Chapter 59

44.2K 4.4K 448
                                    

Vote and comment please.
***

"Selamat datang. Nyonya Hera Aldarict."

Hera meringis karena merasa aneh, namun cepat-cepat tersenyum mendengar panggilan itu dari seorang pria berumur empat puluhan yang mengenakan stelan formal dan berdiri di depan rumah bertingkat tiga, tempat Sean membawanya pulang.

Dia tidak jadi kembali ke rumah orang tuanya, Hera sudah berkata pada ayahnya bahwa dia akan pulang bersama dengan Sean, hingga meski ayahnya tampak tidak rela, dia memberikan kebebasan pada Hera untuk memilih.

Rumah tempat Sean membawanya pulang memiliki desain modern yang tampak anggun dan elegan. Di dominasi kaca, warna coklat kayu dan putih. Rumah itu memiliki halaman yang sangat luas seperti kediaman utama Aldarict, cukup untuk menampung begitu banyak pepohonan rindang yang tampak selalu di rawat, beberapa jenis bunga dengan banyak warna, taman, kolam berenang ukuran normal, dan parkir untuk kira-kira sepuluh mobil.

Arsitektur kediaman itu sungguh mengagumkan, dan Hera langsung menyukai rumah itu bahkan sebelum menginjakan kaki ke bagian dalam rumah.

"Nama saya Lucas, kepala pelayan rumah anda. Saya mohon jangan sungkan jika anda memerlukan bantuan, saya dan seluruh pelayan disini akan selalu memenuhi semua hal untuk anda." Kata pria yang ternyata adalah kepala pelayan kediaman ini.

"Terima kasih." Jawab Hera.

Sean segera membawanya masuk ke dalam rumah dan Hera dengan cepat meyakini, bahwa rumah ini akan menjadi kediaman yang sangat baik untuk sebuah keluarga tumbuh, berbagi kebahagiaan dan kesedihan sepanjang tahun... bersama.

"Apa kau mau langsung istirahat?" Tanya Sean begitu mereka sampai di ruang tengah.

Hera mengangguk, "Hmm."

"Akan aku antar."

Sean menggenggam tangannya, dan Hera tidak mengatakan apa-apa saat pria itu kembali mengajaknya menuju kamar utama yang berada di sisi kanan rumah, kemudian mempersilahkannya masuk.

Hera terteguh, kamar luas itu memang tampak sangat menenangkan dan indah, namun satu-satunya yang membuat Hera kehilangan kemampuannya untuk berbicara adalah sebuah foto... foto pernikahan berukuran besar di salah satu dinding kamar yang menampilkan dirinya dan Sean dalam balutan baju pengantin sedang tersenyum lebar, terlihat tulus sekali.

Hera ingat, foto ini diambil setelah pembacaan sumpah pernikahan mereka dan saat dia masih berpikir bahwa dia telah berhasil memenangkan pria itu untuk dirinya sendiri.

Tanpa sadar Hera melangkah mendekati foto itu, memaksakan dirinya untuk memandangi foto itu lekat dan dadanya menjadi terhujam dengan tekanan yang terasa begitu menyesakan.

"Kau suka?"

Hera mendengar suara Sean berbisik di sisi wajahnya, kemudian uluran tangan pria itu memeluk tubuhnya, merambat menuju perutnya, lalu Hera merasakan Sean menunduk, menumpuhkan wajahnya di bahu Hera dan mengecupi cekungan leher wanita itu sambil tersenyum.

"Iya." Hera bergumam.

Dia tidak mengalihkan tatapannya kemanapun.

"Terima kasih sudah memberiku kesempatan, Hera." Kata Sean, terdengar begitu tulus.

"Aku akan berusaha memperbaiki kesalahan yang ku buat."

Hera tidak menjawab, namun wajahnya mendadak terpaku dengan jantung yang bertalu-talu kuat.

Benar, bisik Hera dalam hati.

Berusahalah dengan keras untuk memperbaiki kesalahan yang kau buat.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang