Chapter 14 (Private vers.)

79.9K 4.2K 359
                                    

Vote and comment please.
BGM : Red Velvet- Psycho
WARNING! 18+
***

Ciuman itu berbeda dari ciuman-ciuman mereka sebelumnya... rakus, mendesak, dan begitu menguasai.. tanpa ada yang ditahan.

Membawa begitu banyak amarah, kekesalan dan rasa keinginan yang begitu kuat dalam diri mereka masing-masing.

Hera tau seharusnya dia tidak memberikan pria ini kesempatan, Sean pun sama taunya bahwa apa yang mereka sedang coba lewati adalah jalan kesalahan yang akan menjebak mereka.

Tapi seolah semuanya tidak penting lagi, mereka semakin tenggelam dan jatuh... mencari dan menebak-nebak sejauh mana mereka akan melangkah pada kegilaan ini.

Pintu lift berdenting dan terbuka, ciuman panas yang meliputi mereka berdua dengan enggan terlepas.

Sean menjauhkan diri, namun segera menarik tangan Hera dan membawanya masuk pada salah satu kamar hotel milik kenalannya di dekat bar, tempat semua kegilaan itu dimulai.

Keinginannya mulai terasa mencekik, rasa amarah dan kesal yang menguasai masih dengan jelas terpampang didepan matanya.

Kata-kata Hera yang menyinggung egonya terus terngiang di dalam kepalanya, seperti bom waktu yang hendak memberikannya waktu kritis sebelum dia benar-benar mati.

'Kalau kau lupa, kau juga bukan siapa-siapa dalam hidupku Sean Aldarict.'

Mengingat itu, Sean tidak sadar telah mengeratkan genggaman tanganya pada Hera dan membuat wanita itu meringis dengan suara pelan.

Mereka memasuki kamar dengan tergesah, menutup pintu dan Sean kembali memojokan Hera pada dinding.

Tidak ada jarak apapun diantara mereka, Hera dengan jelas bisa merasakan nafas panas memburu milik pria itu diatas wajahnya, menumbruk nafasnya seolah mereka sedang berusaha memperebutkan oksigen dalam kondisi itu.

"Sean," Hera berbisik, tidak benar-benar yakin apakah dia sedang memanggil atau bertanya pada pria dihadapannya.

Namun Sean seperti telah buta, isi kepalanya terus-terusan berteriak menyadarkan bahwa dia mulai kehabisan pilihan dan waktu... pada hal yang bahkan dia tidak mengerti apa itu.

Sean sama sekali tidak menjawab, pria itu justru menjatuhkan wajahnya pada dahi Hera, menatap dengan lekat iris gelap milik wanita itu dan semakin merapatkan tubuh mereka.

"Aku menginginkanmu." ucapnya, tanpa ragu-ragu.

Tidak menunggu Hera menjawab ketika memiringkan kepalanya, kembali tiba-tiba mempertemukan bibir mereka dan mencium dengan kuat, menjelaskan seluruh keinginannya melalui itu.

Sebelah tangan pria itu menarik pinggang Hera mendekat, memangkas habis jarak mereka yang sudah tidak ada, membiarkan kulit mereka saling menempel dan menyentuh.

Hera melengguh.

Ciuman Sean tidak berubah, dia tidak bimbang melainkan penuh kepastian dan kekuasan, tergesah-gesah mengecap seolah menginginkan seluruhnya dan membuat Hera semakin gila.

Tangannya mulai berlarian, merajalela merasakan kulit wanita itu yang meremang di atas jarinya.

Hera terkesiap, mulutnya terbuka begitu Sean menurunkan bibirnya, menyentuh rahang dan cekungan lehernya dengan ciumannya yang tidak sabaran.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang