58. Damn Husband

15.1K 770 44
                                    

Lauren mematut dirinya di cermin baru yang ada di kamarnya. Lauren menatap wajahnya yang kini sudah kembali terlihat menyeramkan, kata para wanita yang dulu selalu berada di dekat Edward namun dapat disingkirkan oleh Lauren

Sejujurnya, Lauren sungguh merutuki kebodohannya beberapa hari yang lalu. Hell! Apa yang hendak dilakukannya minggu lalu? Bunuh diri karena suaminya tidak pulang ke rumah? Sungguh... kenapa Lauren bisa sebodoh dan seputus asa ini.

Semalam, saat Lauren menerima panggilan tiba – tiba dari Loco, semangat Lauren untuk melampiaskan kemarahan dan dendamnya semakin berkobar – kobar. Wanita itu sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa mulai hari ini, ia tidak akan kembali berpikir untuk bunuh diri. Daripada dirinya bunuh diri dan hilang dari dunia yang penuh kenikmatan fana ini, lebih baik ia membunuh orang lain yang sudah merusak kebahagiannya di dunia fana ini.

Lauren memoles lipstick matte berwarna merah ke bibir penuhnya. Setelah dia merasa, dirinya sudah cukup cantik dan menggoda dibandingkan wanita jalang yang tadi malam mendekati Edward, senyum remeh Lauren langsung muncul

Lauren menatap tubuh indahnya yang saat ini sedang dibalut gaun ketat berbahan silk sepanjang lututnya. Gaun itu memiliki tali spaghetti yang membuat tulang selangka dan lengan putih Lauren terekspos. Well... nampaknya ia harus memberikan sedikit hadiah kepada Lucia, karena wanita itu sudah memberikan salep yang sangat ampuh untuk menghilangkan bekas luka.

"Kau adalah nyonya Dominguez. Kau tidak takut dengan siapapun, bahkan dengan kematian" ucap Lauren dengan nada dinginnya pada dirinya yang ada di pantulan kaca itu

"Ready for the big show?" tanya Lauren yang diakhiri dengan kekehan kecil milik wanita itu

Tak ingin membuang – buang banyak waktu berharganya, kaki jenjang Lauren yang dibalut transparent heels itu berjalan dengan begitu elegan menuju ke ruang tamu rumah itu.

Saat dirinya sudah menapaki ruang tamu, matanya tanpa sengaja menatap sosok pria yang saat ini tengah menikmati makan paginya. Lauren melirik jam tangan berwarna silver yang menghiasi tangan kirinya.

10.14

Tumben sekali pria itu terlambat seperti ini, biasanya pria itu tidak pernah terlambat sekalipun saat hendak berangkat ke kantornya.

Ahh... apa hal ini mungkin karena pria itu sudah lelah beradegan panas dengan wanita jalang itu, sehingga pria itu kelelahan dan terbangun kesiangan pagi ini? Memikirkan hal itu membuat darah Lauren mendidih

"Kau mau kemana?" tanya Edward sembari memberikan tatapan tidak sukanya saat melihat Lauren hendak melenggang pergi dari hadapannya dengan gerakan acuh

"Pergi" jawab Lauren sembari memberhentikan langkahnya.

"Anak kecil pun tau kalau kau hendak pergi" ucap Edward kesal sembari menarik tissue yang ada di hadapannya dan mengelap bibirnya dengan elegan menggunakan tissue itu

"Kalau kau memang seorang yang dewasa, lalu kenapa kau mempertanyakan pertanyaan anak kecil seperti itu?" tanya Lauren sembari melemparkan tatapan malasnya ke arah Edward

"Maksudku... kau hendak kemana?" tanya Edward berusaha sabar.

"Bukankah kita sudah berjanji untuk tidak saling mencampuri urusan masing – masing? Jika kau bisa pergi tanpa kabar selama 4 hari, maka akupun juga bisa" ucap Lauren dengan dingin sembari kembali berniat melangkahkan kakinya

Tanpa memperdulikan apapun, Edward langsung bangkit dengan gerakan kasar dari kursi makan itu, bahkan kursi itu sampai terjatuh karena gerakan kasar Edward itu.

Dengan langkah cepat, pria itu mendekati Lauren dan mencekal tangan Lauren.

"Edward!" ucap Lauren terkejut saat dirinya merasakan tangannya yang dicekal dengan kuat oleh Edward

In Your EyesWhere stories live. Discover now