Chapter 60

48.9K 4.8K 852
                                    

Vote and comment please.
***

          Hera mengerjapkan matanya ketika sinar matahari menyusup masuk melalui tirai jendela kamar.

Dia bergumam malas, sekujur tubuhnya mendadak pegal, dan selimutnya sedikit tersingkap.

Hera kemudian mengulurkan tangannya untuk menarik selimut, menutupi tubuhnya lalu dengan sedikit memaksa, menoleh pada sisi kasur di sebelahnya. Memeriksa apakah pria yang semalaman memeluknya dengan begitu erat masih berada di sana atau tidak.

"Apa aku membangunkanmu?" Tanya Sean, pria yang dicari Hera, keluar dari walk-in closet dan sudah mengenakan kemeja navy serta celana bahan yang rapi.

Pria itu sedikit terkejut melihat Hera yang sudah terbangun, padahal dia sengaja tidak membuka tirai jendela agar wanita itu tetap beristirahat hingga nanti siang.

Tadi malam dia sedikit kelewatan.

"Mmm." Jawab Hera.

Dia meneggakan tubuhnya, beranjak dari kasur, lalu dengan wajah yang masih terkantuk-kantuk, dia meraih baju tidur Sean serta celana dalamnya di bawah lantai dan mengenakan pakaian itu dengan malas.

Hera kemudian berdiri, menyeret langkahnya perlahan untuk menghampiri Sean yang tengah merapikan pakaiannya di depan kaca besar kamar mereka.

Dia memeluk pria itu dari belakang, melingkarkan lengannya dan menyenderkan wajahnya pada punggung Sean, tidak erat namun Hera sama sekali tidak ingat bahwa sekarang perut besarnya bisa saja menekan punggung Sean.

"Kau wangi citrus." Ujar Hera.

Sean tersenyum, mencondongkan sedikit pinggangnya ke depan untuk memberikan jarak aman pada perut Hera agar tidak tertekan oleh punggungnya.

"Kau tidak suka? Aku akan menggantinya kalau begitu."

Hera menggeleng, "Tidak, aku suka."

Dia kemudian menghirup aroma pria itu sedikit lebih lama, merekam dengan baik-baik feromon menyegarkan yang menguar dari tubuh pria itu dalam kepalanya.

"Sangat." Bisik Hera.

Lalu melepaskan pelukannya dan menarik bahu Sean yang tengah menyimpulkan dasi ke arahnya.

"Aku bantu ya?"

Sean mengangguk, lalu Hera mengambil alih dasi yang sudah hampir tersimpul itu kemudian melanjutkan simpulnya dengan gerakan natural, seolah dia sudah begitu terbiasa.

"Aku sering memasang dasi ayahku." Kata Hera tiba-tiba, mencegah apapun yang akan di pikirkan Sean.

Namum pria itu bahkan tidak terlihat ingin berkomentar, dia sedang menikmati pemandangan yang berada tepat didepannya.

Sean sadar, Hera selalu mengagumkan.

Saat bekerja ataupun menghadiri pertemuan, Hera akan berpenampilan sangat cantik dan mempesona hingga membuat nyaris semua orang iri dengannya.

Namun dibanding penampilan seperti itu, Sean pikir, penampilan Hera yang seperti ini adalah penampilan yang paling dia sukai.

Raut wajah bangun tidur, rambut yang sedikit kusut, bibir yang masih membengkak, leher dan bahu yang memiliki bercak merah bekas percintaan mereka kemari, serta mengenakan baju miliknya.

Sean bertanya-tanya, apakah dia pernah merasakan setertarik ini pada penampilan seorang wanita bangun tidur sebelumnya?

"Selesai."

Hera menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan saat dia hendak mundur untuk mempersilahkan Sean melihat hasil kerjanya, pria itu tahu-tahu menarik pinggang Hera, menunduk kemudian menumpuhkan wajahnya dibahu Hera.

Menghirup aroma segar wanita itu dan aromanya yang sudah tercampur di leher wanita itu dengan sedikit tamak.

"Kau akan terlambat." Ujar Hera, memperingatkan.

Sean tidak mengindahkan perkataannya.

"Kau tidak ke rumah sakit?"

"Aku minta di gantikan satu minggu lagi."

"Aku akan merindukanmu."

Hera tersenyum, lalu mengusap bahu serta punggung belakang Sean dengan pelan.

"Kau akan melihatku saat pulang."

"Aku sudah merindukanmu."

Hera mendorong bahu Sean dan melepaskan pelukan mereka dengan sedikit paksaan.

"Kau tidak akan berangkat-berangkat jika seperti ini, dokter." Kata Hera sambil mendengus.

Sean menghela, "Aku tahu."

Dia merapikan bajunya lagi kemudian mengambil snelli* (Jas dokter berwarna putih)-nya dari gantungan.

"Aku pergi dulu." Kata Sean.

Hera mengangguk dan sama sekali tidak tahu bahwa Sean akan tiba-tiba menarik tengkuknya, lalu melayangkan sebuah ciuman di dahinya.

"Aku mencintaimu."

Sean tersenyum, senyum yang begitu lebar dan indah, lalu meninggalkan kamar mereka serta Hera yang terteguh dengan jantung yang gemetaran.

***

          Suara petugas bandara yang sedang menginformasikan keberangkatan serta kedatangan, terdengar siang itu.

Ada begitu banyak orang yang berlalu-lalang di sana dan Galaksi Kaenar terlihat diantara salah satunya.

Pria dengan rambut coklat terang itu sedang duduk di ruang tunggu first class, menunggu dengan nyaman sambil memainkan ponselnya untuk melihat notifikasi dari social media-nya dan membalas beberapa pesan dari teman ataupun kenalannya.

Orang yang sedang dia tunggu kemungkinan akan sampai sepuluh menit lagi, dia berkata sudah memasuki bandara, namun Galaksi tidak menduga bahwa wanita itu ternyata datang lebih cepat dari dugaannya.

Galaksi menoleh saat wanita yang mengenakan kaca mata hitam itu sudah memasuki ruang tunggu bersama seorang petugas airlines yang membawa dua koper bawaannya.

"Sudah lama menunggu?"

Begitu dia menghampiri Galaksi, senyum wanita yang tengah hamil itu sedikit mengembang.

Galaksi menggeleng dan membalas senyumannya.

"Hera." panggil Galaksi.

Petugas airlines yang datang bersama Hera segera undur diri untuk membawa koper bawaan Hera ke dalam bagasi pesawat serta mempersiapkan tiket Hera.

Hera duduk di sebelah Galaksi, memakan welcoming snack dan teh madu yang diberikan petugas airlines lalu menunggu keberangkatan mereka sambil membicarakan beberapa hal yang tidak penting bersama Galaksi.

Satu jam kemudian berlalu dan tiket Hera telah selesai dipersiapkan, pemberitahuan tujuan penerbangan mereka tahu-tahu mulai terdengar.

Hera terdiam, nyaris goyah pada keputusannya hingga Galaksi dengan segera berdiri.

Dia menatap Hera dengan tatapan tidak terbaca, lalu beberapa saat kemudian mulai tersenyum sambil mengulurkan tangan.

"We should go now." Kata Galaksi.

Hera menarik napas, mengenyahkan segala pikirannya dengan keras lalu mengangguk.

"Hm, ayo pergi."

Dia meraih tangan Galaksi kemudian berjalan mengikuti petugas airlines yang menuntun mereka menuju pesawat.

***
Enjoy!

Follow Sean & Hera on istagram!
@/Heratravoltra
@/Seanaldarict

With love.
nambyull

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang