Chapter 47

43.9K 4.6K 616
                                    

Vote and comment please.
***

Pria senja yang mengenakan baju polo putih dan topi berwarna senada itu, mengayunkan stick golf wood no.3 miliknya dengan kuat di tengah lapangan hijau, salah satu club olahraga golf kepunyaannya.

Dia menghela melihat bola golf yang dia pikir akan terlempar setidaknya lebih dari 100 meter di dekat lubang nomor 13 itu, justru berbelok lalu masuk ke danau kecil di pinggir lapangan dan membuat skor yang dia raih hari ini sangat buruk.

Tiga orang caddy golf (*pramugolf) yang sejak tadi ikut bersamanya juga menghela. Mereka menyayangkan pukulan tidak berstrategi yang dilakukan pria itu barusan, juga menyayangkan pukulan-pukulan awal pria itu sebelumnya.

Entah kenapa, pria dengan raut wajah tenang itu terlihat tidak fokus sejak tadi.

"Permainan anda tidak bagus hari ini. Apa anda baik-baik saja, tuan Aldarict?"

Roan Aldarict yang masih meratapi pukulan golf-nya dengan kecewa langsung menoleh, mendapati Romeo Arvino yang mengenakan baju polo berwarna biru bersama dua orang caddy golf sedang berjalan ke arahnya.

Roan menyambut pria muda yang merupakan teman anaknya itu dengan senyuman simpul.

"Aku baik-baik saja." Kata Roan.

"Apa kau sudah menjenguk anak itu?"

Romeo mengangguk, "Sudah, Qyra meminta saya untuk datang kemarin malam."

"Istrimu itu memang orang yang baik." Ujar Roan senang, senyum sederhananya melebar.

"Dia masih saja peduli pada orang yang bahkan sudah menyakitinya."

Romeo tersenyum tipis, "Anda benar, saya sangat beruntung."

Roan lalu menyerahkan stick golf-nya kepada salah seorang caddy kemudian berjalan, mengajak Romeo menuju lubang golf nomor 10 untuk menjauhi danau.

"Ngomong-ngomong Romeo, apa kau sudah mengurus kasus wanita itu lagi di pengadilan?" Tanya Roan tiba-tiba.

Romeo menoleh pada partner kerja sekaligus teman dekat mendiang ayahnya itu dengan sedikit terkejut.

Dia yakin Roan Aldarict tahu tentang masalah yang menimpah wanita itu karena anaknya juga terlihat, tapi Romeo tidak tau kalau pria ini ternyata cukup tertarik untuk membahas permasalahan itu, mengingat selama ini Roan bahkan tidak pernah mau membicarakannya di hadapan Romeo.

"Sudah." Jelas Romeo ragu.

"Saya sudah menyuruh orang  saya untuk mengajukan tuntutan baru pada Aileen karena setelah sembuh dia tidak kunjung kembali ke penjara."

Roan mengangguk masih tersenyum, suasana hatinya tahu-tahu terlihat membaik setelah mendengar perkataan Romeo.

"Terima kasih."

Romeo mengernyitkan dahi, sekarang yakin bahwa meski Roan selalu bersikap tenang, namun pria senja itu juga melakukan hal yang sama seperti nyonya Aldarict selama ini.

Yaitu berharap dan berusaha untuk menjauhkan Sean dari Aileen.

"Apa saya boleh bertanya sesuatu?" tanya Romeo setelah mereka sampai di titik pukul awal lubang golf nomor 10.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang