk kompartemen dan melambai pada semua orang, dan Ron, dia bercerita dengan jengkel, jika semua orang membicarakan sesuatu tapi tidak memberitahu apa itu dengan jelas.

"Shhh!" Mendadak Hermione berbisik, meletakkan jari di bibirnya dan menunjuk kompartemen di sebelah kami, aku, Harry dan Ron mendengarkan, dan suara dipanjang-panjangkan yang sudah kami kenal terdengar melalui pintu yang terbuka.

"--Ayah sebetulnya lebih suka menyekolahkan aku di Durmstrang daripada Hogwarts, dia kenal kepala sekolahnya, kalian kan tahu bagaimana pendapatnya tentang Dumbledore--orang itu pecinta berat Mudblood--dan Durmstrang tidak menerima orang macam begitu, tapi Ibu tidak suka aku bersekolah di tempat yang begitu jauh, ayah bilang, Durmstrang bersikap lebih masuk akal daripada Hogwarts terhadap Ilmu Hitam, murid-murid Durmstrang mempelajarinya, bukan cuma pertahanan omong kosong seperti kita--"

Hermione bangkit, berjingkat ke pintu kompartemen, dan menutupnya, memblokir suara Malfoy, "Jadi dia pikir Durmstrang lebih cocok buatnya, begitu?" Katanya berang, "Sayang sekali dia tidak sekolah di sana, supaya kita tak usah kenal dengannya."

"Durmstrang itu sekolah sihir yang lain?" Tanya Harry, kelihatan bingung.

"Ya," Kataku pelan, "Reputasinya cukup buruk menurut Penilaian Pendidikan Sihir di Eropa, dan sepupuku sekolah disana, tapi dia masih punya akal untuk tidak terlalu menjerumus pada Ilmu Hitam."

Hujan makin lama makin lebat ketika kereta meluncur makin jauh ke utara, langit amat gelap dan jendela amat berkabut, sehingga lampu-lampu sudah dinyalakan pada siang hari. Troli penjual makanan berderik di koridor, dan aku membeli setumpuk besar Bolu Kuali untuk dimakan bersama. Beberapa teman kami berdatangan sementara siang berganti sore, termasuk Seamus, Dean, dan Neville. Seamus masih memakai mawar Irlandianya. Sebagian sihirnya rupanya sudah memudar. Mawar itu masih meneriakkan "Troy, Mullet, Moran!" tetapi amat lemah dan terdengar amat letih.

Setelah kira-kira setengah jam, Hermione, yang sepertinya bosan mendengar obrolan tentang Quidditch yang tak habis habisnya, membenamkan diri sambil membaca buku Kitab Mantra Standar, Tingkat 4, dan mulai mempelajari Mantra Panggil. Hogwarts Express mulai mengurangi kecepatannya dan akhirnya berhenti di stasiun Hogsmeade yang gelap gulita, ketika pintu-pintu kereta membuka, gemuruh guntur terdengar, Hermione membungkus Crookshanks dalam mantelnya dan Ron membiarkan jubah pestanya tetap menyelubungi sangkar Pigwidgeon ketika mereka turun dari kereta dengan kepala menunduk dan mata menyipit menerobos hujan. Hujan sekarang demikian lebatnya sehingga seakan berember-ember air dingin diguyurkan ke atas kepala kami.

"Hai, Hagrid!" Teriakku dan Harry, melihat siluet sosok raksasa di ujung peron di kejauhan.

"Baik-baik saja, Harry? Cassandra?" Hagrid balas berseru, melambai, "Sampai ketemu di pesta kalau kami tidak tenggelam!"

Murid-murid kelas satu secara tradisi mencapai kastil Hogwarts dengan berlayar menyeberangi danau bersama Hagrid.

"Oh, aku tak mau menyeberangi danau dalam cuaca macam ini." Kata Hermione sungguh-sungguh, gemetar, sementara kami beringsut pelan sepanjang peron gelap bersama anak-anak lain. Seratus kereta tanpa kuda siap menunggu kami di depan stasiun. Aku, Harry, Ron dan Hermione naik penuh syukur ke salah satu di antaranya. Pintu menutup, dan beberapa saat kemudian, dengan entakan keras, iring-iringan panjang kereta berkeretak, menggelinding dengan mencipratkan air, menuju ke kastil Hogwarts.

Cassandra Aldrich [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang