127. Everything is Over

16.9K 766 50
                                    

"Apa anda yakin ingin menjual rumah anda, nyonya? Rumah anda sangat indah, anda mungkin tak akan bisa mendapatkannya kembali jika anda menjualnya kepada saya" ucap seorang wanita yang berada di samping Lauren tanpa bisa mengahlihkan tatapan takjubnya dari rumah megah Lauren yang hendak dibelinya

"Saya yakin sekali ingin menjual rumah saya. Saya dan keluarga kecil saya ingin pindah ke tempat yang lebih sepi" jawab Lauren tak kalah ramahnya

"Ah... semoga anda bisa menemukan rumah impian anda" ucap wanita itu sembari tersenyum

Lauren menganggukkan kepalanya dengan mantap.

Setelah percakapan singkat itu, Lauren langsung menyerahkan kunci rumah yang telah ditempatinya bersama Edward selama beberapa tahun terakhir kepada wanita tersebut. Wanita itu juga menyerahkan selembar cek ke depan Lauren.

Lauren lantas membiarkan wanita itu melangkahkan kakinya memasuki rumah itu. Lauren tersenyum singkat dan memandang rumah itu untuk yang terakhir kalinya. Perasaan campur aduk langsung menghantam Lauren ketika ia melihat rumah yang telah menjadi saksi bisu kehidupan rumah tangga antara dirinya dan Edward.

Jika ditanya, apakah Lauren menyesal atau tidak, tentu saja jawabannya tidak! Sejak awal, rumah ini bukanlah rumah yang pernah diimpikan oleh Lauren maupun Edward. Sekarang, Edward tak ada disisinya, jadi... tak ada lagi alasan Lauren untuk tetap mempertahankan rumah ini.

Dengan senyum yang menghiasi wajahnya, Lauren membalikkan tubuhnya dari pekarangan rumah itu. Disana, ia mendapati Alan tengah berdiri menunggu Lauren untuk masuk ke dalam mobil milik wanita itu.

Sekarang, Lauren harus menyelesaikan hubungan antara dirinya dan Alan.

Dengan langkah pasti, Lauren melangkahkan kakinya ke hadapan Alan. Angin dingin yang berhembus membuat Lauren menyelipkan kedua tangannya ke dalam saku coatnya.

"Alan... aku ingin mengatakan sesuatu padamu" ucap Lauren saat wanita itu sudah berdiri tepat di hadapan Alan

Alan sedikit mengernyit binggung saat ia mendengar ucapan Lauren tersebut. Otak pria itu bekerja dengan sendirinya mencari – cari hal yang ingin dikatakan oleh nyonyanya itu kepadanya. Apa nyonyanya itu akan memintanya untuk mencarikan rumah baru?

"Katakan saja, nyonya"

"Aku ingin memutus hubungan kita ini" ucap Lauren mantap dengan senyuman yang menghiasi wajahnya

"Maksud nyonya?" tanya Alan binggung

Kedua tangan Lauren bergerak untuk meraih kedua tangan Alan. Lauren menggenggam erat tangan itu dan memberikan belaian lembut di punggung tangan itu

"Jika diingat – ingat, kau sudah lama bekerja untukku. Sekarang, sudah saatnya aku melepaskanmu. Sekarang, kau sudah dapat hidup bebas tanpa harus mengkhawatirkanku lagi" ucap Lauren dengan senyum lembut yang tak hilang dari wajahnya

Punggung Alan menegang kaku ketika ia mendengar ucapan Lauren tersebut. Pria itu sontak menarik tangannya dari genggaman Lauren

"Apa saya sudah melakukan suatu kesalahan? Katakan kepada saya, apa kesalahan saya agar saya bisa memperbaikinya" ucap Alan sembari menguatkan hatinya.

Pria itu mendoktrin dirinya sendiri dengan kalimat bahwa ia telah melakukan kesalahan. Pria itu tau dengan jelas bahwa wanita yang saat ini berada di hadapannya merupakan sosok wanita yang tidak menyukai kesalahan, kesalahan sedikit apapun. Apalagi jika kesalahan itu berasal dari orang – orang terdekatnya.

"Katakan pada saya nyonya. Katakan pada saya! Apa kesalahan saya? Apa kekurangan saya?" tanya Alan dengan pandangannya yang sudah mengabur

Alan tak ingin kembali meninggalkan Lauren. Ia tak sanggup hanya memandang wanita itu dari jauh dan melihat bagaimana wanita itu berjuang sendirian menghadapi semua hal gila yang menimpanya. Alan ingin merasakan penderitaan yang sama dengan wanita itu. Alan tak ingin wanita itu berjuang sendirian

In Your EyesWhere stories live. Discover now