39. You Can Call Me 'Edward'

15.3K 876 43
                                    

Edward menyandarkan punggungnya dengan lelah di bangku mobilnya. Sejenak, ia menutup matanya, ia berharap ia dapat tertidur sebentar kemudian bangun lagi dengan keadaan tubuh yang sudah fresh.

"Tuan, kita telah sampai"

Suara supir Edward membuat Edward tersentak dari tidur ayamnya. Edward mengusap matanya yang terlihat sangat lelah. Beberapa hari belakangan ini, Edward memang terlalu memaksakan dirinya untuk ikut dalam peninjauan proyek ini.

"Silahkan tuan" ucap sekretaris Edward yang telah membukakan pintu mobil hitam itu untuk Edward

Edward menganggukkan kepalanya pelan dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari mobil itu. Matanya langsung menyipit saat melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Pantai?

"Kukira kita akan pergi ke restoran dan melakukan pertemuan disana" ucap Edward sambil menatap sekretarisnya yang berdiri tepat di belakangnya

"Ya, kita memang akan melakukan itu, tuan"

"Di pantai? Di tempat terbuka seperti ini?" tanya Edward sambil mengernyitkan dahinya dan menampilkan sorot kesalnya.

Sekretaris Edward itu hanya diam membisu. Sungguh, sekretarisnya itu sangat paham bahwa Edward tak suka keramaian ketika pria itu tengah melakukan hal penting.

"Bukankah tuan sendiri yang sudah menyetujui tempat ini?" tanya sekretaris Edward

Edward yang mendengar pertanyaan itu langsung menatap sekretarsinya dengan tatapan terkejut, "Me?", tanya Edward sambil menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya

"Ya, kemarin, pihak dari perusahaan Carmen sudah menghubungi tuan dan menanyakan perihal tempat ini. Mereka mengatakan kepada saya bahwa tuan menyetujui tempat ini, oleh karena itu kita berada disini, saat ini" terang sekretaris Edward dengan lugas

Ah, dia ingat panggilan itu. Memang, kemarin, pihak perusahaan Carmen menghubunginya melalui e-mail. Namun, karena Edward sudah terlalu lelah dan mengantuk, pria itu langsung membalas e-mail itu dengan jawaban 'ya', jawaban yang terlalu singkat untuk sebuah e-mail yang bahkan kalimat keduanya tidak dibaca oleh pria itu

Edward memegang kepalanya yang terasa sangat pening. Edward tau betul jika pertemuannya kali ini akan gagal total.

"Apakah tuan ingin agar saya menyewa tempat ini khusus untuk tuan?" saran sekretaris Edward

Edward diam dan memikirkan ucapan sekretarisnya itu. Menyewa tempat ini hanya untuk dirinya sendiri merupakan hal yang bagus, namun Edward tak ingin seegois itu.

Mata Edward menatap banyak pasangan manusia yang tengah menikmati waktu – waktu romantis mereka di pinggir pantai itu. Edward tidak seegois itu untuk menghancurkan keromantisan itu

"Tidak perlu. Aku bisa mengatasinya, yang penting, nanti, kau harus mencatat semua hal – hal penting yang kami bicarakan" ucap Edward sambil mulai melangkahkan kakinya untuk memasuki area pantai itu

"Baik, tuan" ucap sekretaris Edward patuh sambil berjalan mengekori tuannya dari belakang.

Edward menatap seluruh meja restoran yang berada di pinggir pantai itu. Matanya mencari – cari sosok yang akan melakukan pertemuan dengannya. Shit! Andaikan Edward membaca e-mail itu, ia tak perlu merasa kerepotan seperti ini.

"Tuan, nona Carmen telah menunggu anda di meja nomor 9" ucap sekretaris Edward yang menyadari bahwa Edward merasa kebinggungan dan kesusahan.

Edward mengganggukkan kepalanya dan kembali melanjutkan langkahnya menuju ke meja nomor Sembilan itu. Karena Edward berjalan di dekat bibir pantai, sesekali, sepatu pantofel mengkilap milik pria itu diterjang ombak – ombak kecil.

In Your EyesWhere stories live. Discover now