Chapter 62

41.5K 4.1K 513
                                    

Vote and comment please.
BGM : Bruno Mars - It Will Rain
***

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Sean.

Dia baru menyelesaikan operasi laparotomi eksplorasi* untuk pasien yang menderita peritonitis* pada pukul delapan malam, saat masuk keruangannya dia langsung mengernyitkan dahi melihat Romeo Arvino tengah duduk di sofa-nya sambil membaca data serta literature dari jurnal baru yang sedang dia kerjakan.

"Kau sudah kembali?" balas Romeo.

Dia menoleh pada Sean sebentar, kemudian kembali membaca literature milik Sean seolah sangat tertarik.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Sean lagi.

Dia berjalan menuju locker miliknya dekat lemari, melepaskan baju OK* (operation kamer / baju operasi)  biru muda yang dia pakai sejak melakukan operasi dan menggantinya dengan kemeja navy yang tadi pagi dia kenakan.

"Hanya mau menyerahkan sesuatu."

Sean melirik Romeo dari balik cermin locker, pria itu sudah meletakan literature yang dia baca dan sekarang tengah mengangkat sebuat berkas coklat ke arah Sean.

"Apa?"

Setelah Sean selesai mengancing kembali kemejanya, dia berbalik dan berjalan menuju sofa. Duduk lalu menatap Romeo dengan wajah sedikit penasaran.

"Bukti kejahatan yang Aileen lakukan."

Romeo meletakan berkas itu di hadapan Sean.

"Perjudian, penggelapan dana, penggunaan obat-obatan terlarang, percobaan pembunuhan ibuku sekaligus kesaksian orang-orang yang melihatnya melakukan kekerasan pada istrimu." Kata Romeo.

Sean menghela, "Kau bisa menyimpannya."

Dia melirik berkas itu dengan enggan, sama sekali tidak berniat membuka berkas itu karena dia pikir tidak ada lagi hal yang perlu dia urusi tentang Aileen.

Wanita itu sudah memberikan Sean keputusan final, penjelasan yang seharusnya sejak awal membuat Sean tersadar bahwa selama ini semua hal yang sudah dia lakukan, semua hal yang dia korbankan untuk wanita itu adalah hal yang sia-sia.

Romeo yang mendengar perkataan apatis Sean agak terkejut.

"Kau berniat melepaskan Aileen?" Tanya Romeo. "Bukankah kau sangat mencintainya?"

"Dia tidak pernah mencintaiku."

"Kau akhirnya bertanya?"

"Ya."

"Kau seharusnya sadar lebih cepat, dude."

Romeo tertawa mengejek, terlihat begitu senang dan lega hingga Sean hanya bisa diam tanpa menjawab apapun.

"Aku akan mengirimnya ke luar negri setelah masa tahanannya habis. Aku akan mencoba membuatnya tidak bertemu keluargamu dan keluargaku hingga lima puluh tahun ke depan." Ujar Romeo setelah itu.

Sean mengerutkan dahinya, "Bukankah itu keterlaluan? Kau tidak seharusnya menyingkirkan dia. Dia masih membutuhkan kesempatan."

Romeo mengangkat kedua bahunya acuh.

"Aku sedang melakukannya." Sahutnya.

"Apa maksudmu?" Tanya Sean.

"Aku membuatnya bertanggung jawab dan mempersiapkan kehidupan baru untuknya di luar negri. Kau pikir aku apa? Manusia tidak punya hati?" Kata Romeo sambil mendengus.

Sean menggeleng, tidak menjawab, lalu menyandarkan punggunya pada sofa dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Dia menghembuskan napas dengan sedikit berat mengingat apa yang sudah dialami Aileen selama ini.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang