114. I Will Always be Here For You

12.3K 648 31
                                    

Lauren menatap Edward yang saat ini tengah fokus dengan kertas kanvas yang ada di hadapan pria itu, senyum geli menghiasi wajah wanita itu ketika ia melihat Edward begitu fokus melukis di atas kertas kanvasnya. Sesekali, pria itu mengernyitkan dahinya dan menggelengkan kepalanya pelan saat ia sadar bahwa lukisannya terlihat aneh. Puas menatapi Edward, Lauren kembali memusatkan perhatiannya ke kertas kanvas yang ada di hadapannya.

Di pagi yang sejuk ini, Lauren dan Edward memutuskan untuk melukis bersama di taman yang terdapat di rumah mewah milik Edward itu. Sungguh, Lauren tak menyangka jika dirinya dan Edward akan menghabiskan pagi mereka di ruangan terbuka sembari melukis bersama seperti ini.

Ketika ia bangun pagi tadi, Lauren sudah mendapati Edward menyediakan sarapan untuknya. Pria itu bahkan sudah berpakaian rapi dan menatap Lauren dengan senyum yang tak pernah lekang dari wajahnya, hal itu memmbuat Lauren meringis dalam hati. Bahkan di pagi pertama mereka sebagai pasangan suami – istri normal, Lauren sudah gagal untuk melayani pria itu

Namun nampaknya, Edward tak memusingkan hal itu. Karena setelah Lauren menyantap sarapannya dan membersihkan diri, Edward langsung menarik tangan Lauren untuk mengikutinya. Dan disinilah mereka berada.

"Lauren, kulitmu itu warna apa?" celetuk Edward sembari mendongakkan kepalanya agar bisa menatap wajah Lauren yang tertutupi oleh canvas milik pria itu

"Eumh... Warm ivory" ucap Lauren sembari menatap kulit tangannya

"Hah? Warm apa?" tanya Edward binggung sembari menatap Lauren

Seakan – akan tersadar dengan kebinggungan Edward, Lauren langsung mendongakkan kepalanya untuk menatap pria itu. Raut wajah binggung yang menghiasi wajah pria itu mengundang Lauren untuk tertawa jika saja Lauren lupa bahwa pria itu sedang bertanya serius kepada Lauren

"Maksudku, kau coba campurkan warna putih dan coklat, kalau bisa perbandingannya 4 banding 1" jelas Lauren

Mulut pria itu membulat dan kepalanya diangguk – anggukkannya beberapa kali. Setelah pria itu mendengar penjelasan Lauren, tangan pria itu langsung bergerak untuk menuangkan cat sesuai dengan arahan Lauren ke atas palet kayu yang dimilikinya

Dengan telaten, pria itu mengaduk rata cat itu sehingga warna baru tercipta di atas palet kayu yang dimilikinya. Pria itu tersenyum senang saat melihat warna baru itu, namun, rasa bahagianya itu langsung sirna ketika ia tanpa sengaja melihat tangan Lauren yang sedang bergerak untuk mengambil cemilan yang ada di tengah – tengah mereka.

Edward mengernyit ketika ia melihat warna kulit Lauren tersebut. Edward menatap warna kulit dan warna baru yang ada di atas palet kayunya secara berulang – ulang. Edward tau, warna kulit istrinya itu tak sama dengan warna yang ada di atas palet kayunya dan jujur... hal itu membuat Edward sedikit frustasi.

"Ini"

Tiba – tiba, Lauren menyodorkan palet kayunya kepada Edward.

"Aku tau kau kesusahan" lanjut Lauren lagi sembari tersenyum manis kepada Edward

Edward menghela nafasnya dengan lega karena akhirnya Lauren menyadari kegundahan Edward. Sembari menggumamkan kalimat terimakasih, Edward mengambil palet itu dan kembali melukis wajah Lauren yang ada di atas kanvas milik pria itu.

Dengan teliti, Edward kembali menorehkan cat di atas kanvasnya. Baik Edward dan Laure kembali tenggelam di dalam kegiatan mereka masing – masing. Hanya terdengar suara daun – daun pepohonan yang sedang diterpa oleh angin sepoi - sepoi di antara mereka.

Hingga dering suara panggilan masuk yang berasal dari ponsel Edward memecah keheningan itu. Edward pun meriah ponselnya, baru saja pria itu hendak menolak panggilan tersebut, namun saat ia melihat nama penelpon yang tertera di atas layar pipih itu, Edward dilanda dilema

In Your EyesWhere stories live. Discover now