"Kau bercanda?" Kata Alegra, terlihat bingung sekali, mata hijaunya menyipit ingin tahu, "Kau masih memanggil Cedric dengan nama keluarganya?"

"Yah--aku membuat kesepakatan dengannya," Kataku, mengendikkan bahu, menerawang pada saat aku dan Diggory berada di perpustakaan, "Aku akan memanggilnya dengan namanya jika dia sudah menyelesaikan Turnamen Triwizard."

"Cukup tentangku," Kataku lagi, mengalihkan pandanganku pada Alegra, "Bagaimana kau dengan Katie?"

Aku tetap duduk dibangku, dan membicarakan hubungan Alegra dengan Katie, sampai suara gemuruh orang-orang membuatku tak bisa mendengar perkataan Alegra, aku mengernyit, mengalihkan pandanganku pada pintu Maze, dirumput sana tergeletak dua orang, berbaju kuning dan juga merah, itu Harry dan Diggory! Ah, mulai sekarang, aku akan memanggilnya Cedric. Aku bergegas bangkit, dan mataku juga bisa melihat Harry yang terus memegangi Piala Turnamen Triwizard dan juga terus memegangi tubuh Cedric yang tak bergerak?

Aku bergegas berlari, perasaan khawatir pada Cedric memenuhi pikiranku setiap kali aku melangkah, diujung sana aku lihat Profesor Dumbledore juga langsung berlari mendekati Harry, Harry membuka matanya, dia membisikkan sesuatu pada Profesor Dumbledore, tapi aku tak dapat mendengarnya.

"Cedric!" Teriakku kalut, tapi tetap saja Cedric tak bergerak dari tempatnya, tanganku tertahan, aku berbalik dan mencoba melepaskan genggaman tangan Alegra, "Lepaskan aku, Al!"

Sayup-sayup aku mendengar perkataan yang diulang-ulang, meneriakkannya dan menjeritkannya, "Dia mati!"

"Dia mati!"

"Cedric Diggory! Mati!"

Aku terdiam, perasaan tak percaya mengalir dengan deras dipikiranku, tidak mungkin! Cedric tak mungkin mati! "Tidak!" Aku berteriak sangat keras, seakan saat itu juga aku tak akan bersuara lagi. Aku melepas paksa genggaman Alegra.

Berlari kembali menuju tubuh Cedric yang masih terlentang dirumput, diriku akhirnya sampai di depan tubuh Cedric, mata abu-abunya terbuka, kosong tanpa ekspresi, mataku yang kini mulai berair menatap pada mulut Cedric yang juga ikut sedikit terbuka, tampak terlihat keheranan sekali, aku mendudukkan diri dengan perlahan disamping Cedric, tanganku yang gemetar memegang tangan Cedric yang kini sudah dingin, menggosok-gosoknya perlahan, berharap Cedric akan kembali, "Cedric, aku memanggil namamu seperti kesepakatan kita, bisakah kau kembali? Cedric! Kumohon kembali! Cedric!"

"Cedric!" Aku tetap meneriakkan nama Cedric dengan keras, mengabaikan air mataku yang sudah turun daritadi, kemudian aku merasakan tubuhku tertarik pada pelukan seseorang, aroma ini milik Dad, aku merasakan dia memelukku, mengelus punggungku perlahan, dan mencium rambutku, "Menangislah, Cassandra." Katanya, dan saat itu juga aku membalas pelukan Dad, membasahi pakaian Dad dengan air mataku yang tak bisa berhenti mengalir, meraung-raung dalam dekapan hangat Dad, tapi tetap saja Dad mengelus punggungku dengan lembut.

Aku merasa lebih tenang sekarang, tubuhku membalik menghadap pada tubuh Cedric yang tak bergerak dari tempatnya, Harry sudah tak ada disini, hanya ada Mr. Diggory dan juga Mrs. Diggory yang menangis tersedu-sedu sambil memegangi tubuh Cedric.

Aku melihat lagi pada mata abu-abu Cedric yang masih terbuka, dan air mataku mengancam untuk kembali keluar, aku menjangkau wajah Cedric dengan tanganku yang masih gemetar, mengusap matanya dengan perlahan, membuat mata abu-abu yang sering menatapku itu tertutup, aku beralih pada tangan Cedric yang waktu tadi melingkar dipinggangku, masih dingin ketika aku menggenggamnya kembali, aku mendekatkan tangannya pada wajahku, mencium tangan itu singkat dan bergumam, "Sampai jumpa di alam lain, Cedric."

•••••

"Akhir tahun ajaran yang lain." Profesor Dumbledore berhenti sejenak, dan pandangannya jatuh ke meja Hufflepuff.

Cassandra Aldrich [✓]Where stories live. Discover now