46. Alan

14.3K 866 13
                                    

"Eumh, halo. Anda sedang terhubung dengan Edward C Dominguez – Sanz. Ada sesuatu yang ingin anda sampaikan?" tanya Edward sembari menjepit ponselnya di antara telinganya dan bahunya

Kedua tangannya asyik bergerak dengan lincahnya di atas papan keyboard komputernya sedangkan kedua matanya tak bisa untuk mengahlihkan pandangannya dari layar komputernya yang saat ini tengah menampilkan sederet angka – angka dan tulisan berbagai bahasa yang sangat memusingkan kepala

"Anak sialan! Apakah kau juga bertindak seformal ini dengan istrimu?!?"

Mendengar makian tersebut, Edward mengernyitkan dahinya. Itu suara ayahnya. Untuk memastikan tebakannya itu, Edward mengambil ponselnya dan menatap nama pemanggil yang sedang tertera di layar ponselnya itu. Daddy Dominguez.

"Maafkan aku, Dad. Tadi aku sangat sibuk, hingga aku mengangkat panggilanmu tanpa melihat namamu" ucap Edward sembari merenggangkan punggungnya yang terasa sangat kaku karena tidak melakukan banyak pergerakan selama 8 jam belakangan ini

"Dasar! Dulu, kau sangat tidak menyukai pekerjaan ini, tapi... lihatlah sekarang!" ejek ayah Edward

Edward menghela napasnya dengan kasar. Bisa dibilang jika dia saat ini tidak membenci pekerjaannya ini seperti saat pertama kali dirinya harus bekerja di bidang ini, namun bukan berarti Edward menyukai pekerjaan ini.

Jika bukan karena Lauren yang masuk ke rumah sakit sehingga pekerjaannya di Bali terbengkalai, mungkin Edward tidak akan sefokus ini dalam bekerja.

"Untuk apa Daddy menelpon?" tanya Edward sembari menyenderkan punggung kakunya di kursi kebesarannya

"Dad ingin memintamu dan Lauren untuk kembali mengunjungi rumah. Sudah satu tahun lebih, Dad tidak melihat wajah kalian. Apakah kau tidak tau betapa Dad merindukan Lauren? Entah kalimat – kalimat pedas apa yang telah kau berikan kepada menantu cantikku itu" gerutu ayah Edward

Mendengar ucapan ayahnya itu, hati Edward bimbang. Jika dia mengatakan bahwa saat ini Lauren tidak dapat ikut pulang ke rumah karena sedang dirawat di rumah sakit, ayahnya itu pasti akan membunuhnya. Jika dia mengiyakan ucapan ayahnya itu dan membawa Lauren bersamanya untuk berkunjung ke Valencia, Edward takut jika nanti kesehatan Lauren kembali drop

"Dad... kami tidak bisa. Lagipula, jika kau merindukan kami, kau bisa melihat foto – foto kami di internet. Dad, zaman sudah canggih saat ini, tolong jangan mempersulit semuanya" ucap Edward sembari memijit pangkal hidungnya yang terasa berdenyut – denyut

"Sialan! Aku merindukan kalian bukan foto – foto kalian. Pokoknya, malam ini, aku ingin kalian sudah ada di depan pintu rumah Dominguez!"

"Dad... jangan seperti ini. Aku masih memiliki banyak pekerjaan dan Lauren juga masih sibuk dengan urusan – urusannya dengan nyonya – nyonya perkumpulan elite itu" dalih Edward senatural mungkin

"Kurasa, jika aku mati, baru lah kalian akan mendatangi rumah ini, kan?!?" tanya ayah Edward

"Dad!"

"Aku tidak mau tau, pokoknya nanti malam, aku harus melihatmu dan Lauren sudah berada di depan pintu rumahku! Aku Dominguez, dan aku tidak menerima penolakan apapun"

"Tapi, Da...

Tut.

Panggilan diputus secara sepihak oleh ayah Dominguez.

"Tetap saja pemaksa!" gerutu Edward sembari kembali menyimpan ponselnya ke dalam sakunya

Tanpa memperdulikan apapun, Edward bangkit dari kursi kebesarannya dan mengambil jasnya yang sedari tadi disampirkannya di kursinya. Kakinya melangkah dengan tegap menuju ke luar ruangannya.

In Your EyesDonde viven las historias. Descúbrelo ahora