Chapter 48

44K 4.8K 1.2K
                                    

Vote and comment please.
***

          Aileen melihat hamparan ilalang yang dipenuhi warna putih serta hijau di depannya dengan perasaan bahagia.

Dia lalu berjalan masuk dalam rerumputan itu tanpa ragu sama sekali, melangkah lebih jauh menuju ke tengah hamparan ilalang dan begitu saja terkejut saat berjumpa dengan anak perempuan cantik dalam mimpinya yang sangat dia sukai, tahu-tahu berada di sana.

Berdiri dan menatap Aileen dengan tatapan dingin.

Aileen segera menghampirinya, duduk berjongkok dihadapannya untuk menyamakan tinggi mereka dan membalas tatapannya anak itu dengan begitu senang.

"Hai, sayang." sapa Aileen.

Wajah anak perempuan itu berkerut sebal.

Dia melipat kedua tangannya di depan dada dan terlihat merajuk.

"Aku tidak mau dipanggil sayang sama Tante." kata anak perempuan itu dengan suara anak berusia sekitar tujuh atau delapan tahunan.

Ailen terkejut, "Loh kenapa? Tante buat salah sama kamu ya?"

"Iya, Tante buat Papa sedih."

"Papa?"

Anak perempuan itu mengangguk dengan wajah yang justru sangat menggemaskan, "Tante buat Papa tidak bisa tidur dan makan. Tante buat Papa jadi sedih."

Aileen menggenggam tangan anak itu, tidak terima.

"Apa maksud kamu, Tante tidak buat Papa kamu sedih. Tante selalu baik sama semua orang." Ujar Aileen membela diri.

Dia tidak ingat pernah besikap jahat pada orang belakangan ini.

"Bohong!" tuduh anak itu.

"Buktinya Tante sudah buat Papa sedih, aku tidak mau lagi berteman sama Tante."

Aileen menggeleng sedih, "Tidak, sayang jangan tinggalkan Tante. Tante tidak mau kamu pergi."

"Tidak. Aku tidak mau lagi ketemu Tante selamanya. Tante jahat! Tante egois!"

Aileen mendadak panik, bukan hanya karena kemarahan anak itu, namun eksistensi anak perempuan yang disukainya itu tiba-tiba saja menjadi pudar, membuat Aileen sangat terkejut.

Dia berteriak histeris, "Tidak, maafkan Tante sayang. Jangan tinggalkan Tante!

Tapi anak perempuan itu sudah lebih dulu memalingkan muka dan menghilang dari hadapan Aileen.

"Tidak! Tidak!"

Aileen memekik, lalu hamparan ilalang di hadapannya ikut pudar seperti anak perempuan itu... nyaris menghilang, hingga Aileen mendadak tertarik menuju tempat yang begitu gelap, kemudian dia tersentak bangun dari tidurnya.

Napas Aileen terengah.

"Nyonya Aileen? Anda tidak apa-apa?!" Helen bertanya dengan panik.

Aileen mengabaikannya, dia menoleh kesekitar dan kebingungan setengah mati tidak menemukan hamparan ilalang dan anak perempuan itu di kamarnya.

"Dimana anak itu? Dimana anak perempuan itu? Dia tidak boleh meninggalkan aku. Dia tidak boleh pergi dariku." Ujar Aileen gelisah.

Helen memegangi bahunya.

"Nona Aileen tenanglah."

Aileen menggeleng dengan keras, "Tidak mau! Aku mau anak perempuan itu. Aku mau anak itu terus bersama ku. Dia tidak boleh meninggalkan aku."

Mina dibelakang Helen dengan terburu-buru mengambil obat bius di dalam nakas dekat kasur Aileen. Menyuntikan obat tersebut pada lengan nyonya mereka yang masih panik, dan membuat Aileen perlahan-lahan tenang.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang