Skeeter tidak mengatakan apapun selama beberapa saat, tetapi memandangi Hermione, kepalanya sedikit ke satu sisi. "Baiklah, anggap saja sejenak aku akan melakukannya," Dia berkata dengan kasar. "Bayaran seperti apa yang akan kudapatkan?"

"Kukira ayah tidak benar-benar membayar orang-orang untuk menulis bagi majalah," Kata Lovegood sambil melamun. "Mereka melakukannya karena itu kehormatan dan tentu saja, untuk melihat nama mereka tercetak."

"Ya," Kataku dengan tenang sambil menyeringai licik. "Kalau tidak, seperti yang kau tahu betul, aku akan memberitahu pihak yang berkuasa bahwa kau seorang Animagus tak terdaftar. Tentu saja, Prophet mungkin memberinya cukup banyak untuk cerita orang mengenai hidup di Azkaban."

Skeeter tampak seolah-olah dia tidak ingin apapun lebih dari menyambar payung kertas yang menjulur dari minumanku dan menyodokkannya ke hidungku. "Kukira aku tak punya pilihan, bukan?" Kata Skeeter, suaranya sedikit bergetar. Dia membuka tas buayanya sekali lagi, mengeluarkan sepotong perkamen, dan mengangkat Pena Bulu Kutip-Cepatnya.

"Ayah akan senang," Kata Lovegood dengan ceria. Sebuah otot berkedut di rahang Skeeter.

"Oke, Harry?" Kata Hermione sambil berpaling kepada Harry yang daritadi terdiam. "Siap memberitahu publik kebenarannya?"

"Kurasa begitu," Kata Harry sambil mengamati Skeeter menyeimbangkan Pena Bulu Kutip-Cepat bersiap sedia di atas perkamen di antara mereka.

"Mulai tanya kalau begitu, Skeeter," Kataku dengan tenang sambil mengambil sebuah ceri dari dasar gelas.

Kami memasuki Aula Besar untuk sarapan pada saat yang persis sama dengan pos burung hantu pada Senin pagi. Hermione dan aku bukan satu-satunya orang yang bersemangat menunggu Daily Prophet untuk mendapatkan lebih banyak berita mengenai para Pelahap Maut yang lepas, yang, walaupun banyak laporan penampakan, masih belum tertangkap. Hermione memberikan burung hantu pengantar sebuah Knut dan membuka lipatan surat kabar itu dengan bersemangat sementara Harry minum jus jeruk.

"Siapa yang kaucari?" Harry bertanya kepada burung  itu, sambil memindahkan jus jeruknya dengan lesu dari bawah paruhnya dan mencondongkan badan ke depan untuk melihat nama dan alamat penerima: Harry Potter Aula Besar Sekolah Hogwarts

Sambil merengut, Harry bergerak akan mengambil surat itu dari burung hantu itu, tetapi sebelum dia bisa melakukannya, tiga, empat, lima burung hantu lagi berkibaran turun ke sampingnya dan sedang berebut posisi, menginjak mentega dan menjatuhkan garam selagi masing-masing mencoba memberinya surat mereka duluan.

"Apa yang sedang terjadi?" Ron bertanya dengan heran, sementara seluruh meja
Gryffindor mencondongkan badan ke depan untuk menonton dan tujuh burung hantu lagi mendarat di antara yang pertama, sambil memekik, beruhu dan mengepakkan sayap mereka.

"Harry!" Kata Hermione terengah-engah, sambil membenamkan tangannya ke kumpulan bulu itu dan menarik keluar seekor burung hantu pekik yang membawa sebuah paket panjang berbentuk tabung. "Kukira aku tahu apa artinya ini, buka yang satu ini terlebih dahulu!"

Harry merobek pembungkuk cokelatnya. Bergelung keluar sebuah salinan edisi Maret The Quibbler yang tergulung erat. Harry membuka gulungannya untuk melihat wajahnya sendiri menyeringai malu-malu kepadanya dari halaman depan. Dalam huruf-huruf besar merah membentang di gambar ini adalah kata-kata:

BERBICARA TERUS-TERANG AKHIRNYA

KEBENARAN MENGENAI DIA-YANG-NAMANYA-TIDAK-BOLEH-DISEBU

DAN MALAM AKU MELIHATNYA KEMBALI

"Bagus, bukan?" Kata Lovegood yang telah datang ke meja Gryffindor dan sekarang memaksakan dirinya ke bangku di antara aku dan Ron. "Keluarnya kemarin, aku minta Dad mengirimkanmu sebuah salinan gratis. Kuduga semua ini," Lovegood melambaikan sebelah tangan ke kumpulan burung hantu yang masih meraba-raba di meja di hadapan Harry, "Adalah surat-surat dari para pembaca."

Cassandra Aldrich [✓]Where stories live. Discover now