121. Edward!

13.6K 616 40
                                    

Dengan mata yang masih memerah, Edward mencoba untuk tetap fokus dengan jalanan yang saat ini tengah dilalui oleh mobilnya.

Langit yang sudah berwarna jingga kemerah – merahan serta suara gesekan dedaunan dari pepohonan yang ditanam di sisi jalan itu, menjadi saksi bisu akan perjalanan pulang Edward dan Lauren.

Saat ini, Edward dan Lauren sudah bergerak menjauhi rumah yang mereka tempati selama 3 hari belakangan ini. Mereka sudah bersiap – siap untuk pulang kembali ke Barcelona bagi Lauren dan Madrid bagi Edward.

Memikirkan hal itu, membuat Edward semakin frustasi. Tangan pria itu mencengkram erat stir yang ada di dalam genggamannya. Bahkan sangkin eratnya, urat – urat tangan pria itu yang berwarna biru kehijau – hijauan menonjol dengan tegasnya.

Selama di perjalanan, Edward tak henti – hentinya mengutuk dirinya sendiri. Ia mengutuk ketidakberdayaannya, ia mengutuk dirinya yang tak mampu membuat Lauren kembali dapat merasakan cinta dari dirinya sendiri.

"Tuan Dominguez... ponsel anda sedari tadi berbunyi"

Suara halus yang terdengar tak ada beban itu memunculkan sebuah senyum kecut di wajah Edward yang sudah berantakan. Edward tak tau, apa wanita yang saat ini tengah duduk manis di sebelahnya sangat menikmati raut wajah frustasi Edward atau tidak.

Tuan Dominguez.

Kedua rahang Edward mengetat ketika ia mendengar panggilan formal itu keluar dari mulut Lauren. Bahkan mereka belum bertemu di pengadilan, namun Lauren sudah membuat tembok besar yang sangat besar di antara mereka.

Dengan emosi yang sudah memuncak, Edward meraih ponselnya dari saku celananya dan langsung menerima panggilan yang sedari tadi membuat ponselnya itu mengeluarkan bunyi yang menjengkelkan

"Ada apa?!!" tanya Edward ketus dengan satu tangannya yang bergerak untuk menempelkan benda pipih itu ke telinganya sedangkan tangannya yang satu lagi masih mencengkram erat stir mobil itu

Lauren sedikit mengintip Edward dari sudut matanya ketika ia mendengar aura emosi yang luar biasa menguar dari tubuh pria itu. Hah! Rasanya, baru beberapa jam yang lalu pria itu menangis cengeng bak seorang anak yang kehilangan mainan favoritnya, namun kini, pria itu marah – marah tak jelas pada seseorang yang ada di balik panggilan itu.

Lauren menghela nafasnya dengan kasar dan memutuskan untuk menyenderkan punggungnya yang terasa sangat kaku pada kursi mobil mewah Edward yang sangat empuk itu. Lauren mengahlihkan kedua netra biru jernihnya pada pepohonan – pepohonan tinggi yang menghiasi sisi – sisi jalan itu.

Sayup – sayup, Lauren dapat mendengar pembicaraan antara Edward dengan orang yang berada di balik panggilan itu.

"Kau sudah mendapatkan buktinya?" tanya Edward dengan wajahnya yang masih mengeras, meskipun sekretaris pribadinya itu mengungkapkan kalau dirinya sudah mendapatkan bukti mengenai bayi yang dikandung oleh Claudia, namun amarah masih memenuhi pria itu ketika ia mengingat bahwa sekretaris pribadinya itu sudah mencampuri urusan rumah tangganya

Tapi sebisa mungkin, Edward menyingkirkan semua amarahnya untuk sekretaris pribadinya itu. Bagaimanapun juga, ia masih membutuhkan info dari sekretaris pribadinya itu

"Ya, tuan. Namun... disini masalahnya terdengar sangat rumit" ucap sekretaris pribadi Edward yang diakhiri dengan sebuah helaan nafas kasar dari mulut pria itu

"Apanya yang rumit?!?" tanya Edward tergesa – gesa

"Nona Carmen memang mengandung anak Tuan Rodriguez, ayah nyonya Dominguez"

Edward menganggukkan kepalanya paham. Rasa kesal akan sosok ayah mertuanya itu membuat kerutan tak suka menghiasi dahi mulus milik Edward

Sialan! Pria itu bahkan sudah seharusnya memiliki cucu, namun ia sudah menebar benihnya pada wanita yang bahkan seumuran dengan putrinya sendiri. Syukurlah pria itu tak membawa Lauren bersamanya dulu. Sungguh, Edward tak tau, bagaimana akhirnya nasib Lauren jika ayahnya yang biadab itu ikut membawa Lauren bersamanya

In Your EyesWhere stories live. Discover now