42. Egoistic

15.7K 954 33
                                    

Prank!

Edward melemparkan guci yang berisi bunga imitasi yang ada di dalam kamar hotelnya dengan sekenanya. Guci putih itu kini telah berubah menjadi serpihan – serpihan yang tak ada artinya sama sekali.

Bugh!

Edward kembali memukul dinding kamar hotelnya dengan kuat hingga buku – buku jarinya sudah mulai mengeluarkan darah.

Ini semua tidak cukup!

"Tuan, saya mohon hentikan semua ini. Kita tidak tau jika wanita yang hanyut itu adalah nona Lauren, kita masih memiliki sedikit harapan" ucap Alan yang merasa ngeri dengan keadaan kamar hotel Edward yang telah berubah menjadi kapal pecah

Seumur – umur mengabdikan diri pada Edward, Alan tak pernah melihat Edward seemosional ini dan alasan Edward seemosional ini karena Lauren. Sungguh kenyataan yang sulit diterima

"Shut the fuck up!" teriak Edward

Alan tersentak kaget saat dirinya diteriaki oleh Edward dengan kata – kata makian itu. Dia hanya menundukkan kepalanya, untuk menandakan bahwa dirinya hanyalah seorang bawahan

Tak bisa dipungkiri, Alan juga merasa sangat terpuruk dengan kemungkinan yang baru saja didengarnya. Kemungkinan bahwa wanita yang hanyut itu adalah Lauren, mengingat pakaian mereka yang sama, menurut Edward.

Namun, Alan tidak sama dengan Edward. Jika Edward melampiaskan rasa kemarahan itu dengan memporak – porandakan kamarnya, maka berbeda lagi dengan Alan. Alan lebih memilih untuk melampiaskan rasa kemarahannya itu dengan menyalahkan dirinya sendiri.

Jika saja Alan menjaga Lauren selama 24 jam, mungkin hal ini tidak akan terjadi.

"Sialan! Aku bahkan belum memenuhi keinginannya, bagaimana bisa dia bertindak seenak ini!" maki Edward dengan suaranya yang terdengar sangat parau.

Edward menyusutkan badannya ke dinding kamar hotel itu. Kedua tangannya yang kini telah bersimbah darah bergerak untuk menutupi wajahnya.

Sial!

Dirinya tak bisa berhenti untuk tidak merasa bersalah. Bagaimanapun, Lauren adalah istrinya. Lauren adalah satu – satunya yang membuat dirinya berpikir bahwa masih ada wanita yang berbeda dengan ibunya yang sangat jalang. Lauren adalah satu – satunya wanita yang sangat – sangat mengerti tentang dirinya dan kebutuhannya. Dan... Lauren adalah cinta pertamanya yang telah hilang.

Sial.

Jika diingat – ingat, sampai sekarang, Edward tak pernah berhasil untuk membuat wanita itu bahagia. Dan sekarang... wanita itu berniat untuk meninggalkan Edward?

"Edward... kau terluka?"

Suara itu... suara lembut yang dirindukannya beberapa tahun terakhir.

Edward langsung menarik tangannya yang menutupi wajahnya. Matanya langsung menatap sosok wanita yang sedari tadi menari – nari di pikirannya. Edward menggelengkan pelan kepalanya, ia yakin, pasti dia berhalusinasi. Ya, dia berhalusinasi.

"Nona Lauren!" panggil Alan

Edward mengernyitkan dahinya saat dirinya mendengar panggilan Alan. Apa mungkin Alan sedang berhalusinasi juga?

"Lauren?" panggil Edward sembari bangkit dari posisi nya

Edward menatap sosok Lauren yang tengah berdiri tidak jauh dari dirnya. Wanita itu memakai pakaian yang sudah basah, rambut halus dan lembutnya terlihat acak – acakan, wajahnya dan tangannya memucat dan bibirnya bergetar.

"Lauren!"

Dengan langkah cepat, Edward berjalan ke hadapan Lauren. Tangannya yang telah berlumuran darah itu memegang wajah dingin Lauren.

In Your EyesOnde histórias criam vida. Descubra agora