Tawanan Azkaban; 16

Mulai dari awal
                                    

"Baiklah Harry, aku akan ke ruang rekreasi dulu." Ucapku, lima menit kemudian aku melewati satpam Troll di jalan masuk menara Gryffindor, anak-anak yang lain berpapasan denganku, menuju ke halaman dan kebebasan yang sudah lama ditunggu.

Aku menyimpan tas disofa dan duduk dengan tenang, ruang rekreasi sangat sepi sekarang, aku mengambil nafas dalam-dalam, ujian telah selesai dan beban pikiranku hanya ada Buckbeak.

Aku meraih tasku dan membukanya, mengambil Kacang Segala Rasa Bertie Botts yang waktu itu aku beli di Hogsmeade, aku memakannya dengan pelan untuk merasakan berbagai rasanya, tak terasa lima menit sudah aku merasakan pedas, manis, kotoran telinga dan juga asin.

"Kita harus ke sana!" Terdengar suara Harry yang berteriak, aku bangkit berdiri, "Dia tak boleh duduk sendirian menunggu kedatangan algojo!"

"Hei, ada apa?" Tanyaku saat mereka sudah sampai di ruang rekreasi, mereka saling berpandangan, Ron maju dan menyerahkan secarik parkamen.

Banding kalah, dia akan di penggal saat matahari terbenam. Tak ada yang bisa kalian lakukan. Aku tak mau kalian saksikan itu.

Hagrid.

Aku mendongak menatap pada mereka bertiga, sungguh, aku tak bisa berkata-kata, "Kalau saja Jubah Gaib masih ada padaku."

"Dimana Jubah itu, Harry?" Tanya Hermione pada Harry, Harry bercerita bagaimana dia meninggalkannya di lorong di bawah payung nenek sihir bermata satu.

"Bagaimana tadi cara membuka pintu?" Tanyaku pada Harry, "Ketuk saja dan tinggal bilang, 'Dissendium'--"

Aku tidak menunggu Harry menyelesaikan perkataannya, aku langsung berlari dan mendorong lukisan si Nyonya Gemuk sampai terbuka dan menuju pada lukisan nenek sihir bermata satu. Aku kembali setengah jam ke ruang rekreasi dengan Jubah Gaib itu terlipat berada di balik jubahku.

Kami turun untuk makan malam bersama yang lain, tetapi tidak kembali ke Menara Gryffindor sesudahnya, Harry sudah menyembunyikan Jubah Gaib di balik jubahnya, dia harus menyilangkan tangan di depan dada untuk menyamarkan bagian depan jubahnya yang menggelembung, kami bersembunyi dalam ruangan kosong di seberang Aula Depan, mendengarkan, sampai kami yakin aula sudah sepi, kami mendengar dua anak terakhir bergegas menyeberangi aula dan pintu yang terbanting, Hermione menjulurkan kepala dari pintu.

"Oke," Hermione berbisik, "Tak ada orang lagi--pakai jubahnya--"

Berjalan sangat rapat agar tak ada yang melihat, kami berjingkat menyeberangi aula di bawah lindungan Jubah Gaib, kemudian menuruni undakan batu dan melangkah ke halaman, matahari sudah terbenam di balik Hutan Terlarang, menyepuh keemasan dahan-dahan pepohonan yang paling atas. Kami tiba di pondok Hagrid dan mengetuknya, semenit kemudian baru Hagrid membuka pintu, Hagrid memandang berkeliling mencari-cari tamunya, wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar.

"Ini kami," Aku mendesis,  "Kami memakai Jubah Gaib, biarkan kami masuk supaya bisa melepasnya."

"Seharusnya kalian tidak datang!" Bisik Hagrid, tetapi dia melangkah mundur, dan kami berempat masuk, Hagrid cepat-cepat menutup pintu dan Harry menarik terbuka Jubah Gaibnya.

Hagrid tidak menangis, dia pun tidak menghambur memeluk kami, dia tampak seperti orang yang tak tahu di mana dia berada atau apa yang harus dilakukannya, ketidakberdayaan ini lebih mengenaskan daripada air mata.

"Mau teh?" Hagrid menawari, tangannya yang besar gemetar ketika menjangkau ketel, "Di mana Buckbeak, Hagrid?" Tanya Hermione ragu-ragu.

"Aku--kubawa keluar." Kata Hagrid, susu berceceran di atas meja ketika Hagrid menuangnya ke dalam teko.

"Dia kutambatkan di kebun labuku, kupikir dia harus lihat pohon-pohon dan--dan hirup udara segar--sebelum--" Tangan Hagrid bergetar begitu kerasnya sehingga teko susu terlepas dari pegangannya dan pecah berkeping-keping di lantai.

Cassandra Aldrich [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang