44. Dream

15K 882 24
                                    

"Bagaimana keadaannya?" tanya Edward dengan wajah dinginnya sembari membalut luka di punggung tangannya menggunakan perban kain

"Nona Lauren tidak baik – baik saja, tuan" jawab Alan jujur

Edward mengetatkan rahangnya dengan keras.

"Apa kau sudah membawanya ke dokter?" tanya Edward sembari menahan dirinya untuk tidak kembali meluapkan kemarahannya

"Saya sudah menawarkannya tapi nona Lauren menolak" jawab Alan

"Wanita itu... selalu saja bertingkah sok kuat" desis Edward sembari mengepalkan kedua tangannya

Alan hanya diam.

Memang benar, Edward lah yang telah memerintahkan Alan untuk langsung memeriksa keadaan Lauren ketika wanita itu meninggalkan kamar Edward dengan kondisi yang sangat kacau.

Alan tidak bodoh, ia tau betul jika Edward sangat ingin bertemu dengan istrinya itu dan melihat keadaan istrinya itu, namun, ego Edward terlalu besar.

"Alan, aku sangat tau bahwa kau adalah pengawal yang paling dipercaya Lauren. Aku tak menyangka kalau kalian memiliki hubungan yang sangat dekat hingga kalian sering menghabiskan waktu bersama" sindir Edward.

Itu semua karena kau tak pernah memberikan perhatianmu kepadanya, bodoh!

"Kejadian hari ini sungguh membuatku kehilangan kepercayaanku kepadamu. Aku tau kalau selama ini kau sudah menjaga Lauren dengan baik, namun mungkin saat inilah saatnya kau melepaskan pekerjaanmu itu" lanjut Edward lagi

Alan tersentak, matanya langsung menatap tuannya itu dengan tatapan terkejut

"Apa tuan berniat untuk memecat saya?" tanya Alan dengan dadanya yang sudah bergemuruh

"Tidak"

"Lalu, apa tuan berniat untuk memindah tugaskan saya?" tanya Alan penasaran

"Tidak. Aku tau kau sangat menyukai istriku, meskipun aku memindah tugaskanmu, kurasa kau masih mau bertemu diam – diam dengan istriku" ucap Edward dingin sembari menekankan kata istriku

Alan menegak ludahnya dengan kasar.

Apakah perasaannya itu terlalu ketara?

Jika tuannya saja sudah mengetahui hal itu, apa mungkin jika nonannya juga sudah mengetahui hal itu?

"Aku berniat untuk memberikanmu cuti sampai 2 minggu kedepan"

"Cuti? Tapi, saya tidak membutuhkan waktu untuk cuti, tuan!" protes Alan

"Siapa bilang kau tidak membutuhkannya? Kau sangat membutuhkannya" ucap Edward sembari menatap Alan dengan tatapan tajamnya

"Apa maksud anda, tuan?"

"Aku memberikanmu waktu 2 minggu untuk tidak menampakkan dirimu di hadapan istriku. Selama 2 minggu itu, aku ingin kau mengubur dalam – dalam perasaan terlarangmu itu pada istriku. Setelah 2 minggu berlalu, aku akan memastikan apakah di hatimu masih ada istriku atau tidak. Jika tidak ada, aku akan menerimamu kembali sebagai pengawal Lauren. Jika perasaan itu masih ada, barang secuil pun.... Maaf... aku tak bisa melanjutkan biaya pengobatan adikmu yang sedang berjuang melawan leukemia di Manhattan, New York, Amerika Serikat" jelas Edward dengan nadanya yang penuh penekanan

Alan menegak ludahnya dengan kasar.

Ia mencintai Lauren, Lauren adalah wanita yang berhasil membuatnya merasakan bagaimana indahnya cinta pertama. Namun, Alan juga sangat menyayangi adik perempuannya.

Adik perempuannya itu adalah satu – satunya keluarga yang dimiliki oleh Alan. Membayangkan biaya pengobatan adiknya itu diputus oleh Edward membuat Alan merasa putus asa. Alan begitu yakin, gajinya selama 6 bulan saja dirasa tidak cukup untuk membiayai biaya oprasi yang sering dilakukan oleh adiknya itu.

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang