45. Are You Crazy?

15.4K 860 23
                                    

Aroma alcohol dan obat – obatan yang sangat pekat membuat Lauren mau tak mau harus membuka kedua matanya. Mata birunya itu menatap sayu keadaan disekitarnya.

Saat ini, Lauren tengah berada di sebuah ruangan monoton berwarna biru langit. Ruangan ini seperti kamar rumah sakit. Begitulah kira – kira perkiraan Lauren hingga akhirnya dirinya yakin bahwa ruangan yang tengah ditinggalinya ini adalah ruangan rumah sakit saat mata Lauren menatap sebuah tongkat infuse yang berada tepat disamping kamarnya.

Apakah saat ini ia sedang berada di rumah sakit di Bali?

Tapi, kenapa suasana disini berbeda dengan suasana yang ada di Bali?

"Kau sudah bangun, apa kau ingin sesuatu?" tanya seorang wanita berjas putih yang nampaknya sedari tadi menunggu Lauren siuman

Lauren mengernyitkan dahinya binggung. Lauren ingat betul siapa wanita itu, ia adalah Lucia Assensio – Canales, dokter yang selalu menangani kesehatan Lauren. Hanya dokter itulah satu – satunya orang yang mengetahui penyakit mental Lauren. Bisa dibilang, dokter Lucia sungguh berjasa dalam kehidupan Lauren karena wanita itu telah berhasil menyimpan rahasia tentang kesehatan Lauren rapat – rapat. Karena itu, Lauren dan dokter Lucia memiliki hubungan yang dekat, meskipun mereka tak dapat dikategorikan sebagai sepasang sahabat. Namun, sikap keterbukaan Lauren kepada wanita itu sungguh merupakan hal yang sangat jarang dilakukan oleh Lauren kepada orang lain

"Kenapa kau ada disini?" tanya Lauren binggung

"Maksudmu, aku harus dimana, nona Lauren?" tanya dokter Lucia sembari menggelengkan kepalanya pelan.

Mata Lauren menyipit dan mengikuti tubuh wanita itu yang nampaknya tengah mengambil segelas air putih dan memasukkan sebuah sedotan ke dalam gelas kaca itu

"Ini Madrid?" tanya Lauren yang nampaknya belum menerima fakta bahwa dirinya kini sudah meninggalkan Bali

"Tentu saja!"

Lauren menghela napasnya dengan kasar. Pasti, karena kondisi kesehatannya yang sangat menurun tadi malam, Alan memutuskan untuk meminta Edward agar pria itu memulangkan Lauren ke Madrid menggingat bahwa hanya Alanlah satu – satunya orang yang menawarkan perawatan kesehatan pada Lauren

"Minumlah... kau pasti haus, nona" ucap dokter Lucia sembari menyodorkan gelas itu ke depan mulut Lauren

Lauren tidak menolak. Mulutnya langsung bergerak untuk menggapai sedotan itu dan menghisap air yang berada di gelas itu melalui sedotan tersebut. Lauren tidak bisa berbohong jika dirinya tidak merasa kehausan kali ini.

"Kau tidak menggunakan obat itu kan?" tanya dokter Lucia sembari memicingkan matanya dan menatap Lauren dengan tatapan penuh introgasi.

Lauren menggelengkan kepalanya pelan.

"Mungkin karena aku tidak membawanya, maka aku tidak menggunakannya" ucap Lauren sesaat setelah dirinya sudah meminum air di dalam gelas itu

Dokter Lucia menghela napasnya kasar.

Kini, ia menyesal telah mengenalkan obat itu pada Lauren. Dulu, ia mengira jika obat itu dapat menenangkan Lauren ketika wanita itu merasa tertekan atau depresi, tapi dokter Lucia salah. Lauren malah menggantungkan dirinya dengan obat itu.

Dalam masalah kesehatan mental Lauren, ada beberapa level yang akan dilalui wanita itu hingga wanita itu harus meminum obat itu. Di level awal atau satu, Lauren dapat mengatasi kesehatan mentalnya dengan mengahlihkan pikirannya dari masalah yang menimpanya dan melampiaskan semua itu kepada hobinya. Di level tengah atau dua, Lauren dapat mengatasi kesehatan mentalnya dengan tidur. Biasanya, wanita itu akan menghirup aroma aromaterpi yang menenangkan atau meminum obat tidur. Dan di level akhir atau tiga, mau tak mau, Lauren harus meminum obat itu

In Your EyesWhere stories live. Discover now