Chapter 70 [ END ]

77.9K 5.5K 990
                                    

Vote and comment please.
Hailee Steinfeld — I love you's
***

Penerangan di kamar Hera cukup temaram, dia sudah mematikan lampu utama beberapa menit lalu kerena dia dan pria yang berbaring disebelahnya, berniat untuk istirahat setelah makan malam serta pembicaraan panjang mereka bermenit-menit yang lalu selesai.

Pria itu sudah menutup mata, terlihat telah terlelap dengan napas teratur dan wajah yang tenang, yang sama sekali tidak bisa menutupi kelelahan pada setiap sisi wajahnya sebagai bukti bahwa selama ini dia tidak bisa tenang, tidak bisa tertidur, dan dia tidak bisa memikirkan apapun lagi selain Hera dan pernikahan mereka yang nyaris saja hancur berantakan, seperti apa yang dikatakannya.

Hera menghembuskan napasnya, dia juga sudah memberikan salep serta obat untuk luka  dan memar pada wajah pria itu, karena itu Hera tidak bisa menahan diri untuk tidak menoleh dan menyentuh wajah pria yang semua orang katakan sempurna itu, lalu mengusapnya dengan perlahan.

Sejujurnya, Hera masih meragukan keberadaan pria ini di dekatnya lagi. Dia masih meragukan kehadiran pria ini di kamarnya, dia masih meragukan semua hal yang telah terjadi pada mereka, dan dia masih meragukan bahwa permasalahan mereka baru saja selesai hanya karena sebuah penjelasan.

Sejak awal, tidak saling jujur dan tidak mau mencoba berkomunikasi adalah alasan mengapa hubungan mereka menjadi tidak berjalan dengan semestinya.

Hera dengan egonya dan Sean dengan keenganannya untuk menjelaskan, mereka bersalah sama besarnya dalam hubungan mereka, karena itu mereka terjebak dalam kekeras kepalaan mereka dan mengira bahwa tanpa menjelaskan, perasaan mereka akan bisa terlihat dengan jelas.

Padahal ketiadaan penjelasan itu lebih menakutkan dari apapun, karena satu pihak terus menginginkan dan berharap memiliki, sedangkan pihak lainnya merasa diinginkan serta merasa telah memiliki.

Hingga mereka jadi saling menyakiti satu sama lain.

"Sudah berapa lama kau tidak tidur sebenarnya? Kantung matamu hitam sekali, Sean." Bisik Hera, meski tahu Sean tidak akan mendengarnya karena pria itu sudah tertidur sejak tadi.

Dia menggigit bibirnya was-was, namun mendadak sudut bibirnya tertarik ketika usapan tangannya membuat pria itu sedikit bergerak dalam tidurnya.

"Sejak hari pernikahan kita." jawab Sean tiba-tiba dengan suara berat dan tanpa membuka mata.

Hera terkejut, "Kau belum tidur?"

Pria itu tidak menjawab, tapi dia mendekatkan tubuhnya pada Hera, lebih dekat, lalu mendekap wanita itu dengan erat seraya menumpuhkan dagunya di atas kepala Hera setelah mengecupnya pelan.

Hera tersenyum saat merasakan sesuatu di dalam perutnya yang justru merespon perbuatan pria itu.

Dia lantas menarik tangan Sean yang sedang memeluk bahunya, meletakannya di atas perut buncitnya dan menunggu reaksi yang akan pria itu berikan padanya setelah mengetahui bahwa anaknya baru saja bergerak—menendang, sebagai balasan atas perlakuannya.

Sean yang baru terbangun karena Hera mengusap wajahnya berberapa saat lalu dan masih setengah tersadar, begitu terkejut merasakan sebuah pergerakan menekan tangannya.

Dia lantas membuka mata, sepenuhnya tersadar dan menatap Hera yang sedang tersenyum ke arahnya dengan sangat tidak menyangka.

"Dia... bergerak?" Tanya Sean kebingungan.

Tidak yakin bagaimana dia harus berekspresi menghadapi hal seperti ini.

Dia hanya menatap Hera lambat-lambat, mencoba memahami situasi mereka, dan seakan dia baru saja mendapat seratus ribu penghargaan sekaligus, Sean menyuingkan senyum yang begitu lebar di wajahnya tanpa sadar.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang