"Baik tuan" ucap bartender pria itu sambil tersenyum dengan manis ke arah Edward

Edward hanya bisa tersenyum miris ketika melihat bartender itu menjilat ucapannya sendiri. Memang, uang dapat memberikan kita apapun yang kita mau

Tak perlu waktu lama, bartender itu langsung memerintahkan teman prianya yang bekerja di bar itu untuk memanggil Claudia

"Ada apa tu... Edward?"

Mata Claudia membulat saat dirinya mendapati pria yang memanggilnya adalah Edward. Ia sangat terkejut dengan keberadaan Edward di tempat seperti ini, karena menurut gossip yang beredar, pria itu sangat anti sekali dengan yang namanya hingar bingar dunia malam seperti ini

"Duduklah" ucap Edward pada Claudia sembari memberi kode kepada Claudia dari ujung matanya agar wanita itu duduk di kursi kosong yang berada di sampingnya

"Ah... maaf, Edward... aku tidak bisa, aku sedang bekerja. Aku bisa dipecat jika bosku melihat aku bermalas – mal---

"Duduk!" ucap Edward dengan nada memerintah yang sangat kental

Karena takut dirinya akan membuat Edward marah, wanita itu langsung berjalan dan duduk di samping Edward. Rasa gugup dan takut menyerang wanita itu.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Edward dengan nada datar tanpa berniat untuk memberikan tatapannya kepada Claudia

"Bekerja" jawab Claudia

"Apakah pembagian keuntungan proyek dengan perusahaanku sangat kecil? Hingga seorang pengganti CEO Perusahaan Carmen sampai harus mencari pekerjaan sampingan yang rendahan seperti ini?" tanya Edward dengan nada tajam

Claudia menggigi bibir bawahnya. Bukankah, secara tidak langsung, Edward saat ini sedang menghina dirinya?

"Maaf... Tapi ini bukan pekerjaan rendahan, aku disini hanya sebagai pelayan pengantar minuman saja, bukan seor---

"Jalang?" tanya Edward sembari melempar tatapannya kepada Claudia dengan lekat

"Ya...? aku bukan jalang..." tegas Claudia meskipun ada sedikit rasa terkejut dalam dirinya ketika Edward melontarkan pertanyaan itu. Pertanyaan Edward itu seolah – olah seperti memanggil Claudia dengan sebutan jalang

"Mungkin saja sekarang kau bukan jalang, tapi siapa yang tau, sebentar lagi mungkin akan ada seorang pria tua yang membawamu ke ranjannya" ucap Edward acuh sembari mengendikkan bahunya dan mengahlihkan tatapannya dari wajah Claudia menuju ke gelas yang digenggamnnya

Wajah dan punggung Claudia memanas malu ketika mendengar ucapan Edward itu. Ingin rasanya ia menampar pipi Edward karena ucapan tak berdasar milik pria itu yang sudah melukai perasaannya, namun ketika dirinya menemukan sebuah titik kesedihan di mata cokelat milik pria itu, sebisa mungkin, Clauida menahan dirinya untuk tidak menampar pipi Edward

Claudia berasumsi, mungkin saat ini Edward sedang berada di masa yang sulit atau pria itu mungkin sedang memiliki masalah rumah tangga. Bukannya ingin sok tau dengan masalah pribadi Edward, tapi, melihat gelagat aneh Edward hari ini, pasti sudah terjadi sesuatu

"Edward... apa kau memiliki masalah?" tanya Claudia dengan lembut

Dengan keberanian yang datang darimana, tangan Claudia bergerak untuk mengusap – usap lembut punggung lebar milik Edward yang saat ini hanya dilapisi oleh kemeja kerja pria itu

Tak ingin munafik, jujur Edward merasa nyaman dengan sentuhan Claudia di punggungnya. Hal itu membuatnya rileks dan merasa sedikit bebannya terangkat

Elusan Claudia itu membawa Edward kembali mengingat sosok Laurennya. Entah kenapa, tiba – tiba Edward teringat dengan wajah berseri – seri Lauren di hari ulang tahun ke 17 wanita itu. Meskipun saat itu hubungan mereka sudah mulai merenggang, namun, tawa ceria Lauren bersama ayahnya saat itu masih bisa mencairkan kebekuan hati Edward.

Laurennya dulu memiliki tawa polos yang terdengar sangat bahagia, bahkan setelah ibunya meninggal dan ayahnya meninggalkan dirinya sendirian, Laurennya masih bisa tertawa dengan bahagia. Bahkan, tawanya itu bisa didapatkan dengan sangat mudah. Edward masih ingat, Lauren bahkan bisa tertawa cekikikan hanya karena melihat anak – anak anjing milik ayah Edward yang saling berebut makanan.

Namun sekarang, semuanya sudah nampak berbeda. Tawa polos nan bahagia itu rasanya sudah semakin mahal harganya. Edward tak pernah mendengar tawa bahagia itu, dia hanya mendengar tawa sumbang dan kekehan yang selalu dipaksakan dari mulut wanita itu. Dan semua itu terjadi karena keegoisan Edward. Baik secara sadar maupun tidak sadar, Edward lah yang sudah mengubah sosok Lauren. Kini, nampaknya Edward semakin tak bisa menggapai tawa polos nan bahagia yang selalu berhasil mencairkan hatinya yang beku itu.

Edward menghela nafasnya dengan pelan dan panjang

"Sudah merasa lebih baik?" tanya Claudia saat melihat raut sedih Edward sudah mulai berkurang

"Ya... terimakasih" ucap Edward sembari menegakkan punggungnya

Seakan – akan mengetahui kode itu, Claudia langsung menarik tangannya dari punggung Edward. Ia memilin – milin kedua tangannya. Tiba – tiba, rasa canggung menyerang Claudia

Tanpa mereka sadari, sedari tadi, terdapat sosok seseorang yang mengintai mereka. Sosok itu tersenyum kecut saat melihat interaksi antara Edward dan Claudia

"Istrimu meringkuk kedinginan di rumahmu, namun kau disini berbagi kehangatan dengan seorang jalang. Bedebah" ucap sosok itu dengan rasa marah yang sudah tidak bisa ditawar – tawar lagi

.

.

Holaa....

Author pen ucapin banyak terimakasih buat kalian semua yang udah baca cerita ini sampai cerita ini bisa nembus 10k pembaca dan mendapatkan ranking #1 di berbagai tagar. Terimakasih batt... Huhuhu 

Kalau kalian suka sama cerita ini, jangan lupa untuk share sama teman - teman yang lain ya...

Bonus pict : Claudia

Bonus pict : Claudia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
In Your EyesWhere stories live. Discover now