60. I Will Never Love You

15.1K 863 125
                                    

Brumm... Brumm... Brumm...

Lauren menambah kecepatan motor milik Loco yang saat ini sedang dikendarainya. Jika diingat – ingat, sudah lama rasanya Lauren tidak menaiki motor apalagi mengendarainya. Semenjak menikah dengan Edward, Lauren selalu dimanjakan dengan berbagai macam mobil mewah, helikopter dan jet pribadi. Meskipun di dalam garasi rumah mereka terdapat motor, namun motor itu hanya satu dari sekian koleksi pribadi milik Edward dan Edward tak pernah membiarkan Lauren untuk menaiki motor itu. 

Well... nampaknya Edward lebih menyanyangi motor itu dibandingkan istrinya sendiri

Tak perlu waktu lama, kini motor yang dikendarai oleh Lauren itu sudah berhenti di depan sebuah kawasan perumahan yang tidak terlalu mewah namun lumayan besar.

Kawasan rumah Carmen

Rasa kesal dan kemarahan Lauren kembali meningkat ketika dirinya mengingat wanita itu. Claudia Carmen.

Lauren membiarkan motornya terparkir di luar pagar rumah itu. Lauren melangkahkan kakinya dengan tegas saat dirinya memasuki kawasan rumah itu yang ternyata tidak dijaga oleh seorang bodyguard maupun maid sekalipun. Namun anehnya, jika mereka tidak memperkerjakan orang untuk menjaga rumah mereka, lalu kenapa mereka membiarkan pagar rumah mereka terbuka seperti itu? Apa mereka baru saja kedatangan tamu?

Saat sudah sampai di pintu rumah itu, Lauren langsung menekan bel rumah itu berulang – ulang dengan gerakan tak sabar. Selain itu, Lauren juga menekan bel rumah itu dengan kuat – kuat seolah – olah ia sedang melampiaskan seluruh kemarahannya pada bel rumah yang tak bersalah itu

Klik.

Pintu itu terbuka.

Rasa marah Lauren menggebu – gebu ketika dirinya melihat Claudia membuka pintu itu dengan wajah polosnya yang terlihat sangat mengesalkan.

"Lho? Nyonya Dominguez? Anda disini juga!" sambut Claudia dengan ramah sembari menampilkan senyumannya.

Lauren diam. Ia menggigit bibir bawahnya dalam – dalam.

"Apa nyonya Dominguez juga ingin masuk? Saya akan men---

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat dengan mulus di pipi putih Claudia. Sangking kerasnya tamparan itu, wajah Claudia sampai terpental ke samping

"Nona Lauren?!?" tanya Claudia terkejut sembari memegang pipinya yang terasa panas.

Claudia mendongakkan wajahnya dan memberikan tatapan terkejut sekaligus tatapan takutnya pada Lauren yang sedang menatap Claudia dengan tatapan kebencian yang sangat berkobar – kobar di kedua mata biru itu.

"Jalang!"

Nyut.

Hati Claudia langsung terasa nyeri ketika dirinya mendengar panggilan itu. Ia bukan jalang! Meski ia bekerja di sebuah club, namun ia hanya sebatas pelayan pengantar minuman, bukan pelayan penghangat ranjang.

Claudia tidak tahan lagi dengan hinaan itu.

"Apa maksud nona Lauren mengatakan saya jalang?" tanya Claudia dengan nada suaranya yang terdengar bergetar. Meski ia takut, namun ia harus tetap berusaha untuk berani. Karena, di dunia ini, ia hanya akan takut kepada Tuhan saja, bukan manusia

"Jadi, katakan padaku... Sebutan apa yang cocok untuk wanita yang sedang mencoba merebut suami wanita lain?" tanya Lauren berapi – api

"Merebut suami wanita lain? Saya tidak pernah dan tidak akan melakukan hal sehina itu" ucap Claudia sembari menahan air matanya yang hendak jatuh. Disaat – saat seperti ini, ia tidak boleh lemah, karena jika ia lemah, lawannya akan merasa senang dan akan semakin menghinanya

In Your EyesWhere stories live. Discover now