29. I Know

17.9K 1K 21
                                    

Lauren menatap lukisan yang sudah selesai dibuatnya dengan tatapan datar. Lukisan itu menggambarkan seorang wanita sexy dengan sayap malaikat yang tengah menggandeng seorang anak perempuan kecil. Lukisan itu terlihat sangat kelam.

Lauren menghembuskan napasnya dengan kasar. Melukis adalah salah satu dari sekian hal yang dilakukannya untuk mengahlihkan pikirannya dari hal – hal yang tidak ingin diingatnya.

Lauren memukul – mukul pelan punggungnya yang terasa kaku karena terlalu lama duduk. Kedua matanya langsung mengarah menuju sebuah jam yang tergantung di dinding ruang melukisnya itu. 11.39 PM. Berarti sudah 15 jam lebih Lauren menghabiskan waktunya berada di ruangan ini untuk melukis.

Lauren bangkit dari duduknya dan menatap lukisan – lukisan yang berhasil dibuatnya pada hari ini. Hari ini, Lauren berhasil melukis 6 buah lukisan. Lauren menatap semua lukisan itu dengan tatapan datarnya. Semua lukisannya itu memang menggambarkan hal – hal yang berbeda namun semua suasana lukisan itu sama... kelam.

Lauren melepaskan gaun celemeknya dan menggulungnya. Tak lupa, Lauren juga melepaskan sarung tangannya yang telah dipenuhi oleh berbagai warna – warna gelap.

Lauren melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu dengan tenang. Ah... kini Lauren telah menyesali keputusannya untuk meminum obat itu, jika saja ia melukis saat itu, ia tak harus meminum obat itu lagi.

Bug... bug... bug...

Suara gedoran kasar dari pintu utama rumahnya membuat Lauren berjengit kaget. Siapa yang menggedor – gedor pintu rumahnya dengan kasar seperti ini di malam hari? Apa Edward? Tapi... bukankah pria itu sudah hapal betul password rumah mereka ini?

Bug... bug... bug...

Gedoran itu semakin kuat dan tak beraturan.

Dengan langkah sedikit tergesa – gesa, Lauren melangkahkan kakinya menuju ke pintu rumah mereka. Sebelum benar – benar membuka pintu rumahnya, Lauren menatap wajah penggedor itu dari sebuah layar yang berada di samping pintunya.

Lauren mengernyit binggung saat melihat seorang pria yang terlihat seperti sekretaris Edward tengah memapah seorang pria yang terlihat tak sadarkan diri. Lauren menyipitkan matanya untuk memastikan sosok pria yang sedang dipapah oleh sekretaris Edward tersebut. Itu Edward!

Bug... bug... bug...

Tanpa menunggu apa – apa lagi, Lauren langsung membukakan pintu rumahnya. Betapa terkejutnya ia saat melihat Edward dalam kondisi tak sadarkan diri di dalam papahan sekretarisnya

"Ah... untung saja nona membuka pintunya cepat – cepat, jika tidak... kurasa tubuhku akan ambruk karena menahan berat badan tuan yang sangat luar biasa ini" ucap sekretaris itu sambil terkekeh kecil saat melihat Lauren akhirnya membukakan pintunya

Sebenarnya, apa yang diucapkan oleh sekretaris Edward itu adalah sebuah fakta. Perlu kalian tau, sekretaris Edward itu sudah berusaha menahan berat badan Edward mati – matian selama 15 menit hanya untuk menunggu Lauren membukakan pintu rumahnya. Jika saja Lauren tidak membukakan pintu rumahnya sampai 5 menit kedepan, sekretaris Edward itu sudah dapat menebak apa yang akan terjadi berikutnya pada dirinya. Nyeri pinggang pasti tak akan bisa dihindarkan

"Ayo, masuk! Kita bawa dia ke kemarnya" ucap Lauren sambil ikut membantu merangkul tubuh kekar Edward dari sisi yang lain

Sekretaris Edward mengangguk pelan dan membiarkan istri tuannya itu untuk ikut membantunya. Dia tidak akan menawarkan dirinya untuk merangkul tubuh tuannya itu seorang diri karena ia tau jika dirinya tak sanggup untuk melakukan hal itu

"Pelan – pelan!" ucap Lauren saat mereka berjalan menaiki tangga

Mereka menaiki tangga dengan sangat hati – hati. Sungguh, saat ini Lauren mengiba kepada sekretaris Edward. Lauren yakin, besok, sekretaris Edward itu akan mengalami nyeri pinggang.

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang